bab 10

1.2K 133 11
                                    

Freen dan Becky mengantarkan Ricard hingga didepan rumah mereka tanpa dilepaskanya genggaman tangan Freen pada lengan Becky. Seolah menegaskan sampai akhir bila wanita dalam dekapannya ini adalah miliknya. Ricard tak akan bisa menyentuhnya, bahkan seujung rambut saja.

Becky hanya miliknya.

"Maaf sudah membuat kalian tak nyaman. Akan kupastikan hal ini tak akan terjadi lain kali," ujar Ricard lalu pandangannya mengarah pada tangan Freen yang begitu eratnya memeluk lengan Becky seakan gadis itu akan pergi jika tak ia dekap seperti itu. Dalam hati Ricard, dia tersenyum miris. Pria itu cemburu.

"Kau bisa pergi sekarang," ujar Freen dingin. Lebih kearah mengusir.

"Freen!" seru Becky tak suka cara bicara gadis itu. Meski Becky tak ada rasa suka pada Ricard tapi dia memiliki ingatan yang baik tentang pria didepannya ini. Pria inilah yang selalu membantu Becky yang dulu begitu lemah dan mudah menangis. Dan Becky sengaja menyembunyikan pernikahannya dengan Freen agar tak membuat Ricard merasa tak nyaman.

"Tidak apa-apa Beck, aku memang akan kembali ke kantor. Nanti aku akan menghubungimu," kata Ricard masih berusha menyembunyikan rasa terkejut dan cemburu dengan senyumnya.

"Kurasa Becky hari ini cukup sibuk. Dia akan malam bersamaku, benarkan .. sayang?"

Kedua alis Becky seketika berkerut ketika menatap gadis itu yang kini menatapnya sembari tersenyum. Menjijikkan! Becky segera menyikut sedikit keras pinggang gadis itu hingga pelukan gadis itu terlepas.

"Kurasa kau sibuk sekali sekarang. Baiklah, aku paham. Kalau begitu sampai jumpa lain waktu Bec. Aku pergi dulu ya," kata Ricard lalu pria tinggi itu melangkah menuju mobil yang terparkir didepan rumah Becky. Pria itu akhirnya meninggalkan rumah Becky dengan membawa perasaan kecewa yang besar.

Sementara itu Freen masih mengusap pinggangnya. "Beraninya kau memukulku!" bentak Freen kesal.

Becky melihat tingkah gadis itu hanya bisa berdecak lidah sambil menggeleng-geleng heran. "Dasar manusia aneh," gumam Becky lalu melangkah masuk ke rumah.

Melihat gadis itu pergi segera saja Freen mengikutinya dan menangkap lengan Becky hingga gadis itu menghentikan langkahnya.

"Apa? Apa lagi huh?" tanya Becky kesal. Dia malas meladeni wanita gila ini.

"Kau menyukainya? Pria jelek itu?" tebak Freen dengan serius.

"Apa? Jangan konyol," jawab Becky dengan kesal lalu hendak melangkah tapi cengkraman gadis itu kian mengerat.

"Saat aku bicara denganmu, jangan berani-beraninya memalingkan wajahmu. Kau mengerti?"

Becky menepis tangan Freen hingga terbebas dari cengkraman gadis itu lalu bersendekap tangan. "Ada apa sebenarnya denganmu? Kau mau bilang jika kau benci aku diam-diam bertemu pria lain? Kenapa? Kau cemburu?"

Dahi Freen berkerut. "Apa? Cemburu? Aku?"

"Memangnya siapa lagi? Dasar manusia aneh."

"Kau pikir siapa dirimu sampai aku merasa cemburu? Pria itu tak setara dengan levelku!"

Alis Becky naik sebelah. "Jika kau tak cemburu? Tapi sikapmu sangat bertolak belakang. Lucu sekali, tck tck!" ejek Becky. Dasar manusia satu ini! Dia pembohong payah.

"Sudah kubilang itu bukan karena aku cemburu tapi itu demi kebaikanmu!"

Becky menghela napas panjang. "Khaah .. terserah kau saja. Aku harus pergi bekerja."

"Jika kau terus bertemu dengan pria itu, rumor buruk akan tersebar. Menjaga martabat itu lebih utama daripada kesenanganmu bersama pria lajang."

"Apa? Kesenanganku?"

blooming heartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang