bab 6

1K 125 3
                                    

Mata Freen memerah, kilatan amarah tergurat di setiap lekuk wajahnya. Tatapan tajam tertuju setiap gerak-gerik gadis yang berdiri diujung sana. Tangannya terkepal kuat. Bisa-bisanya dia dipermalukan dihadapan semua orang sedang dirinya hanya terdiam membiarkan begitu saja.

"Baiklah, dengan begini secara resmi nona Becky akan kembali bekerja di perusahaan sebagai direktur utama!" Ujar Heng yang kini menjadi sekertaris utama gadis itu. "Kami ucapkan selamat datang kembali, Direktur ..."

Kalimat terakhir pria tinggi itu segera disambut riuh tepuk tangan semua peserta rapat, terkecuali Freen. Gadis dingin itu beranjak dengan kesal sampai hampir melempar kursinya lalu melangkah keluar tanpa bicara sepatah katapun. Becky yang melihat kekalahan gadis itu hanya tersenyum.

Apapun caranya akan ia lakukan untuk membuat gadis itu kembali seperti manusia.

Sedang Freen berjalan cepat menuju lobi, dia muak dan butuh angin segar. Dengan kasar gadis itu menyobek salinan dokumen atas pembatalan wasiat dari Becky lalu dilemparnya kertas itu sembarangan.

Tak lama langkah gadis itu berhenti. Napasnya tersengal menahan amarah. "Sial! Berani-beraninya dia melakukan ini padaku," gerutu Freen kesal. Dia akan menghabisi gadis itu secepat mungkin.

Sejenak Freen memejamkan mata, mengambil napas dalam-dalam dan menghembuskan perlahan. Dia harus tenang dan tetap berpikir dengan baik. Sesaat kemudian ia melihat ponselnya, mencari sebuah kontak dan menghubungi seseorang.

"Halo, aku ingin memesan tempat untuk besok. Aku ingin seluruh tempat steril dari orang lain."

'Baik bu, kami akan mencatat pesanan anda.'

"Oke, terima kasih." Freen menutup ponselnya dan kembali menghembuskan napas sebelum akhirnya melanjutkan langkahnya.

Sekitar lima menit Freen sudah sampai di lobi dan terus melangkah hendak keluar menuju parkiran.

"Berhenti kau wanita jahat!" Seseorang berteriak keras. Dari arah samping seorang pria tua berlari menghampiri Freen dengan sebilah pisau ditangannya, mengacungkannya pada gadis itu.

Freen melihat pria itu seksama, berusaha mengingat siapa pria berpakaian lusuh itu. Tak lama Freen bersendekap tangan. "Ooh, bukankah kau mantan kepala gudang Pak Thanom Nopadon?"

"Baguslah kau bisa mengingatnya. Kuharap kau terus mengingatku sampai kita bertemu di akhirat nanti!" teriak pria itu lalu berlari menuju Freen hendak menusuk gadis itu tapi dengan cepat dua orang petugas keamanan menahan lengan pria tua itu.

"Lepas! Lepaskan aku! Aku akan membunuhnya!" Pria tua itu meronta.

"Jangan sampai dia lepas! Segera serahkan dia ke polisi," perintah Freen.

"Baik bu manajer," jawab seorang petugas keamanan. "Ayo cepat ikut kami!" bentaknya pada si pria tua sambil memaksa menyeret tubuhnya.

Dari kejauhan Becky yang sejak tadi mengikuti Freen berhenti sejenak untuk melihat situasi. Secara bergantian ia melihat Freen dan pria yang sedang berteriak-teriak bak orang gila. Becky tak mau ikut campur urusan manusia terlalu dalam jadi dia hanya akan mengamati dari jauh.

"Kau jalang tak tahu malu! Dasar wanita jahat! Kau sudah memecatku dengan tidak adil! Apa kau tahu karena perbuatanmu aku kehilangan anak dan istriku!"

Freen mendesah kesal lalu mendekati pria berbahaya itu. "Kau kehilangan keluargamu? Sayang sekali .. tapi itu adalah kesalahmu sendiri. Jika kau bekerja dengan baik maka semua itu tak akan menimpamu. Semua yang terjadi itu adalah takdirmu jadi jangan berani-beraninya kau melempar kesalahanmu padaku."

"Apa kau bilang!? Kau! Akan kubunuh kau!!" teriak pria itu kian histeris sambil meronta-ronta berusaha keluar dari cengkaraman dua orang petugas keamanan.

blooming heartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang