bab 17

1K 135 8
                                    

Becky melirik Freen yang duduk disampingnya, tengah mengemudi dengan serius. Kedua alis gadis dingin itu berkerut. Jelas kemarahannya belum mereda. Tapi yang aneh, harusnya tak ada alasan bagi gadis itu untuk marah. Bahkan sampai menendang Ricard.

Becky menaikkan sebelah alisnya. Ataukah gadis ini sedang ...?

"Apa?" tanya Freen karena risih terus ditatap. "Kenapa kau terus menatapku?"

"Kau cemburu?" tebak Becky.

"Apa? C-cemburu? Padamu? Khah! Jangan bicara omong kosong." Freen jelas mengelak. Mana mungkin seorang Freen merasa cemburu? Itu tak mungkin!

"Jika tidak, kenapa kau melakukannya?"

"Melakukan apa? Apa maksudmu?"

Becky bersendekap tangan, menatap dengan mata mengintimidasi. "Jelas-jelas kau memukul pria itu. Kau pasti marah dan kesal kan?"

Freen mengeraskan rahangnya. Rumit baginya untuk menjelaskan situasi yang baru saja terjadi. Akhirnya gadis itu menghela napas. "Jangan salah paham. Bagaimana pun hubungan diantara kita, kau masih berstatus istriku. Tak pantas jika orang-orang melihatmu bermesraan dengan pria sedang kau sudah menikah."

"Apaa? Bermesraan? Astaga lihat ini siapa yang selalu bermesraan dengan pria lain saat istrinya bahkan saat itu hampir mati? Tck .. tck ..." gumam Becky kesal. Dasar gadis ini benar-benar pintar memutar balikkan fakta.

"A-apa k-kau bilang?"

"Kenapa kau suka sekali menyalahkan orang lain padahal kau sendiri gadis jahat," omel Becky lagi, tak terima dengan ucapan Freen. Gadis itu memang menyebalkan.

"J-jahat!?"

"Hm, memang kau jahat. Kenapa? Kau marah? Kau tak terima?"

Freen menghela napas panjang lalu segera meminggirkan mobilnya ke tepian jalan. Bisa-bisa dia menabrak sesuatu jika terus melanjutkan pertikaian mereka di tengah jalan. Gadis disebelahnya saat ini sungguh pintar bicara sekarang.

Sekali lagi Freen menghela napas panjang. "Dengar .. aku dan David, kami hanya sebatas rekan bisnis. Kau tahu usaha untuk memperluas jaringan, dia sudah banyak membantu perusahaan. Hubungan kami tak lebih dari kolega jadi jangan mengarang cerita tak masuk akal diantara kami! Kau itu tak tahu apa-apa jadi jangan bicara sembarang."

"Ooh .. benarkah? Sungguh hanya kolega? Jadi kau tak bersenang-senang dengan pria itu?"

"Woaah .. kau ini sungguh keras kepala. Sudah kubilang aku tidak pernah berkencan dengannya!" kata Freen tegas sedikit berteriak. Dia kesal sekali karena Becky tak mau mempercayainya. Freen sungguh tak memiliki hubungan apapun dengan Ricard.

Alis Becky terangkat. "Sungguh?"

Freen mengusap wajah dan tengkuknya. "Aku pasti sudah gila sampai menjelaskan semua itu padamu," gumam Freen. Apapun  yang dia katakan, gadis itu sama sekali tak percaya.

Becky menatap gadis itu, "harusnya kau mengatakan itu sejak awal."

Freen menoleh, membalas tatapan Becky. "Kenapa? Tak ada alasan buatku untuk mengatakan itu padamu. Sejak awal kita sudah berkomitmen untuk tidak mencampuri urusan masing-masing. Hanya saja belakangan ini kau sangat cerewet dan menyebalkan."

"Jika memang begitu tapi kenapa kau suka sekali menggangguku saat aku bersama pria itu? Aneh sekali," gumam Becky.

"Itu .. itu karena ..." Freen sedikit tergagap dan mengambil jeda sebentar sebelum lanjut berkata, "karena dia sangat menganggu. Pria itu sudah memakasamu meski kau tak menyukainya. Benarkan?"

"Satu-satunya orang di dunia yang tak kusukai adalah kau. Hanya kau saja," jawab Becky dengan senyuman. Freen hanya bisa melirik gadis itu sebal.

"Terserah kau saja."

blooming heartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang