bab 29

1K 143 16
                                    

Di ruang kerjanya, ayah Becky berdiri menghadap kearah jendela yang masih terbuka, menatap pemadangan malam dengan bulan purnama yang terlihat jelas. Pria itu masih mengenakan kemeja dan dasi dengan rapi. Setiba dari luar negeri, pria itu tampak enggan istirahat lebih awal.

"Aku tak main-main dengan ucapanku," ujar ayah Becky tanpa melihat wajah lawan bicaranya yang berdiri tegap dibelakang meja kerjanya. Guratan di wajah pria tua itu terlihat tegas dan matanya sangat tak bersahabat di depan sang menantu.

"Maafkan aku, tapi aku tak bisa. Aku tak akan berpisah dengan putrimu," jawab Freen dingin. Aura peperangan diantara keduanya tergambar jelas. Keduanya memang sejak dulu tak pernah akur.

Ayah Becky memutar tubuhnya, menatap Freen tajam. "Aku dengar kalian akan segera bercerai."

"Itu hanya sebatas rumor, anda tak perlu cemas."

"Benarkah?" Ayah Becky tak percaya. "Lalu bagaimana dengan aktifitas ilegal yang kau lakukan dibelakangku? Aku sudah tahu kau mengumpulkan dana gelap dan secara bertahap kau melakukan pembelian saham yang besar. Apa kau pikir aku tak tahu?"

Rahang Freen mengeras. "Aku hanya melakukan apapun untuk mempertahankan perusahaan."

"Benarkah?" Ayah Becky masih menatap Freen penuh curiga hingga beberapa saat tapi tak lama dia pria tua itu hanya mengangguk kecil. "Baiklah, kau bisa keluar sekarang."

"Kalau begitu selamat malam, ayah mertua," pamit Freen lalu berjalan keluar.

Sedetik setelah pintu ruangan itu tertutup rapat, ayah Becky meraih ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Terus awasi pergerakannya," perintah ayah Becky singkat lalu menyudahi percakapannya.

Matanya masih menatap tajam kearah pintu. "Aku tak akan membiarkan orang lain bermain-main dengan perusahaanku, maupun dengan putriku."

* *

Di kamarnya, Becky sibuk menyisir rambutnya di depan meja rias sambil melamun. Entah mengapa ayahnya tiba-tiba datang tanpa memberitahunya. Dan kenapa gadis itu mendadak berubah pikiran?

"Apa yang sedang dia pikirkan? Gadis itu selalu mempersulit keadaan," gumam Becky.

Ceklek!

Perhatian Becky sekatika menuju pintu dan matanya terbelalak saat ia melihat tamu yang tak pernah ia duga akan datang ke kamarnya malam-malam.

"Astaga? Ada apa ini?" tanya Becky heran saat melihat gadis itu mengenakan piama sembari membawa bantal tidur miliknya. "Kenapa kau kemari dengan membawa bantal?"

"Memangnya apa lagi? Aku akan tidur disini?" jawab Freen datar.

Mata Becky semakin melebar. "A-apaa? Apa kau sudah gila? Kenapa kau tiba-tiba mau tidur di kamarku?"

Freen berjalan mendekati ranjang lalu melempar bantalnya begitu saja dan duduk tanpa permisi diatas ranjang.

"Ooi! Apa yang kau lakukan?" protes Becky.

"Aku akan tidur disini sampai ayahmu pergi."

"Apa!?"

"Berhentilah berteriak, orang-orang bisa mendengar suaramu."

"Tapi .. apa maksudmu?"

"Kau sudah mendengar keputusanku bukan? Aku tak akan melepasmu untuk saat ini. Aku akan memberiakanmu pergi di waktu yang tepat."

"Haah? Kau benar-benar manusia aneh."

Freen menatap Becky lalu menepuk-nepuk ranjang. "Kemarilah. Ini adalah kesempatan langka yang sudah lama kau nanti-nanti bukan?"

blooming heartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang