bab 25

1.3K 165 16
                                    

"Kenapa kau tiba-tiba menanyakan tanda lahirku Freen?"

Freen menutup mulutnya yang beberapa detik lalu ternganga tak percaya. Iya, dia masih belum percaya. Itu tak mungkin! Jadi gadis itu hanya menggelengkan kepalanya dan melangkah pergi tanpa mengucapkan apapun lagi.

Freen berjalan cepat dan setengah berlari menuju kamarnya. Freen bergegas menghampiri meja kerjanya dan dengan tangan gemetaran dia membuka laci mejanya paling bawah. Tepat ada disana, sebuah kotak besi usang yang selalu gadis itu simpan sejak kecil.

Freen mengambil benda kecil itu tapi sorot matanya masih menatapnya tak percaya.

"Tidak mungkin, itu tak mungkin," gumam Freen.

Sungguh tak masuk akal. Bagaimana bisa gadis kecil itu menjadi Becky? Apa takdir sedang berusaha mempermainkan hidupnya?

Sedang Becky yang mengikuti kemana gadis itu pergi, dia hanya berdiri di depan pintu kamar Freen yang terbuka lebar. Becky tak berniat masuk kedalam jadi dia hanya menatap gadis itu dari kejauhan. Sikap aneh gadis dingin itu membuatnya penasaran.

"Benda apa itu? Apa maksud ucapan gadis itu?" gumam Becky.

"Kenapa dia tampak penasaran dengan tanda lahirku? Aneh sekali," gumam Becky lagi. Ditatapnya Freen sejenak tapi tak lama gadis itu hanya menggeleng lemah dan pergi meninggalkan kamar Freen. Saat ini rasa penasaran Becky belum cukup besar untuk mencampuri urusan gadis di sana.

Sedang di dalam kamar, dengan tangan gemetar Freen membuka kotak besi itu dan mengambil secarik kertas kecil yang sudah usang. Kertas yang sudah ia simpan lebih dari sepuluh tahun.

"Kenapa?"

"Kenapa harus kau?"

Freen jatuh terduduk di kursinya, tubuhnya lemas. Kenapa fakta mengejutkan ini baru datang hari ini? Fakta bahwa orang yang paling ia nanti-nanti kehadirannya, ternyata orang itu selalu bersamanya selama ini. Dan orang yang paling ingin ia lindungi jika mereka bertemu kembali, dirinya justru menjadi orang paling kejam bagi gadis itu?

Bagaimana ini bisa terjadi?

Freen menundukkan kepalanya saat setitik air mata jatuh menetes. Gadis itu membiarkan penyesalan mengaliri dirinya dan ia menangis didalam kesunyian.

"Apa yang harus kulakukan?"

Freen bahkan tak tahu harus memulai dari mana untuk memperbaiki keadaan.

Saat air mata jatuh menetes maka rasa sesak pun ikut mengalir bersamanya.

Freen sungguh manusia paling bodoh. Kini ia menyadari itu.

* *

Jam menunjukkan waktu delapan pagi dan Freen yang sudah mengenakan setelan blazer hitam elegan berjalan menuju parkiran. Dia akan berangkat kerja sendiri karena ia tak sanggup untuk menatap gadis itu jika harus duduk dalam satu mobil.

Sesekali matanya bergerak kesana kemari, celingukan mencari sosok Becky dan ia bernapas lega saat dirinya tak menemukan gadis itu di luar rumah. Mungkin dia sedang tidur di kamarnya.

"Huufft .. lega sekali," ungkap Freen dan ia berjalan cepat menuju mobilnya yang cukup jauh di parkiran pribadi keluarga mereka. Tapi baru saja dua tiga langkah, suara seseorang mengagetkan Freen.

"Apa kau mau bekerja?"

Freen berbalik cepat dan wajahnya menegang saat Becky sudah berdiri didepannya sambil bersilang tangan. Tatapannya seperti baru saja menagkap seseorang yang hendak kabur dari rumah.

Freen menelan ludah lalu menyadari jika gadis itu juga sudah berganti pakaian, siap untuk berangkat bekerja. "Mau kemana kau?" tanya Freen balik, cara bicaranya terdengar canggung.

blooming heartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang