Hari kian larut dan Freen yang tadi sempat tertidur di kamar yang dulu pernah ia tempati, terbangun. Dia melihat sekeliling kamar dan hanya menemukan dirinya seorang diri di sana.
Freen melihat bantal dan selimut disampingnya yang masih tersusun rapi, itu artinya gadis itu belum memasuki kamar sejak sore tadi.
Kemana perginya gadis itu?
Apa mungkin gadis itu malu tidur sekamar dengannya? Freen menggelengkan kepala. Tak mungkin. Dia bukan gadis yang punya rasa malu sekarang. Terakhir kali mereka tidur di hotel, gadis itu bahkan seperti ingin melakukan hal tak senonoh padanya. Dia gadis yang sulit dikendalikan sekarang.
Tapi dimana gadis itu? Kampung halamannya adalah tempat asing untuk Becky. Apa mungkin dia pergi keluar? Ada yang tak bisa dibohongi oleh Freen, yakni hati kecilnya. Dia mulai mengkhawatirkan gadis menyebalkan itu. Sungguh menjengkelkan. Freen mendesah kesal dan akhirnya memilih menyingkap selimut dan beranjak dari tempat tidur.
Saat dia keluar kamar dengan hati-hati, ia melirik kearah kamar neneknya. Wanita tua itu sudah tertidur pulas. Mungkin neneknya kelelahan setelah memasak perjamuan makan malam tadi. Freen segera melangkah ke ruang tamu, mungkin wanita itu ada disana. Tapi begitu sampai, ruangan itu gelap, tak ada seorang pun. Aneh sekali, lalu dimana gadis itu?
Freen menoleh ke rak sepatu dekat pintu dan benar saja, sepasang sepatu milik Becky tak ada. Artinya gadis itu sudah keluar entah sejak kapan. Freen cemas jika wanita itu meninggalkan rumah neneknya sendiri. Apa mungkin karena percakapan tentang bayi membuatnya marah?
Freen bergegas mengambil sandal miliknya dan keluar rumah. Hal pertama yang harus ia lihat adalah mobilnya. Tapi begitu sampai di pekarangan luas itu, mobil hitam mewahnya masih terdiam disana. Tak tersentuh siapa pun.
Lalu kemana perginya gadis itu? Apa sesuatu terjadi padanya saat dia mungkin ingin melihat-lihat pemandangan di sekitar rumah?
Freen merogoh sakunya untuk mengambil ponsel. Dia segera menghubungi Becky.
'Maaf nomor yang anda tuju sedang tidak bisa menjawab.'
"Aish! Kenapa tak bisa ditelpon?" keluh Freen karena sinyal di daerah pinggiran kota cukup sulit.
Freen melihat sekeliling yang tak banyak memiliki tetangga dan lampu jalan juga tak banyak menerangi gelapnya malam. Tanpa menunggu lama Freen segera menggerakkan kakinya, berjalan cepat menyisir jalanan di dekat rumah neneknya.
* *
"Oh? Apa aku tersesat?" kata Becky heran sendiri dengan jalan yang ia tuju. Dia menengok sekeliling yang sepi dan mulai semakin gelap tanpa penerangan lampu jalanan.
Becky mengeluarkan ponselnya untuk menyalakan senter dan ia menyempatkan melihat sinyal dilayar ponselnya. Sialnya tak ada sinyal di daerah terpencil seperti ini.
Wajah Becky berkerut kesal. Bisanya-bisanya dia terjebak di tempat sekecil ini dan tersesat. Dia benar-benar tak berdaya sebagai manusia. Tapi Becky optimis bisa menemukan jalan pulang jika dia menyisiri jalan sepatak yang menjadi satu-satunya petunjuk baginya.
Harusnya dia melihat bintang dipekarangan rumah nenek saja tapi dia sangat bodoh dengan meninggalkan tempat itu hanya karena rasa penasaran yang tak berguna.
Sebenarnya Becky tak takut jika dirinya berada ditempat gelap yang asing, dia pernah berada ditempat yang jauh lebih mengerikan sebelumnya. Tapi tidak lucu kan bila tubuhnya yang lemah ini mati sia-sia karena rasa dingin yang menusuk? Dia bahkan hanya mengenakan piyama tanpa pelapis jaket.
Saat langkah Becky sampai diujung jalan setapak, dia berhenti melangkah. Matanya tertuju pada sebuah rumah usang yang lebih terlihat seperti gudang tua. Kepala gadis itu berputar cepat, ia seperti mengenali tempat itu. Terasa tak asing tapi juga ia tak yakin.
KAMU SEDANG MEMBACA
blooming heart
RomanceHati wanita yang begitu dingin yang bahkan ketika kau hanya menatapnya. Dunia yang mengitarinya dipenuhi tajamnya batu kerikil dan sepi. Lalu saat musim dingin terlewati dan musim panas datang, seseorang perlahan mulai merengkuhnya. Memberikan kehid...