bab 24

1.1K 156 7
                                    

Malam semakin gelap dan sunyi, hampir semua orang terlelap dalam tidurnya. Akan tetapi tidak untuk Freen. Diatas ranjang dia berbaring, memejamkan mata tapi pikirannya begitu ramai.

"Astaga ada apa denganku!?" Freen menggeliatkan badannya, menendang-nendang kesal ranjangnya.

Gadis itu akhirnya melemparkan selimutnya keras dan memilih duduk diatas ranjang. Sial! Kepalanya sangat berisik. Dia jadi tak bisa tidur.

Entah mengapa, tindakannya tadi pada gadis itu terus mengusik pikirannya.

'Jangan pergi ...'

Untuk apa dia mengatakan itu? Kenapa harus kata-kata itu yang keluar dari mulutnya?

Freen sungguh tak mengenali dirinya sekarang.

"Khaaah ..." Freen menghela napas panjang lalu membaringkan dirinya kembali. Diam menatap langit-langit kamar. Pikirannya kembali melayang.

"Dia memang gadis aneh. Tapi anehnya .. aku tak bisa berhenti memikirkannya."

Siapa disini yang lebih aneh? Tidak mungkin dirinya, seorang Freen Sarocha jatuh hati pada gadis itu. Selama ini dia baik-baik bahkan tak pernah sekalipun memikirkan tentang Becky. Kini harga dirinya terasa turun. Atau kah hatinya yang melemah?

Kenapa di saat perpisahan diantara mereka semakin dekat, Freen merasa tak ingin semuanya cepat berakhir?

Kenapa?

Freen menutup matanya dengan lengannya lalu berguman, "aku pasti sudah gila."

Dan gadis itu akhirnya membiarkan pikirannya mengambil alih hingga akhirnya gadis itu jatuh tenggelam dalam mimpi panjang, mimpi yang terasa sangat nyata.

"Kau mau pergi?"

Gadis kecil bermata kecoklatan berbalik, menatap Freen kecil. "Iya, kenapa?"

Freen kecil sejenak ragu ingin mengatakan rasa terima kasihnya.

"Kau mau berterima kasih kan?"

"Huh? Oh .. iya."

"Oke, lalu?"

"Apa?"

Gadis kecil itu tersenyum tipis. "Kau sangat imut."

Pipi Freen seketika merona. "Tidak! Siapa yang merona? Jangan meledekku!"

"Dasar pemarah. Ya sudah, aku mau pulang dulu. Sampai jumpa," kata gadis kecil manis itu.

"Tunggu!" seru Freen kecil dan gadis itu menahan langkahnya. "Aku sungguh bersyukur karena kau menemaniku di dalam sana. Aku tadi sangat takut. Terima kasih."

Gadis manis di depan Freen mengangguk lalu gadis itu melangkah sejangkah lebih dekat. "Sebagai imbalannya bolehkan aku meminta sesuatu padamu?" tanya gadis itu dengan mata berbinar dan Freen menganggukkan kepalanya.

"Katakanlah."

"Kalau begitu menikahlah denganku."

Kedua mata Freen membulat. "Apa? Me .. nikah?"

"Kenapa? Saat aku besar nanti aku akan jadi wanita cantik dan pintar. Aku pasti akan melindungimu. Bagaimana?" Gadis itu tersenyum lebar tanpa tahu arti sebenarnya dari kata pernikahan yang ia dambakan.

Freen kecil hanya termangu ditempatnya tapi ia segera menggeleng lemah. "Kita tidak mungkin menikah. Apa kau sudah gila?"

"Kenapa? Aku menyukaimu. Kau juga pasti menyukaiku jika kita menikah nanti."

blooming heartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang