bab 14 - flashback

1K 124 8
                                    

Ketika malam datang, seorang gadis kecil disudut ruangan kecil selalu duduk memeluk dirinya sendiri, memeluk kesepian yang tak berujung. Di setiap malam datang, ada ketakutan besar ketika ia menatap pintu dihadapannya.

Akankah seseorang yang meraih pintu itu akan melihatnya dengan senyuman?

Ataukah .. seseorang dengan mata yang penuh kebencian?

Freen kecil menekuk lututnya, menyusutkan diri disudut lemari yang tertutup rapat. Hanya sedikit cahaya dari celah kecil yang menorobos menyinari mata gadis kecil yang polos itu.

"Dimana kau!? Keluar!"

Seketika kedua tangan Freen kecil mencengkram kedua sisi telinganya rapat-rapat ketika suara pria itu menggelegar. Dalam rumah kecil yang berantakan itu, Freen kecil menutup rapat mulutnya menahan isak tangis yang bisa menyulut kemarahan ayahnya yang pemabuk.

"Dimana kau? Apa kau tuli!?" teriak ayah Freen lalu dengan langkah sempoyongan dia menyusuri setiap sudut rumahnya mencari keberadaan sang istri dan Freen.

"Kau akan menyesal jika kau tak keluar! Keluar!!"

Drap drap!

Brak!

Tangan besar yang itu dengan cepat meraih pintu lemari dan pria berbadan besar itu dengan kuat membuka paksa dan saat itulah wajah yang dipenuhi amarah tergambar jelas dalam mata Freen. Gadis kecil itu terbelalak dengan tubuh gemetar hebat. Dan saat itulah mata Freen seketika terbuka, kembali dari mimpi panjang yang mengerikan.

Napas Freen tak beraturan dan ia segera bangkit dari tempat tidur. Sejenak ia melirik jam diatas nakas dan mendesah ketika jam masih menunjuk angka 1 malam. Gadis itu mengusap keningnya dan menghela napas sekali lagi.

Dalam hidupnya, hanya ada dua mimpi yang selalu memeluk malamnya yang dingin. Mimpi ketika ayahnya yang jahat selalu melihatnya penuh kebencian dan penuh amarah. Lalu mimpi ketika ibunya mengalami kecelakaan dan bagaimana dingin tubuh ibunya saat dalam pelukannya.

Freen akhirnya menyingkap selimutnya dan turun dari tempat tidur. Gadis itu butuh udara segar jadi dia memilih berjalan keluar rumah menuju taman belakang. Mungkin berada disana sebentar bisa membuat dirinya lebih baik.

Tapi begitu baru sampai di taman belakang, Freen menahan langkahnya sejenak ketika mendapati Becky tengah berdiri disana seorang diri tengah menikmati pemandangan taman.

Freen diam mengamati ketika dilihatnya punggung gadis itu. Rambut panjang tergerai itu tampak indah saat bergerak lembut ketika tertiup angin. Dibawah cahaya lampu, gadis itu tampak paling bersinar diantara gelapnya malam. Bahkan ratusan bunga disana tak mengalahkan kecantikan gadis itu.

'Kau pasti sangat kesepian selama ini.'

'Aku .. ingin kau hidup bahagia, sekalipun itu hanya sebentar.'

Kata-kata Becky kembali terbesit dalam pikiran Freen. Apa yang dikatakan gadis itu tidaklah salah tapi. Sudah sejak lama Freen menyadarinya bahwa ketika dirinya semakin jauh menjali hidupnya, dia semakin kesepian. Dunianya sangat sunyi.

Kemudian ketika gadis itu mulai terlihat, matanya mulai tertuju padanya. Becky mulai membuat laju hidupnya seperti sebuah permainan dan ia tak bisa menebak bagimana akhirnya.

Kini Freen bertanya-tanya, apakah dirinya berhak untuk bahagia setelah semua yang dilakukan? Freen tak pernah memikirkan tentang kebahagiaan bahkan untuk sekalipun.

Freen menghela napas panjang. Dirinya tak bisa goyah, tak boleh. Akhirnya Freen memutar tubuhnya, memutuskan kembali kedalam rumah dan hanya perlu mengabaikan semua yang dikatakan gadis itu.

blooming heartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang