Drap drap drap!
Suara langkah kaki yang berlarian diantara lorong rumah sakit memecah malam itu. Seorang gadis diatas ranjang pasien didorong oleh beberapa petugas kesehatan menuju ICU dan gadis itu tak sadarkan diri. Seorang petugas bahkan membantu mempompa alat bantu pernapasang yang terpasang di mulut gadis itu.
Semua orang bergerak cepat karena waktu mereka tak banyak. Termasuk Freen yang ikut berlari mendorong ranjang Becky menuju ICU. Bahkan ia bisa melihat dengan jelas para dokter tengah memasang beberapa alat pada tubuh Becky.
"Bagaimana tekanan darahnya?"
"Sangat rendah dokter, denyut pasien juga sangat lemah."
Freen mendekat ke ranjang dan berkata dengan panik, "selamatkan dia! Selamatkan dia apapun caranya dok! Aku belum ingin dia mati!"
"Wali pasien dilarang masuk, tolong tunggu diluar," pinta perawat wanita mencoba menghentikan Freen yang ingin mendekati Becky.
Tit .. tit .. ttiiiit ...
"Dokter kondisi pasien memburuk!" seru seorang perawat karena alat monitor jantung Becky tak stabil lalu terdengar bunyi nyaring dan menunjukkan grifik lurus.
"Siapakan defibrilator, cepat!" perintah dokter dengan tergesa.
"Baik," seorang perewat segera mengambil alat kejut jantung dan memperisapkan alat tersebut karena mendadak Becky mengalami henti jantung.
"Apa yang terjadi?" Freen hendak mendekat tapi seseorang menahan tubuhnya.
"Nona tolong tunggu diluar, tolong jangan menganggu. Kami sedang berusaha menyelamatkannya," ujar si perawat tadi lalu ia menarik Freen menjauh dari ranjang Becky lalu seorang perawat lainnya meraih tirai dan menariknya, menghalau pandangan Freen dari Becky.
Dari celah kecil yang tersisa dari balik tirai biru itu, Freen bisa melihat tubuh Becky terlonjak saat alat pacu jantung itu menyentuh dada gadis itu. Freen terpaku saat gadis itu tengah berada diambang kematian. Tangan gadis itu terkepal kuat.
Harusnya ia senang melihat ini. Tapi tanpa ia inginkan, hati kecilnya merasa iba. Dan bersalah. Ada kekawatiran dibalik mata indahnya yang terus tertuju pada Becky yang masih terbaring disana.
'Maaf, maaf karena ayahku telah membunuh ibumu.'
'Maaf ...'
Kata-kata itu masih terngiang. Mungkin kata-kata itulah yang membuat Freen goyah.
Freen menggeleng lemah lalu memutar tubuhnya dan memilih keluar ruangan ICU. Ada yang salah dengan dirinya dan Freen menyadari itu.
* *
"Bagaimana tugasmu?"
"Aku .. tidak yakin," jawab Becky dengan sedih. Kepalanya tertunduk dihadapan seniornya.
Malaikat berpostur tinggi, berkulit seputih salju itu memutar tubuhnya dan menatap Becky dengan mata kebiruan bak permata. Sungguh menawan dan berkilau. Tak lama sosok itu menghela napas panjang.
"Aku sudah memberimu petunjuk dan sedikit bantuan tapi kau masih saja gagal."
"Senior tolong berikan aku sedikit waktu lagi. Aku akan menyelesaikan misiku. Aku bersumpah!"
"Tidak bisa!" teriak malaikat itu dengan suara menggelegar. Lalu ia mengangkat tangannya tinggi dan seketika awan hitam pekat bercampur petir menggantikan suasana yang tadinya cerah. "Terimalah .. hukumanmu ..." sambung malaikat itu lalu mendorong Becky keras sehingga gadis itu terhuyung dan terjatuh menuju sebuah lubang hitam yang tak berujung.
KAMU SEDANG MEMBACA
blooming heart
RomanceHati wanita yang begitu dingin yang bahkan ketika kau hanya menatapnya. Dunia yang mengitarinya dipenuhi tajamnya batu kerikil dan sepi. Lalu saat musim dingin terlewati dan musim panas datang, seseorang perlahan mulai merengkuhnya. Memberikan kehid...