Bagian 22 | Seseram itu kah?

113 4 0
                                    

Desi, Mira, Asep, Bagas dan Iqbal sudah pergi masuk ke kelas sementara Lala, ia masih berada di luar kelas. Di belakang sekolah Lala berdiri seorang diri sambil memegang handphone nya menghadap dirinya.

"Halo, Opah" sapa Lala sambil melambaikan tangannya ke layar ponsel.

Saat Lala hendak pergi bersama teman-temannya, tiba-tiba kakeknya menghubungi dirinya dengan video call.

"Bagaimana, La? Apa kamu betah di sana?" tanya sang Kakek. Raut wajahnya tampak gelisah, cemas memikirkan cucu kesayangan berada jauh dari jangkauan nya.

"Iya, Opah. Lala senang bisa sekolah di sini. Walaupun desa ini tidak seperti di Jakarta tapi desa ini sangat sejuk dan adem. Lala gak bosen untuk pergi bermain bersama-sama teman-teman Lala" Lala menceritakan semua apa yang ia alami selama di Bandung.

Raut wajah Kakek berubah menjadi tersenyum lebar mendengar bahwa cucu kesayangan betah dan senang tinggal di sana.

"Kalau kamu senang, Opah juga ikut senang" ucap Kakek. Suara nya serak mungkin karena umurnya sudah tidak muda lagi.

"Iya, Opah. Lala senang banget" balas Lala tidak kalah senang.

Dari kejauhan ada seseorang yang sedang memperhatikan Lala video call dengan kakeknya dia adalah......

"Baru kali ini saya melihat perempuan itu tersenyum lebar" ucapnya. Selama ia kenal dengan Lala, tidak sekali pun ia pernah melihat Lala tersenyum lebar yang penuh dengan rasa gembira seperti itu.

"Opah, kapan ke sini? Lala kangen banget sama Opah" tanya Lala sekaligus mencurahkan isi hatinya jika Lala kangen berat dengan kakeknya.

Meskipun Lala bersenang-senang di sini tapi tanpa kehadiran kakeknya hidup Lala tetap terasa sepi dan sunyi. Betapa rindunya Lala kepada kakeknya.

"Secepatnya Opah ke sana" jawab kakeknya.

"Ingat La, kamu harus jaga sikap. Kalau kamu masih suka berantem nanti Opah akan kirim kamu ke pesantren" pesan kakeknya.

Raut wajah Lala berubah menjadi bete "kenapa sih, Opah bahas soal pesantren terus. Kan Lala udah bilang Lala gak mau masuk ke pesantren. Lagi pula, Lala bersikap baik kok di sini, jadi Opah gak usah bahas pesantren lagi" jawab Lala. Lagi-lagi kakeknya membahas soal pesantren membuat moodnya rusak.

"Iya, Opah percaya. Kalau cucu kesayangan Opah udah berubah menjadi cucu yang baik" balas Opah nya tersenyum sipul.

"Kenapa perempuan itu tidak mau masuk ke pesantren?" gumam seseorang yang masih berdiri memperhatikan Lala.

"Sudah berapa  banyak masalah dan hukuman dari guru, yang kamu lakuin disekolah baru mu hem?" tanya kakeknya penasaran.

Memalingkan wajahnya "kenapa tuh anak harus kasih tau Opah soal ini sih" gerutu Lala dari dalam hati.

"Astaga Opah, opah meragukan perubahan lala di sini hemm? lagi pula kalo melakukan kesalahan disini nggak asik ,soalnya guru-gurunya ga pada menarik " jawab Lala pasrah. Mau bohong pun kakeknya sudah tau terlebih dahulu.

"Hahahha," kakeknya tertawa terbahak-bahak mendengar lelucon dari cucu kesayangannya itu.

"Ihh, Opah kok malah ketawa sih" kesel Lala.

Kakeknya pun berhenti tertawa " itu lebih bagus " ucap Kakek.

"Hem...iyh opah, Lala suka disini Karena teman-temannya yang sayang Lala apa adanya ya walaupun minusnya guru disini nggak ada yang menarik" celoteh Lala.

"Enak saja, apa selama Saya ngajar di sini saya kurang menarik bagi dia?" tanya orang itu entah kepada siapa.

"Haha, kamu ini ada-ada saja " balas kakeknya.

He Is My Gus ( GURUKU SEORANG GUS )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang