Raut wajah Hanan yang tadinya tenang kini berubah menjadi tegang dan pucat, bisa gawat kalau adiknya keceplosan soal dulu.
Hanan mendekati Qiyya "Qiyya, mending kamu mandi. Sudah sore" titah Hanan sambil mengajak adiknya pergi.
"Nanti saja, Qiyya masih pengen ngobrol sama mbak Lala" tolak Qiyya.
Hanan membungkuk setengah agar sejajar dengan adiknya. Lalu memegang kedua pundak adiknya "Tidak baik mandi terlalu sore, mending sekarang. Kan kamu juga harus ngaji" ucap Hanan masih berusaha mengajak adiknya pergi.
Benar apa yang dikatakan oleh masnya, jika ia tidak mandi sebelum mengaji nanti yang ada ia kena omel oleh Abahnya. Karena sudah terlalu sore untuk mandi setelah ngaji.
Qiyya memasang raut wajah cemberut "baik, mas. Qiyya akan mandi sekarang" ucapnya pasrah.
Hanan pun menjadi lega, setidaknya Lala tidak akan tau perihal bahwa Lala adalah perempuan yang pernah ia ceritakan kepada adiknya soal wajah dirinya yang serem.
Hanan berdiri tegap. Kemudian Qiyya menatap wajah Lala "mbak, Qiyya harus mandi. Nanti kita ngobrol lagi nya" pamit Qiyya.
"Pasti" jawab Lala yakin.
"Assalamualaikum, mbak Lala" salam Qiyya.
"Waalaikumsalam, Qiyya cantik" balas Lala sambil melemparkan senyuman manis.
"Assalamualaikum wr wb" salam Hanan sambil menundukkan kepalanya.
"Waalaikumsalam" balas Lala ketus dengan wajah datarnya.
Qiyya dan Hanan sudah pergi dengan Hanan mengandeng tangan Qiyya. Lala memandangi kedua punggung mereka.
"Kakak dan Adik bagaikan psikopat dan malaikat" monolog Lala. Ia masih tidak percaya bahwa kepribadian antara Qiyya dan Hanan sangat berbeda seperti bukan saudara kandung.
Hanan yang tidak jauh dari Lala masih dapat mendengar celotehan Lala. Masih bingung apa alasan Lala memanggil dirinya dengan sebutan psikopat, padahal mereka tidak lagi ada di sekolah tapi di pesantren.
Dengan menatap kosong lurus "apa salah saya? Mengapa Lala selalu menyebut saya psikopat?" tanya Hanan dari dalam hati. Sudah berulang kali ia meminta maaf tapi perempuan itu selalu menolak nya.
"Mas, yen golek bojo kaya mbak Lala. Utawa mbak Lala mung bisa dadi bojo mas" (mas, kalau nanti cari istri kayak mbak Lala. Atau mbak Lala saja yang jadi istri mas) celetuk Qiyya sambil melirik wajah masnya.
Hanan tersentak dengan penuturan Qiyya, melirik wajah adiknya "yo ora mungkin, dheweke wis pacar" (ya, gak mungkin lah, kan dia sudah punya pacar).
"Kowe isih cilik kok mikir kaya ngono?" (Kamu tuh masih kecil, ngapain mikirin hal seperti itu?) tanya Hanan balik. Adiknya masih kecil tapi pikirannya sudah seperti orang dewasa.
"Qiyya wis ngomong yen mulih kudu nggawa bojone, nanging mulih dhewekan" (Qiyya kan sudah bilang kalau mas pulang harus bawa istri, tapi mas malah pulang sendiri)
Qiyya memang pernah bilang di telepon bahwa ketika dirinya pulang nanti, ia harus bawa istri. Tapi untuk mencari istri itu tidak semudah membolak balikan tangan.
"Qiyya uga pengin duwe kanca sing keren kanggo ngobrol kaya mbak Lala" (Qiyya juga kan pengen punya teman yang asik mengobrol seperti mbak Lala) lanjut Qiyya.
q
Selama di pesantren, baru kali ini Qiyya bertemu dengan santri putri yang asik seperti mbak Lala. Biasanya santri putri yang lain ketika mengobrol dengan dirinya terlalu formal dan baku, Qiyya kurang suka. Berbeda ketika ia mengobrol dengan mbak Lala, seperti mengobrol dengan teman sendiri."isih ana bocah-bocah Mbak Umu" (kan masih ada anak mbak Umu) mbak Umu adalah mbak ketiga, mbak Umu sudah menikah dan memiliki seorang anak perempuan. Namun mbak Umu tidak tinggal di sini melainkan ikut bersama suami nya yang jauh dari kota ini.
"anak mbak umu masih terlalu kecil untuk mengobrol dengan Qiyya" (anak mbak Umu masih terlalu kecil untuk mengobrol dengan Qiyya) walaupun anak mbak Umu sudah mulai lancar bicara tetap saja Qiyya tidak bisa mengobrol banyak hal dengan anak yang masih berumur tiga tahun.
"lan Mbak Umu uga arang mlebu pesantren" (dan mbak Umu juga jarang ke pesantren) mbak Umu merupakan mbak yang sering datang ke pesantren bersama suami dan anaknya namun mbak Umu tidak sesering itu. Mbak Umu beberapa kali datang ke pesantren.
Jadi, itu membuat Qiyya tetap merasa kesepian.
"Nanging cak, apa mas ora seneng karo mbak Lala?" (Tapi, mas suka gak sama mbak Lala) tanya Qiyya polos.
"Nda" jawab datar Hanan, pandangan kosong menatap lurus ke depan.
Qiyya menyipitkan matanya, terasa aneh dengan nada bicara dan cara tatap mata masnya "Mesthi, mas?" (Yakin, mas?)
"Ya, mungkin mas seneng karo wong sing wis duwe pacar" (iya, tidak mungkin mas menyukai orang yang sudah punya pacar).
Masih teringat jelas momen ketika Lala di tembak oleh salah satu siswa di sekolah Pelita Pertiwi, dan ia juga melihat betapa bahagianya Lala bersama pacarnya itu. Jadi, ia tidak mungkin suka kepada orang yang sudah menjadi milik orang lain.
"Kuwi mung pacare, dudu bojone, yen jebule Mbak Lala ora rabi karo pacare" (kan itu hanya pacar bukan suaminya, kalau ternyata mbak Lala tidak berjodoh dengan pacarnya)
"Apa mas bakal seneng karo mbak Lala?" (Apakah mas akan menyukai mbak Lala?)
Hanan membungkuk setengah, menopang kedua lututnya di atas tanah, berputar menghadap Qiyya lalu memegang kedua pundak Qiyya "Qiyya, krungu!" (Qiyya, dengar!)
"Yen kita seneng karo wong sadurunge nikah, ora kaya kita" (jika kita menyukai seseorang sebelum menikah itu bukan suka) terang Hanan.
"Dadi apa?" (Terus apa?)
"sing jenenge hawa nafsu" (itu nama nya hawa nafsu)
"amarga yen kita pancen seneng karo wong, kita ora bakal ngrusak katresnan. lan katresnan sejati mung ana sawise nikah, ora sadurunge nikah" (karena jika kita memang menyukai seseorang, kita tidak akan pernah menodai cinta. Dan cinta sejati hanya ada setelah menikah bukan sebelum menikah)
"Dadi, yen sampeyan seneng karo wong, ndedonga wae. aja nganti ndadèkaké laku maksiat" (jadi, kalau kamu suka sama orang cukup jaga dia dalam doa. Jangan bawa dia dalam kemaksiatan).
Qiyya terus memandangi wajah masnya dan khusus mendengar setiap kata yang dilontarkan oleh masnya. Walaupun ia masih kecil tapi ia paham maksud dari perkataan masnya "Nanging apa maksud mas, kaya apa yen dheweke tetep ndedonga?" (Tapi maksud mas, menjaga dia dalam doa itu seperti apa?) tanya Qiyya polos. Hanya bagian itu yang Qiyya kurang paham.
"Yen ing sawijining dina Qiyya seneng karo wong liya, aja ngomong marang sapa wae utawa nggawe isyarat yen Qiyya seneng karo dheweke" (kalau suatu saat nanti Qiyya suka sama orang, jangan beritahu kepada siapapun atau menunjukkan gerakan kalau Qiyya suka) jeda Hanan.
"nanging Qiyya mung nyebut jeneng wong sing disenengi Qiyya ing sholat sawise sholat tahajjud" (tapi Qiyya cukup sebut saja nama orang yang Qiyya suka dalam doa setelah sholat tahajud) lanjut Hanan. Jika ia menyebutkan sepertiga malam, adiknya tidak akan paham.
"mekaten ingkang dipun wastani njagi shalat" (itu yang disebut menjaga dia dalam doa) jelas Hanan.
"Tegese saben mas sholat tahajjud, mas tansah nyebut asmane Mbak Lala?" (Berarti setiap kali mas sholat tahajud, mas selalu menyebut nama mbak Lala?) tanya Qiyya penasaran.
Q
KAMU SEDANG MEMBACA
He Is My Gus ( GURUKU SEORANG GUS )
HumorCerita 1 Tamami. Kisah ini menceritakan tentang Lala, seorang playgirl yang mempunyai banyak mantan. Suatu hari, salah satu temannya tak percaya bahwa Lala seorang playgirl. Temannya pun menantang Lala untuk meluluhkan guru baru mereka yang berhati...