Bagian 32 | Balik Jakarta 🚗🚗🚗

102 3 0
                                    

Drama musikal yang di tampilkan oleh kelas 12 IPS 1 telah selesai, dimana acara kreasi seni pun selesai. Semua penonton sudah berhamburan keluar dari ruangan, para guru dan wali murid langsung pergi kelas Masin untuk pembagian raport.

"Opah" teriak Lala berlari dari dalam ruangan menghampiri kakeknya yang sudah berada di luar bersama kelima temannya.

Lala langsung memeluk tubuh kakek dengan sangat erat "aduh, cucu Opah" balas Kakek tidak kalah erat dari Lala.

"Opah bangga lihat kamu tampil dengan sangat luar biasa" puji Kakek sambil mengelus surai panjang milik cucunya.

Lala menguraikan secara kemudian mendongak menatap wajah kakeknya "Lala senang Opah datang " ucap Lala senang melihat kakeknya ada di sekolah.

"Tentu saja Opah datang, Opah kan mau lihat pertunjukan cucu Opah yang sangat luar biasa" balas Opah, bagaimana bisa ia tidak datang di saat cucu kesayangan nya tampil.

Lala melirik ke belakang kakek "Opah sendiri? Papah mana?" tanya Lala, mencari sosok ayahnya tapi ia tidak melihatnya.

Kakek meletakkan kedua tangan di belakang punggung "papah kamu tidak bisa datang karena masih ada kerjaan di luar kota" ucap kakek.

Mendengar jawaban Lala membuat sedih dan murung, ia berpikir jika papahnya lebih sayang dengan kerjaan nya daripada dirinya.

"Kamu tidak perlu sedih, kan masih ada Opah" hibur Kakek.

"Lala gak sedih kok, Lala justru senang karena Opah datang dan melihat pertunjukan Lala" ucap Lala sambil mengukir senyuman manis.

"Opah, perkenalkan teman-teman Lala di kampung" tunjuk Lala kepada keempat temannya kecuali Iqbal yangs udah kenal kakek.

"Yang di ujung sana ada Asep si paling usil" terang Lala sambil menunjuk ke Asep.

Asep maju mencium tangan kakek "Asep, kek" ucap Asep sedikit membungkuk, lalu mundur.

"Nah, di sana ada Bagas si paling pintar dan diam" terang Lala sambi menunjuk ke arah Bagas.

Bagas maju mencium tangan kakek "salam kenal kek, saya Bagas teman Lala" ucap Bagas. Membungkuk setengah lalu mundur.

"Di tengah ada Mira si paling cerewet dan kepo" terang Lala sambil menunjuk ke Mira.

Mira maju mencium tangan kakek "halo kakek Lala, perkenalkan nama saya Mira" ucap Mira membungkuk setengah, lalu mundur.

"Dan yang terakhir ada Desi si paling pintar dan dewasa" terang Lala sambil menunjuk ke Desi.

Desi maju mencium tangan kakek "saya Desi, kek" ucap Desi membungkuk setengah, lalu mundur.

Dan yang terakhir ada Iqbal yang maju mencium punggung tangan kakek, ia tidak memperkenalkan diri karena sudah kenal.

"Saya Hendra, Opah Lala. Kalian bisa memanggil saya seperti Lala yaitu Opah" ucap kakek. Kakek senang jika teman cucunya memanggil nya sama dengan cucunya yaitu Opah.

"Baik, Opah" balas keempat teman Lala.

"Kalau saya, kek?" tanya Iqbal. Sejak dulu ia selalu memanggil kakek Lala dengan sebutan kakek. Tapi semua temannya memanggil dengan Opah tidak enak jika hanya diri nya yang memanggil kakek.

"Ya, Bal. Kamu juga boleh panggil saya Opah" balas Kakek.

"Terimakasih nya, kalian sudah mau menjadi teman cucu kakek yang super bandel ini" ucap kakek mendapatkan balasan kekehan kecil dari kelima temannya.

"Sama-sama, Opah. Kami juga senang bisa berteman dengan Lala" balas Desi.

"Opah, Lala gak sebandel itu" ucap Lala kesal.

"Iya, cucu Opah gak bandel hanya nakal" balas kakek.

Kelima teman Lala hanya tertawa kecil berbeda dengan Lala kesal "sama aja"

*****

Hari ini Lala akan pulang kembali ke Jakarta, karena sekolah sudah libur dan Opah menyuruh nya untuk pulang ke rumah.

Semua pakaian Lala yang ada didalam tas besar sudah di masukkan kedalam bagasi mobil sedang. Lala mendekati Opah nya.

"Opah, apa tidak bisa Lala tetap di sini?" mohon Lala sambil memegang kedua tangan kelak. Berharap kakek nya mengizinkan diri nya untuk tetap tinggal di Bandung.

Kakek melepaskan satu tangan lalu mengelus pucuk rambut Lala "cucu Opah tersayang, kamu kan masih bisa kembali setelah liburan. Selama liburan kamu di rumah, emang nya kamu gak kangen Opah sama papah kamu?"

"Kangen, tapi....." Lala menoleh kelima temannya.

"Sudah lah, lebih baik kamu pulang. Kita kan masih bertemu dan main lagi" ucap saran Desi.

"Betul tuh, La. Kalau kita sudah ketemu kita bisa main sepuasnya. Sekarang kamu pulang bersama Opah kamu" timpal Mira.

"Apa yang dikatakan oleh Desi dan Mira benar. Setelah liburan nanti kita masih bisa bertemu dan bermain, tapi Opah dan papah kamu pasti kangen pengen kumpul lagi dengan kamu" imbuh Bagas.

Semua temannya menoleh ke Bagas, terkejut. Jarang sekali Bagas mengatakan perkataan panjang lebar seperti itu.

"Lagi pula, La. Pakaian kamu sudah di kemas didalam tas. Jadi, tidak mungkin di keluarkan lagi" ucap Iqbal, benar apa perkataan nya.

Mendengar semua perkataan teman nya membuat Lala bingung dan ia jadi tidak bisa menolak permintaan kakeknya.

"Baik, Opah. Lala akan pulang ke Jakarta" ucap Lala pasrah tidak ada pilihan lagi.

"Nah, gitu. Itu baru cucu Opah" balas kakek.

Sebelum pergi, Lala menghampiri kelima temannya. Merangkul Desi dan Mira "Mira, Desi. Gue bakal kangen banget sama lu berdua" ucap Lala meninggal suara nya.

"Iya, La. Kita juga bakal kangen sama kamu* balas Desi sambil menepuk pelan punggung Lala.

"Jangan lupa untuk sering ngasih kabar" pesan Mira. Jarak antara bandung dan Jakarta cukup jauh. Dan Mira hanya ingin mereka tetap berkomunikasi walaupun jarak mereka jauh.

Lala melepaskan rangkulan nya "tenang aja, gue akan selalu ngasih kabar setiap saat" ucap Lala penuh dengan yakin.

"Ari maraneh teh, si Lala teh pergi hanya 2 Minggu, kunaon maneh berdua sedihnya kos berpisah jeng si Lala bertahun-tahun bae" (kalian berdua tuh, Lala pergi hanya dua Minggu, tapi kenapa kalian berdua sedihnya kayak di tinggal Lala bertahun-tahun aja) jeda Asep.

Lalu menunjuk ke Mira "Komo maneh Mir, si Lala bakal balik deui. Jadi, maneh tong sedih-sedih kitu" (apalagi kamu Mir, Lala bakal kembali ke sini. Jadi, kamu jangan sedih-sedih kayak gitu) ucap Asep. Melihat raut wajah Mira yang begitu sedih saat hendak di tinggal pergi oleh teman kota mereka yaitu Lala.

"Maneh mah moal bakal ngerti, perasaan awewe. Sanajan sekedeng tapi bagi awewe mah kebel" (kamu tidak bakal mengerti, perasaan perempuan. Walaupun sebentar tapi bagi perempuan itu lama) balas Mira sewot.

"Geuslah, urang teu paham. Sing penting Lala tong hilap oleh-oleh na" (udahlah, saya tidak paham. Yang penting Lala jangan lupa oleh-oleh nya) peringat Asep. Mendapatkan geplak kan dari Mira.

"Anu Aya di otak maneh, oleh-oleh Mulu" (yang ada di otak kamu, oleh-oleh Mulu) ucap Mira.

"Gapapa, Mira. Gue pasti akan bawa oleh-oleh sebanyak-banyaknya nanti" balas Lala, mendengar itu bibir Asep langsung terangkat tinggi. Senang.

"Lala, ayok. Sudah siang nanti macet" cela kakek. Jika mereka berangkat terlalu siang nanti yang ada mereka akan terjebak macet.

"Tunggu dulu, Opah" tahan Lala.

Lala menghampiri Iqbal "bal. Bi Nur kemana?" tanya Lala tidak melihat keberadaan bi Nur.

"Eum, ibu..."

He Is My Gus ( GURUKU SEORANG GUS )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang