Bagian 41| Bertemu Qiyya

93 4 0
                                    

Seorang anak perempuan mengenakan gamis berwarna pink dan memakai kerudung bergo pink polos sedada. Berdiri di bawah pohon rambutan yang besar dan berbuah lebat.

Gadis kecil itu terus melemparkan batu berukuran sedang ke arah buah rambutan berharap ada buah rambutan yang jatuh.

Meski selalu gagal, ia akan tetap melempar batu sampai ia mendapatkan buah rambutan.

Dari belakang, ada seorang perempuan yang lebih tinggi dan umur nya lebih jauh darinya. Perempuan itu memperhatikan gadis kecil yang melemparkan batu ke buah rambutan.

Lalu ia pun menghampiri gadis "Assalamualaikum, gadis kecil. Sedang apa?" tanyanya.

Mendengar ada suara seseorang dari belakang, gadis kecil berbalik badan. Menampilkan raut wajah bingung, melihat wajah yang sangat asing di area pesantren "waalaikumsalam, mbak siapa?" tanya balik gadis kecil.

Perempuan itu mengulurkan tangannya kepada gadis kecil "perkenalkan nama kaka Lala, santri putri baru tapi hanya sebulan" ucap Lala memperkenalkan dirinya.

Dengan ragu, gadis kecil menerima uluran tangan Lala "aku Qiyya" balas Qiyya dengan suara mungil nya. Tanpa memberitahu siapa dirinya yang sebenarnya kepada Lala.

"Qiyya" gumam Lala pelan, lalu melepaskan cengkraman tangan nya. Sudah setengah bulan ia tinggal di pesantren ini tapi Lala baru melihat wajah gadis kecil itu.

Lala membungkuk setengah agar sejajar dengan Qiyya, lalu memajukan wajahnya "tadi Kaka lihat kamu sedang melempar batu ke buah rambutan, emang nya kamu mau buah rambutan?"

Tanpa menjawab Qiyya hanya mengangguk pelan.

"Kalau Qiyya mau rambutan, kakak punya buah rambutan banyak di kamar Kaka. Qiyya mau gak?" tawar Lala.

Dengan cepat Qiyya mengangguk "iya" jawabnya, kedua sudut bibirnya terangkat tinggi. Senang bisa mendapatkan buah rambutan.

"Kalau Qiyya mau, ayo ikut kakak" ajak Lala. Berdiri tegap. Lagi-lagi Qiyya hanya mengangguk.

Lala mengajak Qiyya sambil bergandengan tangan menuju kamar, setelah tiba di depan kamar. Lala melemparkan genggamannya.

"Qiyya, tunggu di sini! Biar kakak ambil buah rambutan" dan Qiyya mengangguk.

Bebek saat kemudian.

Lala keluar dari kamar biliknya sambil membawa keranjang pink muda, turun menghampiri Qiyya.

"Didalam keranjang ini ada buah rambutan, kita cari tempat untuk makan"

"Di gazebo saja mbak" saran Qiyya.

"Gazebo? Boleh tuh. Dimana?"

"Ayo ikut Qiyya" ajak Qiyya.

Kini Lala yang harus mengikuti langkah kecil Qiyya, ketika gadis kecil itu pergi dimana ada sebuah gazebo.

Beberapa saat kemudian.

Mereka berdua sudah tiba di sebuah gazebo berukuran sedang yang terbuat dari bambu kuning, di sekelilingnya banyak tanaman bunga dan tempat nya jauh dari jangkauan para santri. Jadi, sangat tenang dan damai.

Lala dan Qiyya duduk di tengah Gazebo saling berhadapan. Lalu Lala membuka tutup keranjang, matanya langsung berbinar saat melihat banyak sekali buah rambutan besar dan merah "banyak sekali mbak"

"Qiyya boleh makan semua rambutan nya, terserah Qiyya mau berapa" ucap Lala. Tidak masalah jika buah rambutan nya dihabiskan oleh gadis kecil karena ia bersama teman kamar nya sudah cukup banyak makan buah rambutan.

"Wah, terimakasih, mbak" ucap Qiyya. Akhirnya keinginan untuk makan buah rambutan terwujud.

"Iya, sama-sama" balas Lala.

"Sini, biar kakak bukakan" Lala mengambil satu buah rambutan besar dan merah, lalu ia buka cangkangnya dan memberikannya kepada Qiyya. Qiyya pun dengan hati senang memakan buah rambutan.

"Ngomong-ngomong, kakak tidak pernah melihat kamu ada di sekitar pesantren. Apakah kamu santri juga?" tanya Lala penasaran sambil membuka cangkang buah rambutan. Selama tinggal di pesantren ia tidak pernah melihat ada santri putri sekecil dan jauh lebih muda dari nya. Kebanyakan yang Lala ketemu sudah anak SMP dan SMA.

"Ora, mbak. Saya bukan santri" jawab Qiyya.

Lala memberi kan buah rambutan yang sudah terkupas kepada Qiyya "kalau bukan, kenapa kamu ada di area pesantren ini?" tanya Lala. Jika memang Qiyya bukan salah satu santri pesantren At-Tamam, kenapa Qiyya berkeliaran di pesantren ini?.

Qiyya tertunduk sambil memegang buah rambutan, bibirnya terus bungkam.

"Gapapa, kalau kamu gak mau jawab. Makan saja buah rambutan nya" ujar Lala.

Qiyya pun memasukkan buah rambutan yang terasa manis dan segar didalam mulutnya, lalu membuang biji rambutan ke dalam plastik.

"Kenapa mbak mondok hanya sebulan?" kini Qiyya yang bertanya. Qiyya baru tau jika ada santri yang hanya mondok selama sebulan biasanya para santri lain paling sebentar satu tahun karena tidak betah di pesantren.

"Sebenarnya kakak masih sekolah, Kaka mondok hanya untuk mengisi waktu luang kakak selama liburan" jawab Lala sambil memberikan buah rambutan yang terkupas. Lala tidak memberitahu alasan yang sebenarnya bahwa dirinya masuk ke pesantren karena ini adalah hukuman dari Opah nya.

Qiyya menerima buah rambutan dari tangan Lala "sekolah dimana, mbak?"

"Sekolah Pelita Pertiwi yang ada di bandung" jawab Lala jujur.

Mendengar nama sekolah Pelita Pertiwi, Qiyya langsung berhenti menguyah "sekolah Pelita Pertiwi? Mas ku juga ngajar di sekolah itu" terang Qiyya dengan mulut yang penuh buah rambutan.

Lala menoleh ke Qiyya, tangannya berhenti mengupas "mas? Maksud mu Abang?" tanya Lala. Ia kurang paham dengan bahasa Jawa.

Sambil mengunyah buah rambutan, Qiyya mengangguk cepat.

"Kalau Kaka boleh tau, siapa nama mas mu? Barang kali kakak kenal" tanya Lala. Di sekolah Pelita Pertiwi hanya ada beberapa guru, dan Lala cukup mengenal semua guru yang ada di sana. Jika memang Abang nya Qiyya mengajar di sekolah nya seharusnya ia kenal.

Qiyya menelan buah rambutan "nama mas ku----"

He Is My Gus ( GURUKU SEORANG GUS )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang