Bagian 26 | Kalung Nama

104 5 0
                                    

"kemarin benar-benar pesta makan yang sangat menyenangkan" ucap Asep senang. Berjalan di depan Lala dan Desi.

Kemarin adalah hari yang sangat bahagia untuk ia dan kelima temannya, dimana kemarin mereka bisa makan makanan mewah sepuasnya.

"Benar, sampai perut saya kenyang. Gak bisa nampung lagi" imbuh Mira. Saking kenyang nya Mira kemarin sampai perut nya tidak sanggup memakan makanan lagi. Yang berada di belakang Lala bersama Bagas.

"Tapi La, " Asep menoleh ke belakang.

"Kemarin saya sedikit terkejut, saat kamu menyuapi Bagas. Padahal, dia gak pernah mau disuapin sama orang lain" ucap Asep. Kejadian kemarin membuat dirinya benar-benar sangat kaget, hal yang tidak terduga untuk nya.

"Saya tidak disuapi!" bantah Bahas tegas.

Kemarin ia memang tidak di suapi oleh Lala, anak kota itulah yang langsung memasukkan makanan nay kedalam mulut.

"Benar, yang di bilang Bagas. Kemarin itu gue yang paksa dia untuk makan, soalnya kalau gue gak suapi mana mau ia makan" sambung Lala. Membenarkan pernyataan Bagas.

Mereka yang sedang asik membahas pesta makan dan kejadian yang tidak terduga di rumah pohon tanpa disadari masih ada seseorang yang duduk di meja guru.

Dialah adalah Hanan, Hanan masih belum keluar dari kelas karena ada hal sesuatu. Hanan mendengar semua pembicaraan keenam anak muridnya termasuk Lala yang menyuapi Bagas.

"La, kalung mu sudah ketemu belum?" tanya Iqbal tiba-tiba. Hampir saja Lala kena marah oleh kakeknya saat tau kalung itu hilang.

Lala menatap punggung Iqbal sekilas  "lagi-lagi asiknya bahas pesta makan, eh lu malah nanya soal kalung" balas Lala sedikit kesal.

"Belum, gue gak tau dimana kalungnya" jawab Lala ketus. Ingin ia melupakan soal kalung sejenak. Tapi Iqbal tiba-tiba malah bertanya.

"Kalung? Kalung apa?" tanya Desi penasaran menatap wajah Lala.

"Kalung Nama. Tapi kalung itu bukan nama Lala" terang Lala menatap lurus.

"Kalau bukan Lala terus nama apa?" tanya Mira kepo.

"Kalung itu namanya....."

Hanan yang sedang duduk memanjangkan kalung perang yang semalam ia temukan di dekat masjid "Syakila" membaca nama dari kalung itu.

"Syakila" lanjut Lala. Meskipun nama panggilan nya adalah Lala tapi tulisan yang ada di kalung itu bernama Syakila. Nama yang diambil dari nama tengah nya.

"Lala" tepat saat Lala hendak melangkah keluar kelas. Tiba-tiba gurunya memanggil namanya, sontak Lala dan kelima temannya memberhentikan langkah nya di ambang pintu.

"La, kamu di panggil tuh" beritahu Mira pelan.

Iqbal menoleh ke belakang "kamu buat kesalahan lagi, La?" tanya Iqbal. Entah apa kesalahan Lala kali ini sampai di panggil oleh gurunya.

Lala mengedikkan bahunya "mana gue tau" balas Lala sewot. Sudah cukup, ia di fitnah melakukan kesalahan.

"Lebih baik kamu ke sana. Kita semua akan tunggu kamu di luar" titah Desi. Daripada Lala tambah kena masalah lebih baik anak kota itu pergi menghampiri gurunya.

"Gapapa, Desi. Kalian langsung ke warung bi Lina, nanti gue nyusul" balas Lala. Menyuruh semua teman nya langsung pergi ke warung bi Lina. Ia tidak ingin membuat teman-teman nya menunggu lama karena ia tidak tau sampai kapan.

"Baik, kita langsung pergi"

Lantas kelima temannya melangkah keluar kelas. Langsung pergi menuju warung bi Lina meninggal Lala didalam kelas.

Dengan ekspresi kesal "kenapa sih, tuh guru manggil gue" geramnya.

Lala berbalik badan, berjalan maju menuju meja guru. Lalu berdiri tepat di sebelah guru nya sambil menahan emosi nya menatap gurunya "assalamualaikum, pak. Ada apa manggil saya" salam Lala sekaligus tanya dengan nada ketus.

"Waalaikumsalam, saya hanya ingin mengembalikan barang milik mu" balas Hanan.

Tanpa menoleh, Hanan meletakkan sebuah kalung perang dengan tulisan 'Syakila'di tengah dan ada kupu-kupu kecil di ujung nama di letakkan di atas meja.

Segera Lala mengambil kalung perak seketika matanya melebar saat melihat liontin kalung ini bertuliskan nama 'Syakila'dan kupu kupu kecil di ujung nama.

"Ini kan kalung gue, bagaimana bisa kalung ini ada di dia?" tanya Lala dari dalam hati.

Lala menatap wajah guru nya "bagaimana lu tau kalau kalung ini punya gue? Dan darimana lu dapat kalung gue?" cecar Lala. Tidak ada yang tau nama aslinya tapi kenapa gurunya bisa tau jika kalung itu milik nya? Dan yang bikin Lala bingung adalah darimana gurunya mendapatkan kalungnya.

"Saya tau itu punya mu karena saya melihat nama asli mu di buku absen" jeda Hanan sambil merapihkan beberapa buku.

"Dan untuk masalah kalung...." jeda Hanan. Kemudian beranjak sambil membawa beberapa buku dan kotak pensil, maju melangkah mendahului Lala.

Berhenti di depan Lala beberapa jarak, lantas berbalik badan memandangi punggung gurunya "apa kamu yakin tidak ingat dimana kamu menjatuhkan nya?" lanjut Hanan. Tanpa menjelaskan lebih jelas, Hanan berjalan keluar kelas meninggalkan Lala yang kebingungan.

Lala diam sejenak, memikirkan perkataan gurunya. Mengingat kembali kemana saja saat malam kemarin, seketika Lala melotot baru ingat kemarin malam ia sempat mengintip gurunya mengajar di masjid dan saat di teriak oleh anak perempuan, Lala langsung lari dan tidak sengaja tersandung batu.

Apa mungkin kalung nya jatuh saat dirinya tersandung batu? Kalau memang ia, berarti guru nya melihat dirinya di depan masjid.

"Malu banget gue, kalau dia beneran lihat gue di dekat masjid" ucap Lala panik.

Sementara itu, Hanan masih berdiri di depan kelas. Mendengar apa yang di ucapkan oleh Lala "ternyata benar, perempuan yang mengintip di jendela masjid adalah dia" gumam Hanan. Ia memang tidak melihat siapa orang yang mengintip dirinya karena orang itu sudah keburu kabur tapi berkat kalung itu Hanan dapat mengetahui bahwa orang itu adalah Lala.

He Is My Gus ( GURUKU SEORANG GUS )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang