Sudah hampir satu jam lebih anak-anak kelas 12 IPA 2 melakukan kegiatan olahraga yaitu bermain basket. Mereka kini sedang beristirahat sejak, beberapa anak ada yang pergi ke kamar mandi, ada yang melonjorkan agar sendi-sendi kakinya tida sakit, ada yang hanya sekadar minum dan mengobrol.
Begitu pula dengan keenam siswa yang sedang duduk sambil melonjorkan kaki nya dan minum karena kecapekan habis olahraga.
Di koridor tepat sebelum belokan ada dua orang yang sedang berdiri mengobrol.
"La, lihat La!" ucap Asep sambil menepuk pundak Lala sedikit keras.
Lala yang sedang minum hampir tersedak "ada apa sih, Sep?" tanya Lala kesal sambil menoleh ke belakang.
"Kamu lihat di sana ada siapa!" Asep menunjuk ke arah dimana ada gurunya dan Bu Abel.
Lala mengikuti arahan jari telunjuk Asep dan ia melihat dua orang itu sedang mengobrol "terus?" tanya Lala, seperti tidak tertarik.
"Kamu perhatikan lagi, pipi Bu Abel memerahkan. Kayaknya Bu Abel suka sama pak Hanan" ucap Asep.
"Kalau Bu Abel emang suka sama tuh guru, ya udah. Itu terserah mereka gak ada urusan nya sama gue" balas Lala sedikit sewot.
Lala ingin menghadap lapangan tapi di cegah oleh Asep "tunggu dulu, La" sambil menahan pundak Lala.
"Kamu harus lihat apa yang di lakukan oleh Bu Abel" ucap Asep.
Mau tidak mau Lala pun mengikuti perkataan Asep, menatap kembali dua orang itu.
"Terimakasih atas kopi good day, tapi saya mohon lain kali ini tidak perlu membelikan saya kopi lagi. Saya tidak ingin berharap lebih kepada saya" ucap Hanan minta maaf sambil memandang lantai bersih. Dan memegang botol kopi good day.
Sudah beberapa hari sejak dirinya sembuh, Bu Abel terus membelikannya kopi good day, ia ingin menolak nya tapi tidak tega takut menyakiti perasaan Bu Abel. Dengan terpaksa ia pun menerima pemberian Bu Abel.
Dan hari ini ia akan memberitahu kepada Bu Abel untuk tidak membelikan kopi lagi. Karena jika ia terus menerima kopi Bu Abel nanti yang ada Bu Abel berpikir jika dirinya telah memberikan harapan kepada Bu Abel. Dan Hanna tidak ingin Bu Abel terus berharap dan itu akan menyakiti perasaan Bu Abel jika akhirnya tida sesuai dengan Bu Abel.
"Tapi pak, saya ikhlas memberikan pak Hanan kopi. Saya tidak mengharapkan jika bapak menerima perasaan saya yang penting telah menerima kopi yang telah saya belikan" kukuh Bu Abel. Sambil menatap wajah Hanan yang terus menunduk ke bawah.
"Tetap saja, Bu. Hati perempuan itu sangat lembut dan perasaan nya gampang terpengaruh oleh laki-laki apalagi jika laki-laki itu merespon dengan baik itu akan membuat perasaan perempuan berubah menjadi suka. Jika perempuan sudah menyukai laki-laki itu apalagi sampai berharap bisa bersama sementara laki-laki itu hanya berprilaku baik, itu akan membuat perasaan perempuan sakit. Dan saya tidak akan menyakiti perasaan perempuan" jelas Hanan panjang lebar. Agar Bu Abel paham apa maksud dari perkataan nya.
"Jadi, saya mohon kepada Bu Abel untuk tidak berharap lebih. Karena saya tidak ingin menyakiti perasaan Bu Abel" lanjut Hanan. Masih menundukkan kepalanya.
Semoga saja Bu Abel mau mengerti.
Bu Abel diam sejenak, semua perkataan pak Hanan benar. Saat pertama kali kopi pemberian nya di terima oleh pak Hanan itu membuat Bu Abel memiliki harapan untuk bisa mendapatkan hati pak Hanan. Tapi itu hanyalah sebuah prasangka nya saja.
"Baik, pak. Saya mengerti. Terimakasih karena telah menerima kopi saya, saya berjanji tidak akan membelikan pak Hanan kopi atau apapun itu" balas Bu Abel. Walaupun rasanya sangat berat tapi ia tidak punya pilihan dan tidak memaksa pak Hanan terus menerima nya.
"Sama-sama, Bu. Dan saya juga terimakasih karena Bu Abel sudah mau mengerti" ucap Hanan.
"Mungkin ini kopi terakhir, kalau begitu saya permisi dulu. Assalamualaikum" pamit Bu Abel sekaligus memberikan salam.
"Waalaikumsalam" balas pak Hanan.
Dengan kecewa berat, Bu Abel pergi. Cukup sakit bagi Bu Abel harus mengubur perasaan nya, tapi mungkin ini yang terbaik untuk nya daripada ia semakin berharap.
Hanan mendongak menatap punggung Bu Abel yang sudah jauh dari pandangan nya kemudian beralih menatap botol kopi di tangan nya.
Sementara Lala dan Asep masih asik melihat kedua guru nya mengobrol.
"Kira-kira Bu Abel ngobrol apa sama pak Hanan?" tanya Asep melirik sekilas ke Lala.
Karena jarak antara mereka berdua dengan kedua gurunya cukup jauh membuat Asep tidak dapat mendengar apa yang di bicarakan oleh Bu Abel dan pak Hanan.
"Entah lah, gue juga gak dengar" balas Lala.
"Kayaknya tuh guru mau jalan ke arah sini" ucap Lala membuat Asep kaget.
Lantas Lala dan Asep berbalik badan, mengobrol layaknya dua orang yang sedang bicara. Berharap gurunya tidak curiga.
*****
Lala berjalan di bagian paling belakang bersama Asep. Mereka hendak pergi pulang ke rumah karena bel pulang sudah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu.
"La, emang kamu gak cemburu lihat Bu Abel dekat sama pak Hanan?" tanya Asep pelan. Agar keempat temannya tidak dengar.
"Ha? Cemburu? Ngapain juga gue harus cemburu. Orang gue gak ada perasaan apa-apa" balas Lala sambil mengalihkan wajahnya. Mesk begitu, terlihat jelas dari wajah Lala jika perempuan itu cemburu.
"Tidak perlu bohong, saya tau. Di lapangan, saya perhatikan raut wajah mu itu tampak kesal seolah tidak suka jika Bu Abel dekat dengan pak Hanan" terang Asep.
"Ngapain gue bohong. Gue gak bakalan suka sama orang yang sok jual mahal, dingin dan berwarna seram kayak psikopat" balas Lala ketus.
Padahal dalam hati Lala sedikit marah saat melihat dua orang itu mengobrol. Tapi Lala terlalu gengsi sehingga menutupi perasaan nya.
Di belakang Lala dan Asep ada seseorang yang sedang berjalan menuju ruang guru. Mendengar semua pembicaraan antara Lala dan Asep "kemarin seperti pembunuh berdarah dingin dan sekarang psikopat" gumam orang itu dengan suara pelan.
"Hati-hati, ntar kena karma" peringat Asep sambil menyeringai kecil.
"Gak, gak bakal" sanggah Lala. Yakin jika dirinya tidak akan terkena karma.
"Kalau gak suka, terus kenapa pas kamu di tolak ekspresi wajah mu terlihat sangat kesal? Seperti tolak perasaan nya" tanya Asep penasaran. Jika memang benar Lala tidak menyukai gurunya kenapa Lala terlihat sangat marah seperti tidak terima jika perasaan nya di tolak.
"Karena, karena gue gak terima harga diri gue di rendah kan. Masa cewe secantik gue di tolak? Kan gak lucu" ucap Lala kesal, menyembunyikan perasaan gugup nya.
"Iya, deh percaya" balas Asep. Asep tau sebenernya Lala sudah mulai menyukai gurunya tapi anak kota itu terlalu gengsi.
Asep menoleh ke Lala "kalau kamu memang gak suka pak Hanan terus kenapa kamu selalu menghindar setiap kali ada pak Hanan?" tanya Asep penasaran. Jika Lala memang tidak suka pak Hanan seharusnya Lala bersikap biasa saja tapi sikap Lala terlalu mencolok.
Sementara orang yang ada di belakang mereka menunggu jawaban Lala, dari dulu ia penasaran kenapa Lala selalu menghindar nya dan kini ia pasti mendapatkan jawaban nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Is My Gus ( GURUKU SEORANG GUS )
HumorCerita 1 Tamami. Kisah ini menceritakan tentang Lala, seorang playgirl yang mempunyai banyak mantan. Suatu hari, salah satu temannya tak percaya bahwa Lala seorang playgirl. Temannya pun menantang Lala untuk meluluhkan guru baru mereka yang berhati...