Bagian 49 | Kado teristimewa 🍙🎁📕

127 6 0
                                    

"ohhh, jadi Opah menelepon bi Nur meminta bi Nur untuk mengajak kalian semua ke Jakarta" ucap Lala kedua tangan nya memegang garpu dan sendok.

Bi Nur menceritakan semua tentang Opah yang mengirim sebuah mobil Avanza untuk membawa Bi Nur dan kelima teman Lala pergi ke Jakarta, harapan agar Lala bisa terhibur karena ada teman-temannya.

"Melihat kamu terus mengurung diri didalam kamar membuat Opah cemas dan khawatir sehingga Opah meminta bantuan ibu" terang Iqbal, duduk di hadapan nya di tengah antara Bagas dan Asep.

Sambil mengunyah makanan, memikirkan seberapa cemas dan khawatir Opah.

*****

Setelah makan malam, semua remaja kini sedang berkumpul di kamar Lala. Duduk membentuk lingkaran seperti di rumah pohon, menertawakan cerita yang terjadi di Bandung selama Lala tidak ada. Lala benar-benar sangat senang dan bahagia seolah semua kesedihan nya sinar begitu saja dan kembali menjadi Lala yang ceria.

Lala berhenti tertawa "gue gak kebayang kalau gue ada di sana mungkin gue udah tertawa" ucap Lala. Sayang nya ia selama sebulan kemarin Lala di masukkan kedalam pesantren membuat dirinya tidak melihat kejadian lucu.

"Ngomong-ngomong, La. Selama liburan kemarin kamu kemana aja? Kok chat di grup gak di balas?" tanya Mira penasaran, selama dua Minggu mereka berlima sering mengirim pesan dan grup WhatsApp tapi Lala tidak pernah membalasnya sekali pun.

"Terus kamu juga gak masuk selama dua Minggu" imbuh Asep. Setelah liburan, Lala tidak pernah masuk sekolah sampai setengah bulan.

"Iya, kata Opah. Kamu lagi pergi, pergi kemana?" tanya Desi.

Opah meminta izin kepada Iqbal kalau Lala tidak bisa masuk sekolah selama beberapa hari tapi Opah tidak bilang alasan Lala tidak masuk hanya berkata kalau Lala lagi pergi.

Lala terdiam sejenak, bingung harus menjawab apa. Tidak mungkin ia bilang kalau dirinya di masukkan kedalam pesantren dan bertemu dengan guru psikopat.

Mata Lala melirik ke kotak dengan ukuran sedang tepat berada di belakang Desi "kotak apa tuh?" tanya Lala sekaligus mengalihkan topik pembicaraan sambil menunjuk kotak.

Semua mata melirik ke belakang Desi, Lalu Desi mengambil kotak dan meletakkan di tengah-tengah mereka.

"Ini hadiah dari kami semua" terang Desi menyodorkan kotak kepada Lala.

Lala menerima kota dari tangan Desi menatap satu persatu wajah temannya, semua teman nay tersenyum tipis. Lala bingung, kenapa semua temannya menyiapkan hadiah untuk nya?.

"Ada hari apa? Kok gue di kasih hadiah?"

"Kamu gak ingat?" Lala pun menggeleng pelan. Sungguh, ia tidak bisa mengingat hari apa ini.

"Mungkin karena kamu sangat sedih, makanya kamu gak ingat kalau kemarin kamu ulang tahun" terang Desi. Mereka berlima di beritahu oleh Iqbal kalau Lala ulang tahun tepat di hari ibunya meninggal.

"Ulang tahun?" Lala baru ingat beberapa hari yang lalu adalah hari ulang tahun dirinya, dimana hari yang seharusnya menjadi hari bahagia malah berubah menjadi hari terburuknya.

"Benar, gue ulang tahun" gumam Lala, raut wajahnya berubah menjadi sedih.

"Udah Lah, kamu jangan sedih kan. Mendingan kamu buka kado dari kita" saran Desi, niat mereka datang ke sini adalah untuk membuat Lala tersenyum bukan malah menjadi sedih.

Lala pun mengangguk dan mulai melepaskan tali pita. Membuka secara pelan bagian atas kotak dan yah setelah di buka beberapa kupu - kupu yang di buat dari kerta berwarna merah berterbangan. Begitu takjub melihat kupu-kupu bukan hanya itu, di setiap sisi kotak jatuh dan ada berbagai cemilan. Meskipun cemilan itu terlihat murah tapi Lala tetap suka.

"Wah, bagus sekali kadonya" ucap Lala, raut wajahnya begitu bahagia dan senang.

"Maaf, kalau hadiahnya sederhana" ucap Desi. Mereka bingung harus membelikan kado untuk Lala apa karena mereka yakin kalau Lala sudah memiliki semuanya dan mereka hanya anak-anak desa yang tidak memiliki banyak uang seperti Lala.

"Gapapa, gue suka" balas Lala. Setiap ulang tahun ia sering di rayakan oleh keluarganya dan selalu mendapatkan kado dari teman. Tapi kado ini adalah kado yang istimewa, walaupun terlihat sederhana tapi ini sangat bagus dan indah. Berbeda dengan kado temannya dulu yang hanya sekadar memberi barang mahal tanpa ada hiasan seperti ini.

"Di dalam kotak itu juga ada hadiah buatan kita sendiri" ucap Mira. Sambil menunjuk kotak sedang di tengah-tengah.

Lala menatap kotak itu, permen-permen yang ada di atas kota di singkirkan. Perlahan Lala mengangkat kota tersebut, lagi-lagi ia dikejutkan dengan hadiah yang diberikan oleh teman-temannya. Hadiah itu berupa sebuah buku diary dengan cover bergambar pedesaan.

Lala mengambil buku diary "walaupun terlihat sederhana tapi didalam buku itu terdapat banyak kenangan Bandung, agar kamu selalu ingat teman-teman di Bandung" terang Desi.

Lala membuka buku diary, dihalaman pertama ada sebuah foto mereka semua di perkebunan Bagas. Foto yang sangat bagus, dibawah foto ada tulisan nama panggilan mereka semua agar Lala terus mengingat mereka.

Kemudian Lala membuka lembaran lain, ada beberapa kata dan foto dengan ukuran kecil. Membaca sekilas tulisan dan melihat beberapa foto yang ditempelkan di setiap lembaran.

"Kami harap kamu menyukai hadiah yang kami buat dengan tangan kami sendiri" ucap Desi, semua tulisan yang ada di buku diary adalah hasil tulisan mereka berlima.

"Kok kalian bisa kepikiran buat buku ini? Sumpah nya ini bukan bagus tapi sangat bagus" Lala tidak mengira kalau teman-teman nya akan membuat buku diary berisi kenangan mereka semua selama dirinya di Bandung.

"Kita semua bingung mau kasih kamu apa, kalau beli barang mewah kita tidak mampu. Dan kami ingin memberikan hadiah yang sederhana tapi juga bermakna untuk kamu" jeda Desi, kemudian melirik ke Bagas.

"Dan Bagas mengusulkan untuk kita kasih kamu buku diary, tapi bukan hanya buku diary kosong tapi juga dengan tulisan kita sendiri dan menempelkan beberapa foto kamu bersama kita semua. Agar kamu selalu ingat tentang semua yang ada di Bandung" lanjut Desi. Ketika mereka sedang kebingungan mencari ide untuk memberikan Lala hadiah.

Bagas memberikan mereka saran kalau sebaiknya mereka kasih Lala buku berisi kenangan tentang Bandung. Meski sederhana tapi bermakna.

Lala menatap wajah Bagas " gue ngak nyangka punya ide sebagus ini. Terimakasih teman-teman, buku diary ini gak akan gue lupakan begitu pula dengan Bandung. Dan itu lu, Bagas sudah menyarankan kado yang sangat luar biasa ini" ucap Lala, sampai kapanpun ia tidak akan pernah melupakan kenangan dirinya bersama kelima temannya di Bandung apalagi kini ia punya buku diary.

"Sama-sama" balas kelima temannya.

"Saya harap dengan buku diary itu, kamu selalu mengingat kenangan kita dan juga Bandung" lanjut Bagas didalam hati.

Ia tidak setelah lulus sekolah, apakah mereka semua akan bertemu lagi terutama Lala yang pastinya akan tetap tinggal di Jakarta. Jadi, ia ingin memberikan hadiah dimana Lala tidak akan pernah melupakan semua tentang kenangan mereka di Bandung.

He Is My Gus ( GURUKU SEORANG GUS )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang