Bagian 21 | Musibah Pohon Rambutan 🌳🌳🌳

116 5 0
                                    

Desi, Mira, Asep, Bagas mengendarai sepeda nya masing-masing, sementara Lala di bonceng oleh Iqbal. Suasana yang adem dan matahari tidak terlalu terik, mereka berenam berniat untuk bersepeda berkeliling kampung.

Lala yang sedang di bonceng Iqbal, memegang kedua pundak Iqbal sebagai topangan agar tidak jatuh. Matanya melirik takjub sekeliling kampung yang masih sangat asri ini.

Masih banyak sekali sawah, kebun serta pohon yang tertanam di pinggir jalanan. Entah itu pohon liar atau milik orang lain.

Dari kejauhan mata Lala tertuju pada satu pohon rambutan yang begitu besar dan penuh dengan buah rambutan berwarna merah. Itu membuat Lala ngiler ingin memakannya.

"Hai, kawan-kawan. Lihat! Ada pohon rambutan buahnya lebat terus merah-merah" ucap Lala antusias sambil menunjuk ke arah pohon rambutan yang ada di pinggir sawah.

Kelima temannya langsung melirik ke arah yang di tunjuk oleh Lala, memang benar ada pohon rambutan dengan buah yang lebat.

"Kita ambil yuk, buah rambutan itu" ajak Lala.

"Emangnya kamu tau siapa pemilik pohon rambutan itu?" tanya Desi fokus ke depan.

Tidak sembarangan mereka bisa mengambil buah dari pohon, sebelum mereka tau siapa pemilik pohon tersebut. Jika mereka asal mengambil buah dari pohon tanpa izin itu sama saja mencuri dan mereka tidak akan melakukan hal seperti itu.

"Tapi gue pengen" ucap Lala.

Kemudian matanya melihat ada seorang bapak-bapak yang sudah berumur duduk di pinggir sawah sambil memandangi sawah.

"Itu ada bapak-bapak, kali aja bapak itu tau" tunjuk Lala. Sungguh, ia sangat ingin memakan buah rambutan mana warnanya merah-merah pasti matang dan manis. Ditambah lagi buah nya di ambil langsung dari pohon pasti rasanya sangat segar.

Desi melirik memang ada seorang bapak yang sedang duduk di pinggir sawah. Kemudian menghela nafasnya berat "baik, kita akan tanya apakah bapak itu tau siapa pemilik pohon itu dan jika bapak itu tidak tau berarti kita tidak jadi menjadi buah rambutan itu. Gimana?" saran Desi.

Lala pun mengangguk cepat "iya"

Lantas keenamnya menepi di depan pohon rambutan, memarkirkan masing-masing sepeda nya. Lala turun dari sepeda Iqbal dan maju mendekati pohon rambutan begitu pula kelima temannya.

Memandangi pohon dengan buah yang sangat lebat dan merah-merah, Lala semakin tidak sabar untuk mencicipi baju rambutan itu.

Desi maju beberapa langkah menghampiri seorang bapak yang sedang terduduk. Kemudian Desi berjongkok di sebelah bapak tersebut "punten, pak" ucap Desi lembut.

Bapak tersebut menoleh ke wajah Desi "Aya naon, neng?" (Ada apa, neng?) tanya bapak itu.

"Kami hoyong nyandak rambutan eta, bapak terang teu eta tangkal rambutan saha?" (Kami ingin mengambil rambutan itu, apakah bapak tau pohon rambutan itu milik siapa?) tanya Desi lembut sambil menunjuk ke arah pohon yang besar dengan buah yang lebat.

Bapak itu melirik ke pohon rambutan kemudian beralih menatap wajah Desi "neng, hoyong buah eta?" (Neng, mau baju rambutan itu?) tanya bapak balik.

"Hoyong, pak" (mau, pak) jawab Desi antusias.

"Lamun neng hoyong nyandak bae, eta pohon rambutan boga bapak" (kalau neng mau ambil saja, itu pohon rambutan punya bapak) ucap bapak itu memberikan izin kepada Desi. Bahwa Desi boleh mengambil buahnya.

"Hatur nuhun, pak" (terimakasih, pak) ucap Desi senang.

"Sami-sami" (sama-sama) balas bapak itu.

Setelah mendapatkan izin, segera Desi kembali kepada kelima temannya. Lala yang tidak sabar langsung mendekati Desi.

He Is My Gus ( GURUKU SEORANG GUS )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang