Bagian 28 | Surat cinta 💌♥️💌

126 5 0
                                    

"masalah itu, lu gak perlu tau. Karena gue gak akan mau kasih tau alasannya kepada siapapun" tegas Lala.

Hal itu membuat Orang yang ada di belakang kecewa. Sungguh, ia sangat penasaran kenapa Lala selalu menghindar nya tapi Lala malah tidak ingin memberitahu kepada orang lain.

Ada dua siswi yang kebetulan sedang lewat koridor tersebut, dua siswa itu melihat ada guru nya lalu memberinya salam.

"Assalamualaikum, pak Hanan" salam kedua siswi itu yang berada di kelas 12 IPS 1.

Sontak Hanan menoleh ke sebelah "waalaikumsalam" balas Hanan.

Asep dan Lala yang mendengar Anam gurunya terkejut "Sep, lu dengar kan ada yang sebut nama pak Hanan?" bisik Lala pelan.

"Iya, La. Aku dengar" balas Asep. Tentu saja ia dengar, orang namanya terdengar jelas di telinga nya.

"Sep, coba lu lihat di belakang. Apakah orang itu ada di belakang kita?" titah Lala.

Lantas Asep menoleh ke belakang, seketika matanya terbuka lebar saat menangkap sosok gurunya berdiri tidak jauh dari mereka.

"Benar, La. Pak Hanan ada di belakang" terang Asep. Itu membuat Lala panik.

"Kira-kira tuh guru dengar gak? Apa yang kita bicarakan?" tanya Lala panik.

"Semoga saja gak La" balas Asep.

Bukan hanya Lala yang panik tapi Asep juga panik, walaupun apa yang mereka bicarakan bukan keburukan gurunya tapi tetap saja ketika kita sedang membicarakan orang lain dan orang yang di bicarakan ada di belakang itu membuat Asep takut dan panik.

Di tengah ketakutan dan kepanikan Lala dan Asep. Dari belakang ada suara perempuan yang memanggil nama Lala.

"Lala!" seru dari salah satu siswa kelas 12 IPS 1, berambut pendek dengan poni rata. Bersama temannya ia berjalan maju.

Sontak keenam orang itu berhenti, menoleh ke belakang saat ada yang memanggil nama Lala. Termasuk Lala si sang pemilik nama.

"Maaf, siapanya?" tanya Lala. Ia tidak terlalu kenal sama siswa di sekolah ini. Termasuk kedua perempuan itu.

Perempuan berambut pendek yang berdiri di sebelah Asep menyodorkan sebuah surat dengan ikatan pita di bagian tengah "buat kamu" ucap perempuan berambut pendek.

Lala menatap surat itu kemudian beralih menatap perempuan yang berdiri di sebelah Asep "dari?" keningnya berkerut.

"Namanya ada didalam surat. Kamu baca saja" terang perempuan berambut pendek.

Dengan ragu Lala menerima surat itu. Setelah surat nya di terima oleh Lala, kedua siswi itu pergi tanpa mengatakan apapun.

Kelima orang itu menatap Lala "La? Kamu dapat surat?" tanya Desi. Selama Lala sekolah di sini, Desi baru lihat ada orang yang memberikan surat kepada Lala.

"Surat dari siapa tuh?" tanya Mira, penasaran.

"Cieee, yang dapat surat. Benar yah, kata pepatah mati satu tumbuh seribu. Baru aja kemarin perasaannya di tolak eh sudah dapat surat cinta" ledek Asep.

Dan kedua laki-laki yang ada di bagian depan hanya diam menatap Lala. Begitu pula dengan sosok laki-laki yang ada di belakang nya.

Lala terus memandangi surat itu, berpikir keras surat dari siapa? Padahal Lala tidak pernah dekat dengan siapapun kecuali teman-temannya.

Hanan yang tidak ingin peduli soal Lala yang mendapatkan surat, berbalik badan. Mengurungkan niatnya untuk pergi ke ruang guru dan berputar menuju kamar mandi.

Asep menoleh ke belakang dan tidak melihat siapapun. Apakah guru nya sudah pergi?.

"La, pka Hanan sudah tidak ada" bisik Asep pelan. Lantas Lala menoleh ke belakang dan benar gurunya sudah tidak ada di sana.

*****

Keenam anak remaja bersepakat untuk kumpul di rumah pohon. Kali ini mereka berkumpul bukan hanya sekedar santai dan belajar tapi juga untuk membahas soal surat yang di dapatkan oleh Lala.

Lala selalu orang yang mendapatkan surat. Membuka ikatan pita merah, lalu mengeluarkan surat yang berbentuk love.

Semua mata tertuju pada surat tersebut, penasaran dengan isi yang tertulis didalam surat. Dengan sabar, Lala membuka lipatan surat yang cukup rumit.

Setelah berhasil, Lala melebar kan surat nya di hadapan kelima temannya.

"Siap-siap nya. Gue bacain" ucap Lala.

"Halo, Lala. Si gadis kota yang memiliki senyuman manis" ucap Lala membaca ulang tulisan yang ada di dalam surat. Membaca nya secara lantang agar semua temannya dapat mendengar isi surat.

Lala memalingkan wajahnya seperti hendak muntah, kemudian kembali menatap surat.

"Senyuman Lala manis? Yang ada mulut nya pedas seperti sambel" cemooh Asep. Mendapatkan tatapan sinis dari Lala.

"Tapi, La. Saya gak pernah lihat kamu senyum" ucap Mira. Selama ini Lala selalu mengucapkan dengan perkataan kasar dan nada ngegas, tidak pernah melihat Lala senyum. Kalau tertawa mungkin Mira sering.

Berbeda dengan yang lain, Bagas memandangi waja Lala "senyuman Lala memang manis" batin Bagas. Mungkin orang lain tidak pernah memperhatikan Lala tersenyum. Namun berbeda dengan Bagas, ia selalu menatap wajah Lala entah bersedih, cemberut, marah ataupun senyum.

"Lanjut saja, La. Jangan dengar kan Asep" timpal Desi. Tidak sabar dengan kelanjutan isi surat nya.

"Mungkin kamu tidak kenal saya, tapi saya ingin kamu untuk pergi ke belakang sekolah saat waktu jam istirahat. Ada yang ingin saya sampaikan" jeda Lala.

Matanya turun ke ujung kertas "dari berinisial huruf R kelas 12 IPS 1" lanjut Lala.

"Huruf R? Siapa?" beo Lala, mengerutkan keningnya. Jarang sekali ia mendengar nama huruf R di sekolah nya apalagi anak kelas 12 IPS 1.

"Coba saya lihat tulisan nya, kali saja saya tau* ucap Iqbal. Dia memang cukup dekat dengan semua orang dari kelas 10 sampai kelas 12.

Lantas Lala memberi kan surat tersebut kepada Iqbal, Iqbal memerhatikan secara seksama dan mengingat - ingat tulisan siapa.

Bagas yang ada di sebelah Iqbal dapat melihat dengan jelas ukiran tulisan yang ada didalam surat, ia tau tulisan siapa itu "tidak mungkin dia" batin Bagas. Matanya melotot saat tulisan ini sangat mirip dengan tulisan yang ia kenal.

He Is My Gus ( GURUKU SEORANG GUS )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang