Bagian 30 | Refreshing 🌱🌱🌱

118 3 0
                                    

Beberapa Minggu kemudian.

Semua siswa dari kelas 10 sampai kelas 12 telah menyelesaikan ujian akhir semester mereka, rasanya sangat lega karena mereka telah melewati beberapa hari yang sulit.

"Ujian kali ini cukup sulit bahkan lebih sulit dari ujian kemarin" ucap Asep keluh. Selama seminggu ini, Asep di buat pusing dengan soal ujian yang sangat sulit.

Asep dan kelima temannya keluar dari kelas.

"Benar, ih. Kunaon nya ujiannya meni hararese?" (benar, ih. Kenapa nya ujiannya sangat sulit?) tanya Mira. Selama sekolah, baru kali ini Mira melihat soal yang cukup sulit.

"Makanya, kalian tuh belajar yang benar. Kalau gak belajar jadi begini kan, susah untuk mengisi soal" siraman dari Desi.

Selama seminggu kemarin, Desi selalu mengajak dan menyuruh semua teman nya untuk belajar bareng. Tapi mereka semua malah bersantai dan main hanya Bagas yang fokus dalam belajar.

"Atuh, biasanya geh teu hararese kos kiyeu" (atuh, biasanya juga tidak sesulit ini) timpal Asep.

"Ari maneh, Asep. Bisa bae ngejawab" ( kamu tuh, Asep. Ada aja jawab nya) imbuh Iqbal.

Lala di bandung selalu di ajarkan oleh kelima temannya bahasa Sunda, walaupun tidak terlalu fasih setidaknya ia sudah mulai mengerti setiap kali teman-temannya mengobrol menggunakan bahasa Sunda.

Lala memberhentikan langkah nya, berputar badan menghadap semua temannya "dari pada kalian ribut pusing mikirin soal yang sudah kelewatan. Mending kita refreshing " usul Lala.

Semua orang mengerti kecuali Mira "refreshing eta naon?" (Refreshing itu apa?) tanya Mira polos.

"Duh, Mira. Maneh meni kampungan masa refreshing ogeh teu nyaho" (duh, Mira. Kamu sangat kampungan masa refreshing aja gak tau) cela Asep. Mendapatkan tatapan sinis dari Mira.

"Kajen sih, Sep. Kos lain maneh orang kampung Bae" (biarin sih, Sep. Kayak kamu bukan orang kampung aja) balas Mira.

"Refreshing itu menyegerakan" jawab Bagas datar. Mira yang mendengar pun langsung paham.

"Jadi, maksud kamu menyegerakan....."

"Menyegerakan otak dan pikiran. Selama seminggu ini kan kita di buat stres sama ujian. Jadi, tidak ada salahnya menyegerakan pikiran yang mumet ini" jelas Lala.

"Ohhh, kitu toh" balas Mira.

"Tapi La, Minggu depan kita masih ada kegiatan" potong Desi.

Walaupun ujian akhir semester sudah selesai, bukan berarti mereka bisa bebas. Seminggu penuh mereka masih ada kegiatan kreasi seni di sekolah, setiap kelas dan setiap anak harus mengikuti kegiatan itu.

"Tenang aja, Desi. Kita bisa pergi ke perkebunan Bagas. Selain tempat nya dekat, pemandangannya juga indah dan kita bisa menghirup udara yang segar " baru sekali Lala pergi ke kebun teh Bagas. Tapi ia langsung suka, ingin rasanya Lala pergi ke sana lagi.

"Gimana, Bagas? Lu gapapa kan kalau kita semua pergi ke perkebunan lu?" izin Lala menoleh ke Bagas.

"Silahkan saja" jawab Bagas datar.

Bagas tidak pernah melarang teman-temannya untuk main ke perkebunan tehnya apalagi Jiak itu yang minta adalah Lala.

"Terus iraha urang mangkat na?" (Terus kapan kita pergi nya?) tanya Asep.

"Besok, tepat hari Minggu" saran Lala.

"Boleh tuh" balas Mira.

"Berarti setuju besok kita pergi ke perkebunan teh Bagas?" tanya Lala. Dan kelima temannya mengangguk setuju termasuk pemilik kebun.

******

Di perkebunan teh yang luas dan besar ini, ada beberapa ibu-ibu yang sedang memetik pucuk teh dan juga beberapa anak remaja. Di antara anak remaja itu adalah geng Lala.

Keenam remaja itu bersepakat untuk membantu para pekerja untuk memetik pucuk teh. Setiap orang udah membawa bakul di punggung mereka dan ada yang memakai caping agar tidak kepanasan.

Lala bersama Mira memilih untuk memetik pucuk teh yang ada di pinggir jalanan. Mira yang membawa bakul dan Lala yang memetik nya. Bagas sudah mengajarinya cara memetik dan pucuk mana yang harus di petik.

Mata Lala memperhatikan setiap pucuk teh, ia akan memetik pucuk daun yang muda, segar. Memetik nya lalu memberikannya kepada Mira dan Mira akan meletakkan nya di bakul.

Lala sudah ketemu dengan pucuk daun, ia pun memetiknya terus memberikan nya kepada Mira"nih, Mir" ucap Lala tanpa menoleh.

"Halo, Lala" sapa seseorang seraya mengambil pucuk daun dari tangan Lala.

Lala yang merasa asing dengan suara nya langsung menoleh ke belakang, terkejut jika orang itu bukan Mira melainkan.....

"Lu!" ucap Lala, terbelalak kaget sambil menunjuk ke orang tersebut.

"Hai, La" sapanya lagi.

"Kok lu ada di sini?" tanya Lala bingung.

Orang itu adalah laki-laki yang menembak nay sebelum ujian akhir semester. Lala tidak mengira akan bertemu nya lagi di sini.

"Saya cum jalan-jalan" jawab pria itu.

Kemudian menatap pucuk daun "ternyata kamu ahli juga dalam hal memetik" puji pria itu. Jarang ada anak kota yang bisa memilih pucuk daun muda, segar dan berkualitas seperti Lala.

Lala menoleh ke kana dan kiri, mencari sosok teman nya yaitu Mira "Mira kemana?" tanya Lala, tidak melihat Mira ada di sini.

"Mira ada di sana!" tunjuk pria itu, dimana ada Mira, Desi, dan Asep sedang asik mengobrol sambil memetik pucuk daun tidak jauh dari mereka.

Melihat itu Lala kesal "bisa-bisanya tuh orang ninggalin gue" geram Lala. Tidak di sangka jika temannya tega meninggalkan dirinya bersama orang asing.

"La, kamu pintar pilih pucuk daun teh dari siapa?" tanya pria itu. Penasaran dengan seseorang yang telah mengajari Lala dalam memetik pucuk daun teh.

Lala kembali memilih pucuk daun "gue di ajarin sama Bagas" jawabnya fokus pada teh.

Tidak heran kenapa Lala sangat pintar pilih pucuk daun teh, ternyata anak kota itu telah di ajarkan oleh Bagas. Si ahli teh sekaligus anak juragan teh.

"Pantes, pucuk daun teh kamu bagus-bagus"

Tidak jauh dari mereka berdua berdiri, ada seseorang yang sedang berjalan di jalanan tersebut. Matanya tidak sengaja melihat dua sejoli itu sedang ber mesra-mesraan di kebun teh "astaghfirullah, kenapa saya harus melihat mereka pacaran? Lebih baik saya pulang saja"

He Is My Gus ( GURUKU SEORANG GUS )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang