Setelah kemarin dirinya di bawa paksa oleh kakeknya dan di masukkan kedalam pesantren. Hari ini, Lala berencana untuk pergi melalui tembok belakang.
Lala berdiri di hadapan tembok yang cukup besar dan tinggi "pokoknya hari ini gue harus pergi tempat ini" tekad Lala.
Lala melepaskan alas kakinya lalu melemparnya ke luar tembok.
Berhubung ia juga sudah memakai celana panjang, Lala meraih bagian bawah gamis lalu di lipat dan ikat ke pinggang. Dengan begini, ia bisa lebih muda untuk manjat.Lala mundur beberapa langkah. Memegang baju gamis, bersiap untuk manjat. Merasa pas, Lala pun langsung berlari kencang dan langsung memegang ujung tembok. Menahan sekuat tenaga agar dirinya tidak jatuh.
"Akhirnya, gue bisa bebas dari tempat ini" ucap Lala tersenyum senang. Menatap ke bawah.
Saat Lala hendak menaikkan sebelah kakinya ke atas tembok, dari bawah ia mendengar ada suara dehaman seseorang.
"Ekhem. Lagi apa kamu?" tanya seseorang dari bawah, pandangan nya lurus ke depan.
"Ya mau pergi lah, emang nya ku gak lihat gue udah manjat" jawab Lala ketus dengan masih posisi sebelah kaki di atas tembok. Tanpa mengetahui siapa orang yang ada di bawah.
"Apa kamu tidak takut di hukum?" tanya orang tersebut sambil menyatukan kedua tangan di belakang punggung nya.
"Di hukum? Ah, gue udah sering" balas Lala santai, tidak ada rasa takut sama sekali dengan hukuman karena ia sudah terbiasa di hukum.
"Hukuman di sini berbeda dengan hukuman yang kamu dapat" terang orang tersebut.
"Mau di hukum apapun juga gue gak masalah, asalkan gue bisa bebas dari tempat ini. Lagian lu siapa sih? Dari tadi nanya Mulu" tanya Lala mulai kesal. Karena orang itu membuat Lala menjadi terhambat untuk turun.
"Kalau kamu ingin tau, lihat saja ke belakang" titah orang tersebut.
Lala menggeram kesal "sangat menyusahkan" batin Lala. Lantas Lala menurunkan kakinya lalu menoleh ke belakang. Matanya terbuka lebar terperanjat saat mengetahui bahwa orang yang sedari tadi bicara dengan nya adalah......
Bruk!.
Tubuh Lala jatuh ke tanah yang penuh dengan rerumputan sehingga badan Lala tidak sakit. Lala terbaring di tanah kepalanya ke tahan.
Melihat Lala jatuh, orang itu langsung menghampiri Lala. Berdiri di sebelah Lala, pandangan nya tetap lurus ke depan.
"Apa kamu baik-baik saja?" tanya orang itu sedikit cemas.
"Gue baik-baik aja" jawab Lala ketus. Kemudian bangkit dan membersihkan celana dan bajunya dari kotoran tanah.
"Ngapain lu ada di sini?" tanya Lala ketus.
"Kamu turunkan baju kamu dulu, baru saya jawab" ucap orang itu. Melirik sekilas bahwa Lala menaiki baju gamis nya hingga celana panjang nya terlihat.
"Ribet" dumel Lala. Lala pun menurunkan baju gamis nya hingga terurai ke bawah mengenai tanah "udah" balas Lala.
"Saya hanya sedang berjalan di sekitar sini dan tidak sengaja saya mendengar ada suara benda yang jatuh ke tanah di belakang. Jadi, saya pergi untuk melihat nya dan ternyata itu suara benda yang kamu jatuhkan" jawab Hana secara rinci tanpa ada kebohongan.
Hanan melirik ke sekitar tidak ada orang, lebih baik ia segera memberi hukuman kepada Lala. Tidak baik juga jika ia terus berduaan di belakang nanti itu akan menimbulkan fitnah.
"Karena kamu sudah berusaha untuk kabur, kamu akan hari menghapal surah Al Mulk dan saya akan meminta salah satu pengurus santri untuk mengawasi kamu" ucap Hanan datar dan terdengar dingin.
Lala melongo mendengar surah Al Mulk "apa itu? Kenapa gue harus hapalin surah itu?"
"Itu adalah hukuman untuk kamu" balas Hanan. Hukuman yang pas untuk seseorang yang bandel dan nakal seperti Lala.
"Gak, gue mau. Mendingan hukuman lain aja" tolak Lala keras dan meminta untuk mengganti hukuman nya. Bagaimana bisa ia di suruh hapal surah Al Mulk? mendengar nama surah itu ada Lala baru dengar.
"Apa kamu tidak ingat beberapa menit yang lalu, kamu berkata bahwa apapun hukumannya akan kamu jalani" jeda Hanan.
Lalu berbalik badan menghadap Lala "dan itu adalah hukuman yang berlaku di pesantren ini. Jadi, kamu harus menghapal dan menyetornya kepada pengurus yang mengawasi mu. Jika kamu tidak melaksanakan hukuman itu, hukumannya akan di tambah dua surah lagi" ucap Hanan, menatap ke bawah. Bukan berniat ia ingin mengancam Lala, ia hanya ingin Lala bisa fokus menghapal tanpa ada berpikir untuk kabur lagi.
"Waktu kamu hanya seminggu" ucap Hanan.
Mendengar waktu hukumannya hanya seminggu membuat Lala melotot "seminggu? Bagaimana gue bisa hapal dalam waktu seminggu, orang surahnya aja gue gak tau yang mana" balas Lala polos.
Dari kecil Lala tidak pernah mengaji dan baru-baru kemarin saat dirinya tinggal di Bandung. Bi Nur mengajari nya ngaji, itupun baru surah pendek untuk dirinya sholat.
Lah ini, si psikopat malah menyuruh nya surah Al Mulk.
Hanan terkejut mendengar penuturan Lala, bagaimana bisa orang remaja seperti Lala tidak mengetahui surah Al Mulk?.
"Kamu tanya saja kepada teman kamar mu, mereka semua tau surah Al Mulk yang mana. Dan ingat, setelah tau surah Al Mulk kamu harus menghapal nya dan setor ke pengurus"
Melihat kaki Lala tanpa sendal. Lalu melepaskan sendal berbahan kulit sintetis berwarna abu-abu muda. Membungkuk setengah, mengambil sendalnya lalu meletakkan di hadapan Lala.
Berdiri tegap sambil menundukkan kepalanya "untuk sementara ini, kamu pakai sendal saya dulu sampai ke asrama. Nanti saya ambilkan sendal kamu" ucap Hanan.
Lala melihat ke sendal, sendal itu sangat besar bahkan lebih besar dari kakinya. Tapi Lala tidak bisa menolaknya karena ia tidak ingin kembali ke asrama dengan keadaan kaki nyecer. Lala pun memakai sendal raksasa itu.
"Sekarang kamu kembali ke asrama, jangan lupa untuk menjalani hukumannya" peringat Hanan.
"Iya. Gue akan hapalin. Assalamualaikum" salam Lala ketus.
"Waalaikumsalam wr wb " balas Hanan.
"Dasar psikopat" cemooh Lala. Pergi sambil mendumel dan mengoceh. Rencana dirinya untuk kabur malah gagal total dan ia harus menerima hukuman yang sangat di luar nalar.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Is My Gus ( GURUKU SEORANG GUS )
HumorCerita 1 Tamami. Kisah ini menceritakan tentang Lala, seorang playgirl yang mempunyai banyak mantan. Suatu hari, salah satu temannya tak percaya bahwa Lala seorang playgirl. Temannya pun menantang Lala untuk meluluhkan guru baru mereka yang berhati...