Bagian 43 | pertemuan antara Lala dan masnya Qiyya

117 4 0
                                    

Hanan menatap keranjang pink, mendapatkan pertanyaan seperti itu membuat dirinya seketika gugup dan bingung harus menjawab apa "keranjang itu memang milik keluarga kita" jawab Hanan lirih tertunduk ke bawah.

"Oh, Patut yen kranjang katon padha" (oh, pantas keranjangnya terlihat mirip) balas Qiyya.

"Ah, opo?" iki bakul kita?" (Ah, apa? Ini keranjang kita?) tanya Qiyya kaget menoleh menatap wajah masnya.

"Ssttt, Qiyya meneng wae! mengko Abah lan Umi krungu" (sstt, Qiyya diam! Nanti Abah sama Umi dengar) Qiyya pun langsung membungkam mulutnya.

"kepiye carane bisa?" (Bagaimana bisa?) tanya Qiyya pelan. Qiyya masih bingung, kenapa keranjang milik keluarganya bisa berada di salah satu santri putri bahkan santri itu masih terbilang baru.

Flashback on

Tepat pukul 11 malam, dimana para santri putri dan putra sudah pada tidur didalam kamarnya masing-masing dan tidak akan ada yang boleh keluar kecuali ke kamar mandi.

Di saat itulah, Hanan pergi ke kamar Lala. Lalu menaruh keranjang pink dimana keranjang itu penuh dengan buah rambutan dan ia juga menulis dalam bahasa arab untuk Lala di kertas kecil agar tau bahwa itu milik Lala.

Ia sengaja memberinya buah rambutan yang banyak, agar Lala tidak perlu manjat pohon lagi hanya karena ingin makan buah rambutan.

Flashback off.

"Ora perlu ngerti, sing kudu dilakoni mung meneng wae. ora bisa ngomong sapa-sapa" (kamu tidak perlu tau, yang kamu lakukan hanya cukup diam. Tidak boleh kasih tau siapa-siapa)

"Ini rahasia antara kamu dan mas. Kamu mengerti!" peringat Hanan. Berharap adiknya tidak membocorkan perihal keranjang pink yang dimiliki oleh Lala adalah milik keluarga nya. Karena jika ada yang tau itu bisa bahaya dan rahasia dirinya bisa bongkar.

"Nggih, mas. Qiyya bakal meneng lan ora ngandhani sapa-sapa" (iya, mas. Qiyya akan diam dan tidak bilang siapa-siapa) balas Qiyya.

"Berarti mas wis kenal Mbak Lala? wiwit kapan, mas?" (Berarti mas sudah kenal sama mbak Lala? Sejak kapa, mas?) cecar Qiyya kepo.

Selama ini masnya tidak pernah dekat dengan santri putri atau pun ustadzah yang ada di pesantren ini, tapi kenapa sama santri putri masnya sudah kenal?.

"Bocah cilik ora bisa penasaran, luwih becik yen ketemu Abah" (anak kecil gak boleh kepo, mending kamu temui Abah) Hanan mendorong pelan punggung Qiyya untuk segera menemui Abah nya. Jika Qiyya terus berada di sini nanti yang ada ini bocah malah nambah kepo.

"Ah ha, mas. Kan Qiyya pengen tau" ucap Qiyya memajukan bibirnya, saat tubuh nya di paksa dorong oleh masnya. Ia kan juga penasaran bagaimana masnya bisa mengenal dengan santri putri yang bernama Lala.

*******

"Mbak Lala!" teriak Qiyya sambil memegang keranjang pink dengan kedua tangan mungilnya.

Langkah Lala terhenti, ia mendengar ada suara anak kecil memanggil namanya "kayaknya ada yang manggil gue" gumam Lala. Ia baru saja selesai menjalani tugas nya yaitu menyapu halaman depan asrama putri dan masih memegang sapu lidi hendak pergi istirahat ke kamar namun ia berhenti.

Lala menoleh ke belakang, menangkap seorang gadis kecil yang berdiri tidak jauh darinya. Gadis kecil itu adalah Qiyya, gadis kemarin yang melempar batu ke pohon.

Qiyya berlari dengan langkah kecil nya menghampiri Lala sambil memegang keranjang lalu berdiri tepat di hadapan Lala "assalamualaikum, mbak. Ini Qiyya mau kembalikan keranjang" ucap Qiyya, mendongak menatap wajah Lala yang jauh lebih tinggi sambil menyodorkan keranjang.

Walaupun itu milik keluarga nya tapi Lala tidak mengetahuinya. Jadi, Qiyya harus mengembalikan dan tidak boleh mengatakan yang sebenarnya.

"Waalaikumsalam, Qiyya" balas Lala tersenyum sipul. Meletakkan sapu lidi ke sandaran pohon yang ada di dekat nya. Lalu menerima keranjang dari tangan mungil Qiyya.

"Seharusnya kamu simpan saja di gazebo, tidak perlu susah-susah mengembalikan. Tapi terima kasih" balas Lala. Kemarin ia sudah datang ke gazebo tapi ia melihat gazebo kosong tanpa ada keranjang. Ia pikir keranjang itu sudah di ambil oleh santri lain ternyata Qiyya.

"Oh, yah. Mbak Lala. Qiyya mau kenalin mas Qiyya yang ngajar di sekolah Pelita Pertiwi" ucap Qiyya.

Kemarin ia belum sempat mengetahui siapa masnya Qiyya yang mengajar di sekolah nya karena dirinya keburu di panggil oleh Ruby.

"Siapa?" tanya Lala penasaran.

Qiyya tidak menjawab, lalu menoleh ke sebelah. Mengangkat sebelah tangan dan menunjuk ke arah masnya dengan jari telunjuknya. Lala mengikuti jari telunjuk Qiyya seketika matanya melebar sempurna, terkejut.

"Ha? Psikopat?" ucapnya kaget.

Hanan maju beberapa langkah, berdiri tepat di sebelah Qiyya "assalamualaikum wr wb" salam Hanan sambil menundukkan kepalanya dan menyatukan kedua tangan nya.

"Waalaikumsalam" balas Lala ketus, mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Mbak Lala, perkenalkan ini mas aku namanya Fahmi" ucap Qiyya sambil menunjuk ke masnya.

Lala menunduk menatap wajah Qiyya "iya Qiyya. Kakak sudah tau" jawab Lala lembut.

Qiyya mengerutkan keningnya "sudah tau?" Lalu mendongak menatap wajah masnya "heum, pantas. Ternyata sudah saling kenal toh" gumam Qiyya pelan. Tidak heran mengapa sikap masnya sangat aneh saat di tanya kenal atau tidak dengan mbak Lala.

Lalu Qiyya menatap wajah Lala "emang nya mbak Lala kenal mas ku dari mana?" tanya Qiyya penasaran.

Jika kemarin ia gagal mendapat jawaban dari masnya, kini ia harus mendapatkan nya dari mbak Lala.

"Di sekolah" jawab Lala sambil memainkan tutup keranjang.

"Berarti mbak Lala sering di ajar oleh mas ku?"

"Bukan sering lagi, tapi hampir setiap hari"

"Abang mu itukan wali kelas kakak" lanjut Lala, memperjelas bahwa psikopat tersebut adalah wali kelasnya.

"Ohh, Begitu toh" balas Qiyya. Tidak heran jika masnya sudah mengenal mbak Lala padahal mbak Lala masih terbilang santri baru ternyata mereka adalah murid dan wali kelas.

"Qiyya, kok bisa sih. Kamu punya Abang kayak gitu?" tanya Lala menatap wajah Qiyya. Lala bingung, mengapa gadis baik dan cantik seperti Qiyya memiliki Abang yang super serem dan galak kayak Hanan.

"Emang nya kenapa mbak? Kan mas ku baik terus ganteng pula" balas Qiyya, memuji masnya.

Lala memutar bola matanya, perkataan Qiyya sama persis dengan apa yang dikatakan Ruby dan Uun tempo waktu.

"Itu sih menurut mu, kalau menurut kakak gak" balas Lala.

Sementara Hanan, orang yang sedang dibicarakan mendengar semua perkataan Lala. Ia tidak membalas hanya diam sambil melirik tajam wajah Lala.

"Terus apa?" tanya Qiyya kepo. Baru kali ini ada orang yang tidak suka dengan masnya, padahal hampir seluruh santri putri dan para ustadzah sangat kagum dan suka kepada masnya.

"Karena dia psikopat" gumam Lala pelan tanpa menoleh.

"Psikopat?" beo Qiyya. Baru mendengar kata psikopat.

"Apa itu, mbak?"

"Orang yang memiliki wajah serem" jawab Lala tidak secara detail.

Qiyya menoleh menatap wajah masnya, perasaan wajah masnya tidak serem. Seketika Qiyya baru ingat, dulu sewaktu masnya masih ngajar di bandung, masnya pernah memberitahu bahwa ada salah satu muridnya yang mengatakan bahwa wajah masnya serem.

"Apa mungkin mbak Lala murid yang di maksud oleh mas Fahmi" celetuk Qiyya.

Lala menatap wajah Qiyya "murid apa, Qiyya?"

He Is My Gus ( GURUKU SEORANG GUS )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang