Bagian 13 | Deg deg, siapakah yang menang?

134 4 0
                                    

Hanan sedang berjalan menyusuri koridor sekolah. Di tengah perjalanan, Hanan melihat ada seorang siswi yang sedang berdiri di hadapannya. Hanan pun berhenti, berdiri beberapa jarak dari siswi tersebut.

"Assalamualaikum, pak" salam siswi kelas sepuluh. Rambutnya panjang lurus hitam pekat terurai dengan memakai bando berwarna pink.

"Waalaikumsalam" balas Hanan. Hanan tidak mengajar di kelas 10, ia hanya mengajar di kelas 12 sehingga Hanan terlihat bingung ada anak perempuan asing berdiri di hadapannya.

Tanpa basa-basi, siswi itu menyodorkan sebotol minuman kopi good day rasa mocacinno kepada Hanan "ini, untuk bapak"

Meskipun masih bingung, Hanan tetap menerima minuman itu. Matanya menatap botol good day, sama seperti Lala yang memberikan minuman ini pada tempo hari.

Kemudian beralih menatap wajah asing itu "dari?" tanya Hanan, tidak mungkin ada orang asing tiba-tiba memberinya minuman gratis apalagi ia tidak pernah melihat siswi itu.

"Bapak tinggal buka kemasan botol kopi itu, nanti juga bapak akan tau" terang siswi itu.

Hanan memperhatikan secara seksama kemasan botol kopi ini, apa yang yang ada didalam kemasan ini?.

"Apa mak....." belum sempat Hanan bertanya, siswi itu sudah hilang dari hadapannya.

Karena penasaran Hanan melepaskan kemasan merek kopi good day, didalamnya terdapat tulisan dengan spidol permanen.

Kemasan merek ini sudah terlepas semua dan Hanan mulai membaca tulisan tebal itu "halo bapak yang baik hati, jika bapak sudah mendapatkan membaca surat ini tolong bapak pergi ke belakang sekolah. Ada yang ingin saya sampaikan kepada bapak.

Salam, dari Lala yang cantik 🥰🥰🥰" Hanan membaca setiap tulisan yang ada di kemasan merek tersebut. Ternyata benar dugaannya jika kopi ini dari Lala.

Tapi, untuk apa Lala meminta dirinya pergi ke belakang sekolah? Apa yang ingin di sampaikan oleh perempuan itu?.

******

Sesuai permintaan Lala, Hanan pergi ke belakang sekolah. Saat dirinya menginjak tanah belakang seketika matanya terbuka lebar saat melihat beberapa kelopak bunga mawar berserakan di tanah terbentuk sebuah Love besar. Matanya mendongak melihat ada seseorang berdiri di tengah Love besar itu.

Seseorang itu adalah Lala, seseorang yang meminta dirinya untuk datang ke sini.

Dengan perasaan aneh dan bingung, Hanan tetap lanjut jalan memasuki Love yang besar berdiri di hadapan Lala dengan melirik ke seluruh kelopak bunga mawar.

Kemudian beralih memandang wajah Lala "assalamualaikum. Ada apa ini?" salam Hanan sekaligus mempertanyakan hal ini.

"Waalaikumsalam, pak" balas Lala sambil melemparkan senyuman manis. Kedua tangan nya di taruh di belakang punggung.

"Sesuai dengan yang di tulis didalam surat. Ada sesuatu yang ingin saya sampaikan" ucap Lala.

Hanan hanya diam, menunggu sampai perempuan itu melanjutkan ucapan nya.

Mengeluarkan setangkai bunga mawar yang sudah dibungkus mika dan ada pita di tengah tangkainya dari punggung nya. Mata Hanan turun melihat ada setangkai bunga mawar di genggam tangan Lala namun ia masih tidak tau apa maksud dari ini semua.

Mata Lala memandang bunga mawar "saya menyukai bapak sejak pandangan pertama ketika bapak masuk kedalam kelas. Namun saat itu saya hanya berani untuk mendekati bapak" jeda Lala.

Kemudian menyodorkan bunga mawar itu kepada gurunya "maukah bapak menjadi pacar saya?" ucap Lala dengan sangat cepat namun cukup jelas di telinga Hanan.

Hanan diam sejenak, ia tidak menyangka jika akan menembak dirinya seperti ini.

Hanan menghela nafasnya berat, menundukkan kepalanya "maaf, tapi saya tidak ingin pacaran" tolak Hanan halus.

"Saya harus pergi. Assalamualaikum" pamit Hanan sekaligus memberi salam. Bergegas pergi sambil menundukkan kepalanya meninggalkan Lala seorang diri.

Melihat gurunya sudah pergi, kelima temannya keluar dari tempat persembunyian menghampiri Lala yang masih berdiri.

Lala masih berdiri tidak bergeming sama sekali, tidak percaya. Baru kali ini seorang laki-laki yang menolak dirinya.

Desi berdiri di sebelah kanan Lala "La, kamu gapapa?" tanya Desi cemas sambil memegang sebelah pundak Lala.

Desi dan keempat temannya menyaksikan bagaimana Lala di tolak oleh gurunya.

Lala melemparkan bunga mawar itu ke tanah "dasar, guru sok jual mahal. Di kiranya ada kali cewe yang mau sama cowok sedingin itu, kalau bukan karena taruhan gue juga gak bakalan mau nembak lu" teriak Lala emosi nya melonjak. Selama ini dirinya bersabar menghadapi sikap gurunya tapi tidak dengan hari ini. Lala benar-benar sangat marah dan kesal.

"Udah tenang, La. Nanti pak Hanan dengar" bisik Desi pelan. Mereka tidak taua apakah guru nya sudah pergi jauh atau belum.

"Biarin, biar dia dengar"

Hanan belum pergi jauh, ia mendengar semua apa yang dibicarakan oleh Lala termasuk taruhan dari balik tembok nya.

"Ternyata dia mendekati saya hanya karena taruhan" gumam Hanan pelan. Hanan sangat terkejut mendapatkan pernyataan bahwa dirinya telah dijadikan bahan taruhan oleh perempuan itu dan teman-temannya.

"Ternyata Lala seram juga kalau lagi marah" bisik pelan Asep kepada Iqbal. Belum pernah melihat Lala semarah dan seseram ini.

"Iya, bahkan katanya kalau Lala marah bisa saja membunuh orang" balas Iqbal bisik pelan.

Mendengar kata bunuh seketika membuat bulu kuduk Asep berdiri, merasa merinding. Tapi ia tidak boleh, taruhan tetap taruhan.

Sambil memasukkan kedua tangan nya didalam saku celana, Asep memandang wajah Lala "ingat La! Kamu harus mentraktir kita semua selama dua Minggu" peringat Asep.

"Iya, gue ingat. Dan gue juga akan mengingat kejadian hari ini" jawab Lala ketus. Ia tidak akan pernah melupakan hari ini dimana hari dirinya di tolak mentah-mentah oleh sosok laki-laki berhari dingin.

He Is My Gus ( GURUKU SEORANG GUS )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang