Bagian 15 | Apakah benar?

134 2 0
                                    

Ketika semua temannya makan dengan sangat lahap berbeda dengan Lala. Ia hanya terus mengaduk batagor nya sejak beberapa menit yang lalu hingga batagor tidak garing lagi.

Memandang batagor dengan adukan yang terasa hampa, sorot matanya begitu kosong seperti bukan dirinya.

Desi yang ada di sebelah Lala melirik Lala, perempuan itu tampak tidak semangat dan lesu "La, kamu teh gapapa?" bisik Desi pelan.

Lala menoleh ke Desi memajukan wajahnya  "sebenarnya......" Lala menjelaskan apa yang sebenarnya ia pikirkan sejak tadi.

Menoleh ke wajah Lala "kamu serius?"

Pandangan nya beralih ke batagor "iya, dan gue gak bisa tenang" balas Lala sambil mengaduk batagor nya.

Semua keempat temannya menatap wajah Desi dengan tatapan bingung "Aya naon, Des? Meni kaget gitu (ada apa, Des? Kayak kaget gitu) tanya Asep yang kebetulan duduk di hadapan Desi sambil meletakkan cireng nya di atas piring.

"Ada berita besar" ucap Desi. Membuat keempat temannya semakin penasaran.

"Kadieu geh" (ke sini) semua kelima orang itu memajukan wajahnya, mengikis jarak antara kelima orang tersebut kecuali Lala.

"Pak Hanan sudah tau soal dirinya yang di jadikan bahan taruhan" jelas Desi. Keempat orang tersebut membelalakkan matanya terkejut sekaligus kaget mendengar perkataan Desi.

Semuanya memundurkan wajahnya "bagaimana bisa?" tanya Asep bingung.

Bagas kembali memakan siomay dengan raut wajah tenang namun hatinya tidak "sudah saya jika hal ini akan terjadi" batin Bagas. Ia tau jika suatu hari ini gurunya akan mengetahui soal taruhan tapi ia tidak menduga jika akan secepat ini.

Lala menoleh ke wajah teman nya "kalian tidak perlu khawatir, biar gue yang atasi masalah ini sendiri" ucap Lala. Tidak membuat semua temannya khawatir.

Flashback on

"Apa benar jika kamu menjadikan saya sebagai bahan taruhan?" tanya Hanan.

Mendengar pertanyaan itu, seketika mata Lala terbuka lebar. Terkejut dengan pertanyaan pak Hanan "what? Bagaimana dia bisa tau?" batin Lala. Sungguh, ia sangat terkejut. Padahal tidak ada satupun dari kelima temannya yang memberitahu soal taruhan kepada siapapun tapi kenapa tuh guru bisa tau?.

Lala hanya diam tidak berbicara.

"Kenapa kamu diam saja? Apa itu semua benar?" tanya Hanan sekali lagi.

Berharap jika itu semua hanya bohong belaka meskipun kenyataannya dia sendiri yang mendengar dirinya di jadikan bahan taruhan.

"Iya" jawab Lala matanya memandang tembok berwarna putih bersih. Lebih baik ia jujur dan ada bagusnya juga jika gurunya mengetahui taruhan dari awal. Jadi, gurunya tau bahwa dirinya hanya bermain-main sehingga gurunya bisa menjauhi dirinya. Dan Lala bisa kembali hidup menjadi dirinya sendiri.

"Baik, jika itu memang benar" balas Hanan terdengar santai dan tenang.

"Tapi, saya akan tetap menemani mu sampai teman-teman mu datang. Sesuai dengan janji saya kepada teman-teman mu" lanjut Hanan. Ia  tidak akan membiarkan Lal sendirian di sini dan ia juga akan menepati janjinya.

"Terserah, gue gak peduli" ucap Lala ketus.

Lala berpikir jika gurunya akan marah dan pergi meninggalkan dirinya, tapi dugaan nya salah besar. Justru gurunya terdengar santai dan tenang seolah tidak terjadi apa-apa bahkan gurunya tetap duduk di sini.

"Selain sok jual mahal. Ternyata dia juga aneh" batin Lala.

Flashback off

"Kamu yakin, La?" tanya Mira yang ada di sebelah Desi.

"Iya" balas Lala. Kemudian memakan batagornya, ia sebenarnya bingung kenapa gurunya terlihat tenang tidak marah sama sekali walaupun nada suaranya tetap sama dingin dan datar. Tapi, jika itu terjadi pada orang lain atau bahkan dirinya sendiri mungkin Lala akan sangat marah besar terhadap orang yang menjadi dirinya taruhan tapi gurunya tidak. Benar-benar sangat aneh.

Desi menyeruput es teh manis kemudian beralih memandang wajah temannya satu persatu "Minggu depan kan kita ada ujian Tengah semester. Gimana satu Minggu traktir nya di ganti satu Minggu setelah ujian? Biar kita juga bisa fokus belajar" saran Desi.

Kelima temannya berhenti makan, menatap wajah Desi kemudian beralih memandang wajah satu sama lain "ide bagus tuh" balas Mira. Ia setuju dengan ide yang disarankan oleh Desi.

"Urang setuju. Jadi, setelah ujian urang bisa makan sepuasnya" ucap Asep setuju.

Plak!.

Lagi-lagi Asep kena pukulan Bagas "belajar sing benar" peringat Bagas datar.

"Heueuh, urang bakal belajar sing benar" balas Asep sambil mengelus kepala nya yang terasa sakit akibat pukulan Bagas.

"Hahaha, rasain tuh. Makan Mulu sih" ledek Mira terkekeh melihat raut wajah sedih Asep.

Asep memajukan bibirnya, mencibir Mira.

Kemudian Desi menoleh menatap wajah Lala "kamu gimana, La?" tanya Desi. Meminta pendapat kepada Lala karena Lala selaku orang yang mentraktir mereka semua.

"Gue sih, setuju-setuju aja" jawab Lala. Kemudian menyeruput es jeruk.

"La, kamu juga jangan lupa belajar" peringat Iqbal. Tau persis bagaimana nilai Lala di sekolah yang lama.

Lala yang sedang minum melirik tajam ke arah Iqbal, kemudian melepaskan sedotan dari mulut nya "jangan sampai tuh anak ember soal nilai gue ke yang lain" batin Lala. Sorot matanya mengisyaratkan kepada Iqbal tutup mulut soal nilainya.

Dan Iqbal juga paham sehingga ia hanya diam tanpa mengatakan hal buruk kepada yang lain.

"Baik, sepakat. Selama ujian depan kita harus jajan sendiri-sendiri dan fokus terhadap ujian" semuanya pun mengangguk setuju.

He Is My Gus ( GURUKU SEORANG GUS )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang