Bagian 18 | Sikap terbalik

132 5 0
                                    

Di suasana yang sejuk ini, ke-enam para siswa sedang melakukan perjalanan menuju sekolah yang jaraknya cukup jauh dari rumah mereka. Namun mereka tetap senang dan semangat meskipun harus melakukan perjalanan yang melewati beberapa rintangan dan kaki mereka bisa saja pegal karena mereka jalan kaki.

Keenam siswa itu adalah Lala yang ada di paling pojok kanan di sebelahnya ada Desi dan di sebelah kiri Desi ada Mira. Di sebelah kiri Mira ada Asep, di sebelah kiri Asep Bagas dan Iqbal berjalan di paling pojok.

Mereka sepakat untuk pergi ke sekolah dengan berjalan kaki secara bersama-sama.

Desi menoleh sekilas ke Lala "La, kemarin kami semua sudah meminta maaf ke pak Hanan dan saya sudah mewakili kamu" terang Desi.

"Seharusnya lu gak usah wakili gue buat minta maaf, karena sampai kapanpun gue gak akan minta maaf" balas Lala tanpa menoleh.

Mira yang ada di sebelah Desi menoleh menatap wajah Lala "kenapa, La?"

******

Lala berjalan sendiri di tengah koridor melewati beberapa kelas. Kelima temannya sudah pergi ke warung bi Lina dan ia ingin pergi ke kamar mandi sebentar.

Suasana koridor cukup sepi dan sunyi.

Tepat ketika Lala hendak melewati ruang guru, matanya tidak sengaja melihat seorang pria dan perempuan sedang mengobrol di depan pintu.

Pria itu adalah wali kelasnya yaitu pak Hanan sementara perempuan itu adalah guru yang paling genit yaitu Bu Abel.

"Kira-kira, mereka lagi ngomongin apanya?" Lala yang penasaran pun bersembunyi di balik pilar yang jaraknya tidak jauh dari ruang guru sehingga ia dapat mendengar dengan jelas pembicaraan antara dua guru tersebut.

"bagaimana pak, good day yang saya berikan apakah enak?" tanya Bu Abel dengan tersipu malu.

"Good day?" batin Hanan.

Flashback on.

Saat Hanan berjalan menuju meja kerja nya, matanya melihat ada sebotol minuman good day rasa mocacinno di atas meja dekat tumpukan buku catatan para siswa nya.

Hanan meletakkan tas selempang di atas meja lalu duduk dan mengambil botol good day.

"Apa ini dari perempuan itu?" pikir Hanan.

Flashback off.

Hanan berpikir jika botol minuman dingin good day rasa mocacinno itu dari Lala. Karena Lalanya yang sering memberikannya minuman kopi itu ternyata dugaannya salah.

"Tapi maaf, Bu. Saya ini kesehatan saya sedang menurun dan saya tidak meminum minuman dingin terutama kopi" ucap Hanan tidak enak hati.

Kopi itu memang masih ia simpan di laci mejanya, selain ia belum mengetahui apakah benar Lala yang memberikan nya kopi? Ia juga tidak bisa meminum kopi dingin karena tubuh nya masih kurang baik.

Merasa kecewa, tapi Bu Abel tidak marah. Ia mengerti jika orang yang sedang sakit tidak diperbolehkan minum dingin apalagi kopi.

"Tidak apa-apa, pak. Saya mengerti. Kalau begitu, saya masuk dulu. Assalamualaikum" pamit Bu Abel. Berlalu pergi masuk ke ruang guru terlebih dahulu meninggalkan Hanan di ambang pintu.

"Waalaikumsalam" balas Hanan. Saat Bu Abel sudah masuk.

"Kenapa saya mengharapkan jika good day dari Lala? Padahal saya tau, jika perempuan itu sedang marah tidak mungkin memberikan nya saya good day" gumam Hanan lirih.

Dan Lala mendengar gumaman Hanan dari balik pilar "ohhh, dia pikir kalau yang kasih good day itu gue? Dihh, terlalu pede"

Drttt.... Drttt..... Drttt

Suara telepon Lala berdering nyaring. Segera Lala mengambil handphone nya dari saku seragamnya, tertera nama Mira di layar ponselnya. Tanpa menunggu lama, Lala menekan tombol hijau.

"La, kamu jangan lama-lama pergi ke kamar mandi nya. Kita semua sudah menunggu mu di sini " tanya Mira dari seberang sana.

Lala tidak jadi pergi ke kamar mandi dan langsung pergi menuju warung bi Lina "ya, gue bentar lagi ke sana" jawab Lala.

Saat Lala hendak pergi, Hanan yang masih berdiri di ambang pintu melihat punggung Lala yang berjalan jauh.

"Sejak kapan perempuan itu ada di sini?" tanya Hanan tidak menyadari bahwa Lala sedari tadi ada di sini.

"Hai, yang ada di sana tunggu!" cegah Hana sedikit meninggikan suaranya.

Lala yang sedang telepon mendengar suara itu, celingak-celinguk ke kiri dan kanan tapi tidak ada satu orang di sini. Apa yang di maksud oleh orang itu adalah dirinya?.

"Eh, bentar. Orang yang ada di sini cuman gue. Apa jangan-jangan orang itu..."

Ketika Lala berbalik badan, matanya terbuka lebar terkejut melihat gurunya ada di hadapannya dengan beberapa jarak darinya.

"Apa gue ketuaan? Semoga aja gak" batin Lala, berharap gurunya tidak melihat ia tadi berdiri di balik pilar.

"Mir, gue tutup dulu telepon nya. Nanti gue ke sana" Lala memutuskan telepon seluler nya secara sepihak, segera masukkan kembali ponselnya kedalam saku seragam.

"Assalamualaikum" salam Hanan lembut tidak seperti biasanya datar.

"Waalaikumsalam" jawab Lala ketus tidak seperti biasanya halus.

"Kalau ada yang mau di omongin cepat! Gue gak punya banyak" ucap Lala. Selain ia ingin menghindari gurunya, ia juga harus segera pergi ke warung bi Lina. Ia masih punya hutang traktir kepada semua temannya.

"Apa kamu dengar semua pembicaraan antara saya dan Bu Abel?" tanya Hanan.

"Gue gak tau. Karena gue baru saja tiba di sini untuk pergi ke kamar mandi" jawab Lala ketus. Ada sesuatu yang tersirat dalam jawaban nya. Jujur saja Lala mendengar semua dari awal tentang botol minum good day sampai gurunya berpikir bahwa dirinya yang telah memberikan nya.

Hanan sedikit curiga dengan jawaban Lala, tapi jika memang Lala tidak mendengar semuanya. Itu lebih baik daripada ia harus merasa canggung dan malu.

"Kalau gak ada lagi, gue pergi dulu"

Saat Lala hendak melangkah pergi, tiba-tiba gurunya melontarkan pertanyaan yang membuat Lala diam.

"Bagaimana kamu alamat kontrakan saya?"

Seketika Lala memberhentikan langkah nya "gue gak mungkin kasih tau yang sebenarnya kalau....." saat dirinya sedang mengejar Hanan, Lala terus mengikuti dimana alamat tinggal gurunya meskipun kakinya terasa pegal tapi ia dapat mengetahui dimana gurunya tinggal.

"Dari BI Nur" bohong Lala tanpa menoleh.

"Bi Nur?" beo Hanan. Seingatnya ia tidak pernah memberitahu alamat kontrakan nya kepada siapa pun termasuk bi Nur. Jadi?.

"Apakah kamu bi Nur----"

"Kalau lu hanya ingin tau soal itu, lebih baik gue pergi" potong Lala cepat. Bisa gawat jika gurunya tau alasan yang sebenarnya ia bisa tau alamat kontrakan nya.

Ia tidak bisa terus bertanya soal alamat kontrakan nya, lebih baik ia bertanya ke pertanyaan selanjutnya.

"Baik, ini yang terakhir. Apa alasan kamu berubah sikap dan selalu menghindari saya?" tanya Hanan. Itu yang selalu ingin ia tanyakan kepada Lala tapi perempuan itu selalu menghindar nya.

Lala diam cukup lama "karena ini sikap gue yang asli, kalau lu gak suka. Lu bisa jauhi gue" setelah mengatakan itu, Lala langsung segera pergi berlari secepat mungkin agar gurunya tidak menahannya lagi.

"Duh, tuh guru banyak tanya. Untung gue pintar bohong jadi tuh guru ngak bakalan tau jawaban gue yang sebenarnya. Terutama jawaban soal yang terakhir" monolog Lala sambil lari menuju warung Bi Lina.

Sementara Hanan masih berdiri di dekat pilar memandang punggung Lala yang mulai hilang "apa itu jawaban dari Lala? Tapi kenapa saya merasa jika jawaban Lala bohong semua?"

He Is My Gus ( GURUKU SEORANG GUS )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang