30 : Grief

587 111 40
                                    

follow dulu bro sempak_thv

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

follow dulu bro sempak_thv

༺‎☘︎༻

Gahar memarkirkan motornya di depan sebuah rumah mewah, mesin masih menderu pelan sebelum akhirnya dia mematikan kontak. Gahar turun dari motor dan melangkah menuju pintu depan. Tangannya terulur, menekan bel. Tak lama, seorang wanita paruh baya membukakan pintu, wajahnya sedikit terkejut namun segera berubah hangat.

"Malam, Tante. Sastra ada?" tanya Gahar.

"Oh, Gahar. Ada kok, di kamarnya. Ayo masuk," wanita itu mempersilakan sambil tersenyum ramah.

Gahar melangkah masuk. Dia langsung menuju kamar Sastra, mengenal rumah ini seperti rumahnya sendiri. Sampai di depan pintu kamar, Gahar mengetuk beberapa kali sebelum mendorongnya perlahan. Di dalam, Sastra tampak setengah telanjang, sedang memasang perban baru di lengannya. Melihat kehadiran Gahar, Sastra tergagap dan buru buru meraih kaosnya yang tergeletak di atas ranjang, namun gerakannya terhenti ketika Gahar angkat bicara.

"Anak anak udah mulai curiga sejak tadi pagi, dan Javi juga bilang ketemu lo di rumah sakit," kata Gahar. "Lo ke sana karena luka itu, kan? Gue gak bakal nuduh lo tanpa alasan, Tra, tapi gue mau lo jujur sama gue."

Sastra menegang. Perban yang tadi hampir terpasang sempurna jatuh begitu saja. "Bukan gue, Bos. Sumpah demi Tuhan, gue gak mungkin berkhianat sama SALVADOR," jawabnya. "Gue sembunyiin luka ini karena gue takut kalian curiga."

Gahar mengangguk pelan, berusaha mencerna kata kata Sastra. "Kenapa lo punya luka yang sama persis seperti yang Naraka bilang?"

Sastra menarik napas panjang, berusaha tenang. "Pagi itu, jam enam gue bangun buat minum di dapur. Gue lihat pintu rumah kebuka, gue pikir nyokap lupa ngunci karena baru balik dari Las Vegas dini hari. Tiba-tiba gue diserang dari belakang. Gue gak sempat lihat jelas siapa yang nyerang, tapi kita sempat berkelahi, dan dia ninggalin luka ini," jelas Sastra, menunjukkan lengannya. "Makanya, gue panik pas Naraka bilang Andika nyerang pelaku di tempat yang sama dengan luka gue."

Sastra menatap Gahar sejenak, matanya penuh kecemasan. "Gue punya bukti dari CCTV, Bos. Gue udah salin rekamannya ke ponsel, buat jaga jaga." Sastra bergegas ke meja, meraih ponselnya yang tergeletak di sana. Jemarinya lincah mencari rekaman CCTV yang dimaksud. Setelah menemukannya, dia menyerahkan ponsel itu ke Gahar.

"Lo bisa lihat sendiri jam berapa gue diserang," ujarnya.

Gahar melihat layar ponsel dengan saksama, matanya tak lepas dari rekaman yang diputar. Setelah beberapa detik, dia mengangguk, lalu mendongak menatap Sastra. Tangannya terulur, menepuk bahu Sastra dengan ringan.

"Apapun yang terjadi ke depannya, lo harus terbuka sama gue dan anak anak," ucap Gahar. "Kita udah seperti keluarga, Tra. Lo gak perlu nanggung sendirian kayak gini."

GAHARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang