A

2.2K 134 19
                                    

"Halo, ini kenapa ya hapenya semalaman dicharge tapi gak bisa nyala?"

"Waduh, masa iya kak? Udah coba charge ulang?" jawab Shani sedikit panik, karena meski ponsel yang ia jual  bukan baru tetapi setau Shani masih layak pakai. Minus dikit tidak ngaruh kan?

"Udah tapi masih belum nyala. Gue gak mau tau ya, gue udah rugi dan mau refund aja. Hape rusak kok dijual." Suaranya terdengar penuh emosi di seberang sana.

Semoga semuanya baik-baik saja.




Terik matahari seakan mampu membakar kulit putih Shani, bahkan topi yang dikenakan tidak dapat menghalangi sorot panas yang tertuju ke wajah orientalnya. Kalau saja mbak-mbak yang ia ketahui bernama Sisca itu tidak komplain, Shani lebih memilih tidur di kos atau menonton vlog dokumenter hantu kesukaannya.

"Haduh lama banget ini mbak-mbak, gue kan butuh tidur siang biar malam bisa begadang ngerjain tugas." Ucap Shani sambil meminum es kelapa sawit eh bukan dong, maksudnya kelapa muda yang tadi ia beli saat menuju tempat yang telah mereka sepakati.

"Nah itu dia si mbak-mbak komplain."

Shani melihat dari jauh, ia membayangkan ada api yang berkobar di pundak perempuan yang sedang menuju ke arahnya dengan langkah emosional. Bahkan semut pun mungkin saling dorong untuk memberi jalan kepada Sisca.

"Nih hape jelek yang lo jual, gue udah gak butuh, sini kembaliin uang gue." Ucap Sisca dengan nada  tinggi yang membuat Shani reflek berdiri dengan kaki sedikit gemetar.

"Maaf kak, duduk dulu ya kak, saya coba cek lagi apa yang salah, soalnya hape ini biasa saya pake sehari-hari kok." Dengan wajah paniknya, Shani mencoba meyakinkan kalau ponsel tersebut masih bisa dipakai.

"Gak usah cak cek cak cek, uangnya cepet kembaliin, panas-panas gini jangan bikin gue tambah emosi ya!" Lagi-lagi nada tinggi Sisca membuat Shani takut.

"Tapi kak, maaf banget ya kak saya harus jujur" ucap Shani sambil menatap mata Sisca dengan tatapan harap-harap cemas.

"Apa?" Tanya Sisca

"Uangnya semalam langsung saya pakai untuk beli bahan-bahan tugas kuliah kak, kalo kakak berkenan nanti saya kembalikan tapi dicicil, boleh kan kak?"

"Saya kerja kak, tiap minggu saya janji saya bayar ke kakak".

Shani mengulang pertanyaan yang sama karena Sisca masih terdiam, entah berpikir, kasihan atau tidak percaya dengan apa yang Shani jelaskan. Sungguh ini adalah pengalaman pertama Shani melakukan jual beli handphone. Shani sama sekali tidak mengira kalau akan begini.

Semalam Shani merasa sangat senang karena ada yang berminat membeli handphone yang hampir sepekan ia tawarkan di berbagai sosial media. Shani tidak enak kalau harus meminta kepada sang ibu untuk mengirimkan uang lagi, karena beberapa hari sebelum Shani memiliki ide menjual handphone kenang-kenangan dari sang ayah, ibunya telah memberi uang guna membayar sisa semester yang belum lunas.

Sebenarnya Shani berbohong mengatakan bahwa ia telah bekerja, namun adanya kejadian ini mungkin sudah saatnya Shani belajar mandiri, mencari uang sendiri supaya tidak selalu merepotkan orang tua.

"Gimana kak?" Shani bertanya kembali.

"Oke, kita ketemu di tempat ini setiap hari Minggu, awas aja kalo omongan lo gak bisa dipercaya, gue gantung kepala lo di atas sana." jawab Sisca penuh intimidasi dan di kalimat terakhir ia menunjuk pohon besar di sebelah tempat mereka duduk.

















Hahaha ini tulisan pertama gweh, silakan sampaikan kritik dan sarannya yaa

Happy reading, anggota komunitas. Wkwkwkw

Kadang-kadang [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang