[3] Match

109 47 92
                                    

"Keisha!" panggil Ileana sembari melambaikan tangan melihat sahabatnya berdiri menunggu di dekat pintu masuk tribun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Keisha!" panggil Ileana sembari melambaikan tangan melihat sahabatnya berdiri menunggu di dekat pintu masuk tribun.

"Ayo masuk, bentar lagi mulai. Aku udah ambil tempat dipaling depan," ajak Keisha menggandeng lengan Ileana.

Keduanya pun masuk diikuti Bintang di belakang mereka. Ketiganya duduk sejajar ditempat yang masih kosong. "Nora beneran gak dateng ya?" tanya Ileana membuka percakapan sembari memakan popcorn yang diberikan Keisha beberapa menit lalu.

"Iya, katanya sibuk. Gak tau itu anak lagi sibukin apa," jawab Keisha seadanya. Tidak ada lagi yang membuka obrolan, masing-masing fokus menikmati pertandingan di depan mereka.

Permainan sudah lama dimulai dengan sengit tetapi masih belum ada yang mencetak gol. Tim lawan sudah meminta waktu istirahat.

Perhatian Ileana jatuh pada seorang laki-laki mengenakan jersey hitam dengan nomor 05 di punggungnya. Pemuda itu meneguk air mineral dari botol, netra mereka bertemu seperkian detik.

Ileana dengan sulit menelan ludahnya, "Aku toilet sebentar, Sha, Bin," pamitnya, bangkit dari tempatnya.

"Mau aku temenin?" tawar Keisha.

"Gausah, Alteza pasti lagi butuh disemangatin sama kamu."

•✮°───⋆⋅۝⋅⋆───°✮•

"Raiden!" teriak salah seorang teman satu timnya, pemuda itu membuyarkan perhatiannya.

Raiden meletakkan botol minuman pada tempatnya dan berlari ke arah sang pelatih dan teman-temannya berada. Sedangkan disatu sisi, tim sma Nusa Bangsa sudah siap dengan serangan berikutnya.

Wasit meniupkan peluit. Suara gemuruh penonton dan suporter memenuhi tribun, para chearleaders meneriakkan yel-yel semangat untuk tim masing-masing.

Sedangkan ditempat lain, Ileana menatap dirinya lewat pantulan cermin. Tidak menyangka ia bertatapan dengan Raiden ditempat seperti ini, dari banyaknya kedekatan mereka, Ileana tak mampu melupakan ucapan yang paling menyakitkan dari pemuda itu, untuknya.

Raiden menarik salah satu sudut bibirnya tersenyum meremehkan. "Jangan jadi cewek murahan, yang nembak cowok duluan."

Ileana mengepalkan tangannya dengan erat, dadanya terasa sesak mengingat beberapa kenangan sebelum dan sesudah ia kembali ke masa lalu.

Dulu ia pikir, dengan bertambahnya kedekatan mereka bisa membuat Raiden menyukainya. Tetapi ternyata, pemuda itu justru mempermalukannya.

Meskipun begitu, Ileana selalu berusaha mencoba melupakan Raiden. Dia tidak bisa memaksa orang untuk membalas perasaannya.

"Sialan, kenapa aku jadi cengeng gini sih?!" gerutu Ileana menghapus air mata yang berhasil mengalir melewati pipi mulusnya. Ia kemudian mengambil napas dalam-dalam sebelum keluar dari toilet.

Lintas Waktu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang