[5] F aksi = F reaksi

87 36 141
                                    

Pak Bertal, seorang guru fisika berdiri di depan papan tulis dengan sebuah spidol di tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pak Bertal, seorang guru fisika berdiri di depan papan tulis dengan sebuah spidol di tangannya. Dia memandang muridnya dengan lekat sembari menjelaskan tentang hukum newton 3.

Pria itu menggunakan gambar dan contoh yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari gerakan roket hingga mendorong sepeda.

"Jadi, setiap aksi itu memiliki reaksi yang sama besarnya tetapi berlawanan arahnya, ayo apalagi contohnya?" tanya Pak Bertal memandang intens murid-muridnya.

"Berenang!"

"Melompat!"

Disaat yang lainnya menjawab pertanyaan dari Pak Bertal, Ileana asik menggeser bangkunya mendekati Bintang, tetapi pemuda itu malah ikut menggeser menjauhkan diri. Ileana menatapnya dengan kesal, tidak mau menyerah, ia kembali mendekatkan diri.

Hal yang sama terus terjadi berulang kali hingga Bintang sudah berada di ujung tembok. "Lo kenapa sih?" tanya Bintang risih.

"Kamu yang kenapa? Aku cuma geser bangku," jawab Ileana seolah tidak terjadi apapun.

Bintang memutar bola matanya malas. "Lo aneh!" tunjuknya.

"Kamu yang aneh, diem terus dari tadi gak nyapa sama sekali," timpal Ileana.

Pak Bertal berdeham. "Lagi bahas apa? Kayaknya seru banget sejak tadi." Seisi kelas memusatkan perhatian mereka ke arah bangku Ileana dan Bintang berada.

"Ini Pak, Bintang-" Ileana dengan cepat menutup mulutnya. "Maaf, Pak," sesalnya, seisi kelas tertawa melihat tingkah konyol gadis itu.

"Kalian berdua silahkan berdiri di luar sampai bel istirahat berbunyi!" suruh Pak Bertal dengan kedua tangan berada di pinggang. "Mengganggu pelajaran saja."

Tanpa dalih apapun, Bintang bangun dari duduknya. "Minggir!" serunya. Ileana hanya menuruti, gadis itu kemudian berjalan membuntuti Bintang yang berjalan keluar kelas.

Embusan angin terasa dingin menerpa dua remaja yang sedang berdiri di samping pintu kelas. Rinai hujan mulai turun membasahi bentala. Ileana merasakan dejavu dengan kejadian beberapa hari lalu.

"Ngapain disini?" Bintang membuka suara, bertanya dengan nada ketusnya.

Ileana memfokuskan pandangannya ke depan melihat daun pepohonan yang jatuh berguguran. "Aku juga dihukum."

Keadaan kembali menjadi sunyi, hanya terdengar suara hujan yang mulai menderas. Pepohonan bergoyang mengikuti arah angin membawanya.

Beberapa menit saling mendiami, Bintang kembali membuka suaranya, "Lo beneran suka sama gue?" tanyanya, memandang wajah Ileana sekilas.

Ileana menarik napas, memperhatikan Bintang dari arah samping, pemuda itu selalu tampan mau dilihat dari sisi manapun. Hidung mancung dengan rahang tegas, dan matanya yang setajam elang.

Lintas Waktu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang