[Romance, fantasy]
"Terus mengulang waktu tidak akan membuatmu maju!"
____
Setelah lulus sma baru beberapa bulan, Ileana Electra tiba-tiba terseret arus waktu, ia mengalami hal diluar logika. Mengulang dan melompati waktu membuatnya muak dan lelah.
...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kita bahkan sudah selesai sebelum memulai.
-Ileana Electra.
•✮°───⋆⋅⋅⋆───°✮•
Waktu terasa berhenti, Ileana merasakan panas menjalar disekujur tubuhnya, jantungnya berdebar tak karuan.
Ileana menghela napas dengan berat, memberanikan diri membalas tatapan Raiden yang begitu dalam. "Lepas, gue buru-buru."
"Ok. Tapi aku tunggu pulang sekolah di depan kelas kamu."
Mendengar perkataan Raiden membuat Ileana menarik salah satu sudut bibirnya tersenyum miring. Aku? kamu? Sejak kapan Raiden menggunakan kata itu padanya?
Tidak peduli dengan ocehan Raiden, Ileana menarik tangannya segera berjalan menjauhi pemuda itu.
Raiden menatap nanar punggung gadis yang semakin jauh darinya. Ia mengembuskan napas panjang mengambil langkah menuju ruang bk untuk mengurus berkas pindahannya.
Ileana mengepalkan tangannya dengan kuat, pikirannya berkelana. Untuk apa Raiden tiba-tiba berada di sekolahnya?
Sesampai di lapangan, suasana terlihat kacau. Dua teman sekelasnya sedang beradu cekcok entah apa alasannya tetapi membuat pemanasan saat olahraga jadi tertunda.
Ileana duduk di pinggir lapangan. Kenapa Raiden tiba-tiba muncul disaat dia sudah bisa melupakannya? Mengatakan hal yang seolah memberikannya harapan? Sungguh, sekarang Ileana bingung sendiri dengan perasaannya. Raiden benar-benar memporak-porandakan hatinya.
"Tadi itu Raiden anak Sma Renjana kan?" tanya Annora duduk di samping Ileana tetapi sama sekali tak digubris.
"Na."
"Ileana," panggil Annora sambil melambaikan tangannya tepat di depan wajah gadis itu dan berhasil membuyarkan lamunannya.
Ileana mengerjapkan matanya beberapa kali. "Tadi tanya apa, Ra?"
"Ayok baris-baris!" suruh seorang guru olahraga sembari menepuk-nepuk tangannya dengan keras.
Setelah beberapa menit pemanasan dan berlarian keliling lapangan akhirnya bel istirahat berbunyi tetapi kali ini Ileana sama sekali tidak merasa tenang, ia harus menjalankan hukuman untuk membersihkan toilet perempuan.
Ileana merasa hari ini adalah hari sialnya, tidak ada waktu untuk beristirahat.
Siswa-siswi sudah keluar dari kelas masing-masing membuat suasana di luar menjadi begitu ramai.
"Habis sarapan nanti aku bawain makanan, Na," ucap Keisha sembari membunyikan jari jemari tangannya.
Ileana mengangguk. "Makasi, Sha."
Annora menepuk pelan pundak Ileana. "Semangat ya! Kita duluan ke kantin, nanti rame. Bye, Na!"
Sepeninggalan dua sahabatnya, pandangan Ileana tertuju pada seorang siswa yang mengenakan seragam berbeda sedang berdiri memperhatikannya dari kejauhan.