[19] Core festival

34 5 1
                                        

"Mau kemana?!" tanya Ileana dengan suara lebih kencang karena berada di atas motor

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mau kemana?!" tanya Ileana dengan suara lebih kencang karena berada di atas motor.

"Liat nanti aja!" jawab Bintang.

Selama di perjalanan tidak ada lagi yang membuka obrolan. Bintang yang fokus mengendarai motornya sedangkan Ileana hanya bisa memperhatikan sepanjang jalan yang mereka lewati.

Beruntungnya, di sore hari jalanan kota terhampar sepi, tidak ada kemacetan yang biasanya mengganggu. Kendaraan melintas dengan lancar di atas aspal yang mulus.

Pepohonan hijau di pinggir jalan berayun ditiup angin, sinar matahari senja menciptakan bayangan yang indah di trotoar.

Di kawasan yang cukup luas yang berisi beberapa kendaraan, Bintang ikut memarkirkan motornya di sana. Keduanya berjalan beriringan menuju jalan masuk terdapat baliho yang sisi kanan dan kirinya bertuliskan core festival.

Suasana begitu ramai tetapi terasa menyenangkan, di sepanjang jalan terdapat tenda-tenda yang menyediakan macam menu makanan, aksesoris, pakaian hingga permainan yang menarik perhatian.

"Mau beli apa?" tanya Bintang memandang gadis yang berjalan di sampingnya.

Tanpa ragu Ileana menunjuk gula kapas yang berbentuk boneka boba. "Itu!" tunjuknya.

"Ayok," ajak Bintang menuju tempat yang ditunjukkan oleh gadis itu.

Beberapa menit menunggu, akhirnya Ileana bisa mencicipi permen gula tersebut. "Rasanya lembut kayak awan," ucapnya pelan.

Bintang mengernyitkan alisnya, "Emang pernah makan awan?"

"Ga-gak pernah, itukan cuma ibarat Bin ..." jawab Ileana terbata. "Mau gak?" tawarnya mengganti topik pembicaraan. "Ini manis loh."

"Gak. Lebih manis lo."

"HA? APA? Kamu tadi bilang apaa?"

"Gak, gak ngomong."

"Bohong! Tadi kamu bilang aku manis kan?"

"Oh ya, tadi gue ngajak yang lainnya juga untuk kesini. Tapi kayaknya mereka semua sibuk."

Mendengar ucapan Bintang membuat Ileana mengembuskan napas kasar kemudian sepontan mengerucutkan bibirnya. Bodohnya, dia selalu mengira Bintang sengaja ingin berduaan dengannya, ternyata hanyalah sebuah kebetulan semata.

Bintang tiba-tiba menghalangi pandangan Ileana dengan telapak tangannya.

"Eh ada apa?" tanya Ileana heran kemudian mengikuti arah netra pemuda itu.

Seorang laki-laki mengalungkan sebuah kamera di lehernya, berjalan mendekati mereka. "Maaf sebelumnya ya, Kak, karena memotret kalian tanpa ijin. Habisnya kalian terlihat serasi sekali," tuturnya tersenyum tipis.

Ileana mengalihkan atensinya pada Bintang dengan pipi bersemu merah. Serasi? batinnya berteriak.

"Lain kali jangan diulangi, semua orang punya priva-"

Lintas Waktu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang