Ergan, seorang pelajar sma Renjana yang terlibat masalah—maksudnya mencari masalah dengan Ileana. Kini, pemuda itu membawa dua temannya, yang satunya ia panggil dengan sebutan bos.
“Ternyata cantik juga,” ucap salah seseorang diantara ketiganya dengan seragam acak-acakan, sedangkan dasi mereka dibuat sebagai pengikat kepala. “Telpon yang lainnya!” titahnya.
Tanpa aba-aba, Ileana segera berlari tak tentu arah menjauhi tiga siswa laki-laki itu. Gadis itu kemudian masuk ke sebuah gang sempit yang sangat amat sepi, sama sekali tidak berpenghuni.
“Anji*g!” umpat laki-laki yang menyandang sebagai bos. “Kejar dia!” titahnya, memarkirkan motor masing-masing di samping gang.
Ileana sangat menyesal, ia berjanji tidak akan pernah pulang sendirian lagi, apalagi melewati tempat sepi. Dimana pun dan kapan pun, bahaya bisa datang tanpa permisi.
Ia memperhatikan sekelilingnya yang dipenuhi dengan rumah yang masih layak huni tetapi tidak berpenghuni, jika dalam keadaan normal, Ileana yakin dia tidak akan pernah menginjakkan kakinya di tempat seperti ini.
Suasananya terasa begitu mencekam, apalagi yang terdengar hanyalah suara burung-burung yang beterbangan di atas bangunan, menambah kesan horornya.
Brak!
Salah satu sendalnya tersangkut di sebuah bebatuan membuatnya terjatuh hampir mencium tanah yang beraspal rusak, Ileana menoleh, melihat tiga preman sekolah itu sudah semakin mendekat ke arahnya.
Ileana bangkit, ia melihat kaki jempolnya mengeluarkan sedikit darah, lututnya juga tergores. Meskipun merasa perih di bagian kakinya, tetapi menjauhkan diri dari mereka adalah prioritas utamanya.
Ileana berlari secepat yang ia bisa, napasnya tersengal-sengal akibat kelelahan, dadanya berdegup kencang karena ketakutan.
Rambut hitam kecoklatannya berkibar di udara, sedangkan selendangnya sudah hilang terbawa angin. Ileana melihat simpang tiga, tanpa pikir panjang ia mengambil jalan ke arah kanan.
Dia berusaha menormalkan napasnya. Ileana mengumpat melihat tembok yang menjulang tinggi menutupi jalannya. "Shit!"
Ileana berbalik, ternyata ketiga preman sekolah itu sudah berada tepat di belakangnya. Ileana melangkah mundur disaat salah satu diantara mereka berjalan semakin dekat mengikis jarak.
Ileana mencoba menenangkan diri, ia mengambil napas dalam-dalam dan mengembuskannya dengan pelan. "Stop!" serunya, "Kalian siapa dan kenapa ngejar-ngejar gue?!"
"Gue-" Ergan menunjuk dirinya sendiri, "Lo beneran gak—"
Seseorang yang berada dipaling depan dengan cepat memenggal ucapan Ergan. “Pertama, ayo kita kenalan dulu secara resmi. Gue Baskara, ketua geng motor Cerberus!" ucapnya tersenyum menyeringai sembari menyodorkan tangan.
"Kedua, lo yang duluan lari jadi kita terpaksa ngejar lo," imbuhnya.
Sembari melangkah mundur dan terus memperhatikan ketiganya untuk mencari celah kabur, Ileana meraba saku celananya mencari ponselnya. Namun nihil, ia tidak menemukan apapun.
Ponsel gue? Jatuh? gumamnya.
Keringat mulai jatuh bercucuran dari pelipisnya, rasa panik kian memuncak membuat Ileana tidak bisa berpikir jernih. “Bajing*n! Pergi dari sini!” teriaknya dengan napas yang menderu, sama sekali tidak mengindahkan ajakan pemuda itu untuk berkenalan. Dia sepontan melemparkan sandalnya yang tersisa, tetapi malah mengenai kepala orang yang berada di belakang Baskara.
Ergan mengumpat sembari memegang kepalanya meringis. "Anjing! Kenapa malah gue yang kena!"
Baskara tertawa renyah. “Menarik,” ucapnya, menatap penuh arti gadis di hadapannya. “Ergan, Daren. Jaga luar!”

KAMU SEDANG MEMBACA
Lintas Waktu
Science Fiction[Romance, fantasy] "Terus mengulang waktu tidak akan membuatmu maju!" ____ Setelah lulus sma baru beberapa bulan, Ileana Electra tiba-tiba terseret arus waktu, ia mengalami hal diluar logika. Mengulang dan melompati waktu membuatnya muak dan lelah. ...