[26] Why apologize?

17 1 0
                                        

Happy reading

Akibat hujan-hujanan kemarin membuat Ileana sakit dan berakhir hanya uring-uringan sendiri di kamarnya.

"Ileana? Buka pintunya, Annora sama Keisha dateng tuh!" teriak mamahnya membuat Ileana bangkit dari tempatnya kemudian membuka pintu kamarnya.

Terpampang lah dua sahabatnya yang masih mengenakan baju seragam sekolah. Ileana dengan cepat mempersilakan mereka masuk dan kembali menutup pintu.

"Kenapa gak bilang-bilang dulu kalau mau dateng," dengus Ileana merasa kamarnya kurang layak untuk kedatangan tamu.

Annora meletakkan sebuah kresek berwarna putih di atas meja belajar Ileana kemudian duduk di pinggir kasur bersebelahan dengan Keisha. "Gue udah nelpon lo seribu kali tapi gak diangkat!" tekannya.

Ileana menggaruk tengkuknya, dia lupa telah mematikan ponselnya sejak kemarin.

"Gak ada lo kelas jadi sepi, ya kan, Sha!" ucap Annora menyenggolnya lengan Keisha. "Lo beneran sakit, Na?" imbuhnya bertanya.

Ileana menghela napas kemudian mengeluarkan ingusnya dengan tisu. "Menurut kamu gimana?"

Annora bergidik ngeri memperhatikan bekas tisu yang berserakan di lantai kamar. "OMG! jorok banget lo, Na," jeritnya dikala merasakan menginjak salah satunya.

Keisha dan Ileana tertawa melihat Annora yang terlihat begitu panik dan jijik.

Prang!

Terdengar suara nyaring dari arah dapur membuat yang lainnya terdiam.

Lontaran demi lontaran terdengar, saling bercakap dengan nada tinggi bahkan kata-kata yang tak pantas pun terucap.

Ileana merasa jantungnya berdegup kencang, ia menutup mata sejenak. Tidak habis pikir, orang tuanya ribut saat ia kedatangan teman-temannya.

Dan permasalahannya selalu tentang uang.

Ileana muak mendengarnya.

"Santai aja, udah biasa kok," ucap Ileana melihat kedua sahabatnya terdiam dengan raut wajah takut.

Keisha dan Annora mengangguk kikuk. "Kalau gitu, Na. Kita pamit ya, sebenarnya aku juga belum ijin ke bunda, takutnya nanti nyariin," tutur Keisha bangkit dari duduknya diikuti Annora.


"Cepet sembuh ya!" seru Annora memeluk Ileana.

Sepeninggalan dua sahabatnya, Ileana menutup pintu kamarnya dengan keras. "Udah tua masih aja ribut!" teriaknya.

Meluapkan emosinya yang sudah lama ia pendam, sejujurnya dia sudah terbiasa mendengar pertengkaran orang tuanya tetapi bertengkar di depan sahabatnya itu benar-benar membuatnya malu.

Ileana menghela napas, teriakannya ternyata tidak sia-sia. Suasana rumah seketika menjadi sepi.

•✮°───⋆⋅۝⋅⋆───°✮•

Udara di pagi hari begitu menyejukkan, dahan pohon berlambai-lambai ditiup angin. Cuaca yang mendung dan sedikit dingin membuat Ileana membalut tubuhnya dengan jaket hitam.

Ileana sudah merasa lebih baik, tetapi tidak dengan hatinya. Sebenarnya dirinya belum siap untuk masuk sekolah, apalagi akan bertemu dengan Bintang.

Lintas Waktu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang