[Romance, fantasy]
"Terus mengulang waktu tidak akan membuatmu maju!"
____
Setelah lulus sma baru beberapa bulan, Ileana Electra tiba-tiba terseret arus waktu, ia mengalami hal diluar logika. Mengulang dan melompati waktu membuatnya muak dan lelah.
...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jika kita tidak peduli pada diri sendiri, lantas siapa yang akan peduli pada kita?
•✮°───⋆⋅⋅⋆───°✮•
Lapangan sekolah dipenuhi dengan siswa-siswi yang sedang asik menari ria menikmati keseruan acara sekolah, sedangkan Ileana duduk di depan pintu kelas menghindari keramaian.
Memaksa diri untuk ikut serta bersama yang lainnya membuat Ileana merasa pusing, itulah yang membuatnya duduk menyendiri.
Ileana menghela napas, ia memainkan ponselnya menahan rasa gugup karena akan bernyanyi diacara perpisahan angkatannya.
Bukan karena keinginannya, tetapi ini semua ulah teman sekelasnya yang menunjuknya untuk mewakili kelas mereka.
Tampil ditengah-tengah warga sekolah tentu saja akan menjadi pusat perhatian, dan Ileana membenci itu.
"Na, kamu ada liat Risa dan Amel gak?" tanya Ersya datang dari arah keramaian, gadis itu kemudian duduk di sebelahnya.
"Tadi bukannya sama kamu?" Ileana melepas ponselnya kembali bertanya pada sahabatnya itu.
Ersya mengangguk. "Iya, tadi emang bareng di depan panggung tapi pas aku liat belakang ,mereka berdua malah ilang. Aku kira mereka kesini," tuturnya.
"Kalau gitu kamu tunggu aja dulu disini, nanti pasti mereka tiba-tiba muncul nyari kamu," balas Ileana memberi saran yang diangguki oleh Ersya.
Tidak ada yang membuka suara lagi, keduanya sibuk dengan ponsel masing-masing. Hanya terdengar alunan musik dan teriakan keseruan dari para penonton.
Seseorang tiba-tiba datang dan menidurkan kepalanya pada paha Ileana yang membuat gadis itu terkejut. "Apaan sih Rai? Bangun!" suruh Ileana.
"Jangan pelit! Gue mau tidur sebentar," balas Raiden menutup matanya tidak peduli.
Ileana merasa kupu-kupu berterbangan di perutnya, perkataan dan hatinya tidak seirama. Namun, bukankah hal ini terlalu dekat untuk sebatas insan yang tidak punya hubungan apa-apa seperti mereka?
"Na, gue cari yang lain dulu," pamit Ersya bangkit dari tempatnya, berjalan menjauhi mereka.
Ileana menatap sendu kepergian Ersya, Ia tahu bahwa Ersya juga menyukai Raiden dan dia sama sekali tidak berniat untuk menyakiti perasaan sahabatnya itu.
Tapi mau bagaimana lagi, apakah dia akan terus menerus mengalah demi kebahagiaan orang lain yang belum tentu memikirkan kebahagiaannya?
Semilir angin yang berembus menerbangkan surai Raiden hingga menutupi mata. Tanpa ragu, Ileana menyingkirkan sembari tersenyum tipis.
Raiden membuka matanya, tangan Ileana terasa lembut mengusap dahinya. "Semangat perform-nya, Na," lontarnya.
Setelah hampir satu jam menunggu, Ileana sudah berada di atas panggung dan menjadi sorotan warga sekolah. Kini, Ileana merasa lebih baik karena mendapat ucapan semangat dari Raiden.