Garis Batas
Sebuah Antalogi puisi yang menggambarkan cara seseorang mencintai dan menghidupkan karakter dalam ruang yang orang lain tidak ketahui, tidak mengharuskan siapapun mengetahuinya, hanya menikmati jatuh cinta sendirian dalam ruang kosong...
Aku tak tahu harus memulai cerita dari mana. Kita hanyalah dua insan yang pernah saling berpandangan kemudian berlalu. Tidak banyak hal yang dapat kutuliskan, sebab diary lama yang berisi tentangmu sudah kusam dan usang.
Seingatku dulu kamu datang dan menghampiriku mengajak berkenalan. Ku sambut uluran tanganmu sambil tersenyum. Entah mengapa saat itu aku tersenyum.
Kamu boleh saja tertawa, tetapi dulu memang aku ceria dan murah senyum. Namun, sepertinya senyumku menjadi awal sebuah permasalahan. Sebab, setelah senyum terakhir yang ku perlihatkan kepadamu. Kamu membalasku dengan kebingungan-kebingungan yang tak berkesudahan.
Awalnya aku mencoba membuka hati. Mungkin sudah waktunya. Tetapi sekali lagi sepertinya aku keliru. Kamu hanya sedang memandangku sebagai permainan baru yang lucu dan menggemaskan.
Merasa sial aku pun pergi. "Maaf aku bukan permainan"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.