Chapter 19

2.6K 155 6
                                    

.
.
.

Teriknya matahari pagi itu terasa amat menyengat. Cicitan burung merpati yang hinggap di atap cafe cantik dengan dinding yang dihiasi warna mint seolah menambah binar kehangatan dikota ini. Dunk tengah mendongak kearah langit biru yang terhampar diatas sana. Dirinya tengah duduk di luar cafe dengan beberapa jenis hidangan manis diatas meja. Senyuman manis menghiasi paras cantiknya, tubuhnya kian hari semakin berisi. Sesekali jemari lentik miliknya memberi elusan lembut di perut yang mulai nampak tersebut.

Tawanya merekah, kala sebuah tendangan pelan ia rasakan. Hatinya berdesir bahagia merasakan interaksi kecil yang terjadi antara ia dengan sebuah nyawa didalam sana. Semakin hari, perutnya semakin membesar.

Ohm memandang lembut pergerakan tubuh Dunk, ia menyesap kopi panas miliknya. Wajah Dunk kian hari semakin terlihat cantik. Mungkin karena keberadaan nyawa itu, membuat perubahan signifikan pada paras indah yang tengah duduk dikursi, berhadapan dengannya.

"Rasanya tidak sabar untuk segera bertemu denganmu" ucap Dunk pada sosok yang hidup di dalam dirinya.

Angin berhembus membuat dahan pohon menari-nari diatas sana. Hembusan angin menerpa lembut wajahnya, membawa sebuah kenangan manis yang disaat bersamaan juga amat menyakitkan. Menampakan satu sosok dalam ingatannya yang sesungguhnya amat ia rindukan. Sebesar apapun Dunk berusaha menghalangi agar perasaan itu tidak kembali muncul, sesering itu jugalah wajah tampan yang selalu berhasil membuatnya jatuh cinta itu terlihat. Membuat hatinya semakin terasa sakit, karena ia tidak akan mampu menggapainya lagi.

Dug.

Dunk merasakan nyeri yang mendera secara tiba-tiba, dia menendang perutnya lagi. Menyisakan jejak telapak kaki yang kemudian menghilang. Selalu seperti ini jika ia memikirkan soal pria itu. Maka janinnya akan menendang perutnya lebih kencang.

Mungkinkah dia bersemangat saat memori tentang pria itu masuk? Atau mungkin sebaliknya? Apakah perasaannya dapat dirasakan oleh nyawa yang ada didalam tubuhnya juga? Jika iya, apakah itu rasa getir yang tak tertahankan? Layaknya sakit yang tengah ia rasakan.

Jemari lentik itu kemudian perlahan mengusap rambutnya yang tertiup angin. Memandang sendu pada kendaraan yang mulai berlalu-lalang. Kemudian ia memandang pria yang duduk didepannya dengan segelas kopi panas ditangan kanannnya. Dunk menatap sendu pada Pria yang ada dihadapannya. Pria itu selalu saja menemaninya selama ini, bahkan tanpa ia minta. Terbersit rasa tidak nyaman dihatinya dihatinya, kenapa Ia selalu saja menyusahkan orang lain?

"Ohm......" panggil Dunk pelan.

"Iya? Ada apa Dunk?" Jawab Ohm seraya menaruh gelas kopinya diatas meja. kemudian fokus memperhatikan Dunk yang memulai pembicaraan dengannya.

"Ada yang ingin aku sampaikan padamu, apakah boleh?" Dunk menarik nafas panjang sambil meremas jemarinya. Ohm sedikit merasa heran dengan tingkah Dunk. Kenapa ia tiba-tiba terlihat begitu gugup?

"Katakan saja Dunk, aku akan mendengarkannya" ujar Ohm sambil tersenyum lembut.

Dunk akhirnya memberanikan untuk membuka suara. "Aku mendownload sebuah aplikasi di app store semalam, dan mencari sesuatu dikolom pencarian. Tiba-tiba ada yang membuat diriku tertarik, Karena ada orang yang ingin mengadopsi anak dikarenakan ketidak mampuan tubuhnya untuk mengandung. Jadi aku memulai percakapan dengannya di fitur pesan aplikasi itu. Mereka adalah sepasang suami istri yang belum dikarunia seorang anak pun, karena permasalahan dirahimnya. Jadi aku bilang pada mereka bahwa aku tengah hamil. Jadi, aku memulai pembicaraan serius dengan mereka. Akhirnya, mereka memintaku untuk bertemu dan ingin membahas soal kehamilanku...."

Gloomy Love (JoongDunk story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang