Chapter 34

2.3K 135 7
                                    

.
.
.

Joong tengah duduk diruang kerjanya dengan memilin sebuah pulpen yang ia susupkan diantara jemari kirinya. Tak lama kemudian wajah pria tampan itu menyendu, angannya tengah melayang jauh menyusuri memori kelam yang telah ia kubur dalam-dalam.

Semua kebrengsekannya di masa lalu, tidak akan bisa ia tebus dengan apapun. Sudut bibir Dunk yang mengalirkan darah segar serta jeritan memilukan dari bibir indahnya itu tengah menyambar pikirannya seakan bergerak kembali menyiksanya dalam rasa bersalah yang tak kunjung mereda.

Jauh didasar lubuk hati, Joong pun juga tau, ia sama sekali tidak pantas mendapatkan maaf dari sosok yang telah ia nikahi itu. Bahkan jika ia membayarnya dengan banyaknya materi sekalipun, dosa itu tak akan pernah pantas dimaafkan.

Siksaan batin yang terus menderanya, tanpa ia tahu bagaimana akhir dari pesakitan itu akan usai. Yang Ia tau, ia tidak bisa lagi terus-menerus bersikap seperti ini. Bahkan jika ia terpuruk sendirian, ia tak boleh menolak dan harus menikmati rasa sakit itu. Karna Dunk menunggunya, banyak hal dan pikiran buruk menari-nari di dalam kepalanya saat ini.

Tok....Tok....Tok

Lamunannya terhenti ketika seseorang mengetuk pintu ruang kerjanya, Joong segera memerintahkan orang yang telah mengetuk pintu ruang kerjanya itu untuk masuk.

Pintu ruang kerja Joong terbuka, menampilkan sosok Jeab yang berjalan masuk ke dalam ruangan sembari menenteng tas hitam ditangan kirinya, Dengan ringan, pria yang memiliki tinggi 180 cm itu berjalan memasuki ruangannya dan mendudukkan diri diatas sofa.

"Apa kau sibuk?" Tanya Jeab memulai pembicaraan diantara mereka berdua.

Joong diam dan tak membalas ucapan Jeab, ia memilih memandang atap kantornya. Pikirannya melayang entah kemana, beban pikiran yang ia pikul terasa begitu sangat berat.

"Sepertinya kau sedang ada masalah, ada apa?" Tanya Jeab lagi, ia memperhatikan mimik wajah Joong yang terlihat gelisah.

Wajah Joong nampak kaget tetapi tidak berusaha berontak dari pertanyaan sahabatnya. Hanya terkesiap lalu ia segera merubah mimik mukanya dan meleparkan senyum ke arah Jeab, lalu kembali memandang langit-langit plafon.

"Kau sangat tidak pandai berbohong Joong."

Joong menghela nafas berat mendengar ucapan Jeab, ia memilih menelungkupkan wajahanya dan bergerak gusar lalu melirik ke arah lain dengan gelisah.

"Apakah ini soal Dunk? Apa yang terjadi? Jangan-jangan ingatannya sudah kembali ya?"

"T-tidak Jeab, tapi.... ehm apakah tidak apa-apa jika aku menceritakan hal ini padamu?" Tanya Joong ragu.

"Hei, memangnya selama ini kau curhat pada siapa selain aku? Ibumu? Seperti kau memiliki keberanian saja."

"Sialan kau!"

Jeab tertawa keras mendengar gerutuan Joong, namun seketika ia segera membenarkan duduknya saat mendapatkan tatapan datar dari sahabat karibnya itu.

"Em, katakan saja Joong, tidak perlu ragu." Gumam Jeab pelan.

Joong akhirnya berdehem, dan mengumpulkan keberaniannya untuk berbicara. Ia menatap Jeab yang tengah menunggu jawaban darinya.

Gloomy Love (JoongDunk story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang