.
.
.Joong melemparkan botol minuman keras terakhirnya, dan memukul dadanya lagi yang semakin terasa sesak. Hidupnya terasa semakin tidak berarti semenjak Dunk pergi meninggalkan rumah.
Dunk menghilang, dan tak pernah menampakan dirinya lagi, sekalipun dihadapan keluarganya. Semua orang telah Ia kerahkan untuk mencari Dunk, namun nihil. Dunk tidak pernah ditemukan lagi, bahkan pesan singkat yang ia kirim membuat pihak kepolisian menolak mencarinya karna menganggap Dunk baik-baik saja.
Joong mengusak rambutnya kasar, surat yang diterbitkan pengadilan membuat hati Joong semakin pilu. Ia harus tetap datang kesana walaupun ia tidak ingin.
.
.
.Joong memegang kenop pintu yang ada di hadapannya, menarik napas panjang sambil memejamkan kedua matanya. Ini berat dan ini tidak seperti biasanya. Pintu besar yang sedang berdiri kokoh seolah mengejek dan merendahkan keberadaanya yang tampak terpojok dan takut. Sesuatu yang besar dan berkuasa sedang menunggunya di balik pintu itu.
Joong tersenyum kecut, meringis membayangkan betapa miris dan kasihan keadaannya sekarang. Mungkin ini adalah akhir atau permulaan dari kata akhir yang sebenarnya. Benar-benar menakutkan. Ia tidak ingin menemui apapun atau siapapun yang sedang berada di balik pintu itu.
Namun ia tidak bisa, pintu terbuka dan sebuah sambutan dingin ia terima sesaat atmosfer ruangan dengan suasana begitu serius dan berat menguar, seakan menampar semua keberanian yang sudah ia kumpulkan sejak ia berdiri dibalik pintu. Sebuah meja besar panjang dengan banyaknya kursi yang saling berhadapan satu sama lain pun ikut serta menjadi pemandangan pembukanya saat mendaratkan matanya ke dalam ruangan tersebut.
Mulanya memang terkesan cemas dan tidak nyaman setelah melihat ruangan tersebut, tapi semuanya berubah sendu ketika matanya bertemu dengan sesosok pria cantik dengan pose angkuhnya duduk disalah satu kursi membelakanginya sambil menatap lurus tanpa menoleh sedikitpun ke arahnya.
"Dunk...." gumam Joong tertahan. Ingin rasanya ia berlari memeluk tubuh yang sudah sangat lama ia rindukan, namun tatapan sinis kala sosok itu menyadari kehadirannya, membuat Joong tersadar dan memilih menduduki tempat yang telah disediakan untuk pihak tergugat diruang mediasi itu.
Joong mengedarkan pandangannya dan menangkap sosok Namtan yang juga tengah menatapnya dengan pandangan iba. Joong membalasnya dengan senyuman yang ia paksakan, dan Jeab yang disebelah Namtan pun terlihat memberikan mimik wajah prihatin. Joong menunduk diam, hatinya terasa nyeri menangkap tatapan kasihan dari orang-orang yang ia kenal. Inilah akhirnya, dia harus menghadapi masalahnya.
Mediasi telah dimulai, dan Dunk memaparkan semua hal yang menjadi landasan keinginannya untuk bercerai. Mulai dari bukti perselingkuhan dan foto-foto bugil Joong dan Nine yang ia dapat entah darimana, hingga bukti hasil kekerasan dan penyiksaan Joong saat memperkosanya.
Joong tidak sanggup menatap wajah mertuanya, bahkan ibunya pun menolak.
Dunk dengan tegas menolak kembali bersama, dan akan tetap melanjutkan gugatannya tanpa meminta harta sepeserpun. Membuat Joong semakin yakin, ia sudah tidak di inginkan lagi disini.
Seusai mediasi selesai, Dunk keluar lebih dulu dari dalam ruangan meninggalkan Joong yang masih diam menunduk. Ia sama sekali tidak membela dirinya sendiri, karna tak ada satupun kalimat yang mampu ia ucapkan. Semuanya tertahan ditenggorokannya tanpa mau ia katakan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Gloomy Love (JoongDunk story)
FanficBagaimana jika akhirnya kamu bisa kembali ke masa lalu? Apa yang akan kau lakukan? Tentu saja merbaiki kesalahan bukan? Itulah yang terjadi pada Dunk Natachai Boonprasert, pria manis dan lemah lembut ini harus mengalami kepahitan dalam kehidupan per...