Chapter 37

1.2K 100 9
                                    

.
.
.

Joong baru saja selesai dengan sarapannya, dan Dunk menghampiri dirinya yang telah beranjak berdiri dengan membawa jas dan tas kerja miliknya.

"Terima kasih sayang." Ucap Joong, sembari mengenakan jas yang Dunk diberikan padanya.

Dunk hanya membalas dengan senyuman manis, senyuman yang ia patri dengan sangat rapi dihadapan Joong.

"Hati-hati." Ucap Dunk lembut.

"Tentu." Balas Joong sembari bergerak mengecup lembut kening Dunk.

Setelah itu tubuhnya bergerak menuju pintu utama dan bersiap berangkat pergi menuju kantor.
Senyuman diwajah Dunk seketika luntur, berganti dengan wajah datar yang telah ia sembunyikan sejak tadi.

"Sampai kapan kau akan terus menutupi semuanya Joong?" Gumamnya dengan lirih.

Dunk mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya, sebuah kunci yang diberikan Cho tadi pagi karna ia beralasan bahwa Joong membutuhkan kunci itu dan memerintahkan Cho untuk memberikannya padanya. Dunk segera berjalan menaiki tangga lantai dua, dan bergerak menuju kamar. Bukan kamar yang biasa ia tempati bersama Joong, tetapi kamar yang selalu Joong pakai sebelum ia pindah ke kamar yang Dunk pakai sejak awal tinggal di rumah ini.

Ceklek......!

Pintu kamar itu berhasil terbuka, Dunk segera masuk sambil mengamati sekitar. Setelah yakin tidak ada yang memperhatikannya, ia segera menutupnya dari dalam.

Dunk segera menyalakan saklar lampu, tidak ada yang aneh dikamar itu. Namun ruangan ini lebih kecil dan sempit dibandingkan kamar yang ia tiduri bersama Joong. Dunk melangkahkan kakinya menuju ranjang dan merebahkan dirinya sembari menatap langit-langit kamar. Aroma harum dari parfum yang biasa Joong pakai, membuat Dunk merasa nyaman. Namun ia segera tersentak saat menyadari kelakuannya sendiri.

'BODOH!' Batin Dunk merutuki dirinya karna masih saja mengagumi sosok pria yang telah berhasil menipunya selama ini.

Dunk memutuskan berjalan menuju lemari pakaian, masih ada beberapa kemeja yang Joong tinggalkan diruangan ini. Dunk memutuskan berjalan lagi, dan menemukan pintu lain selain pintu kamar mandi. Ternyata sebuah ruang kerja, ada banyak berkas-berkas menumpuk diruangan itu. Namun Dunk lebih tertarik melihat pigura foto yang ada diatas meja kerja milik Joong, foto dirinya dan Joong yang tengah tersenyum lebar saat acara ikrar pernikahannya.

Dunk terhenyak, keraguan perlahan mulai memenuhi dirinya kala melihat gambar dirinya dan Joong yang ada diruangan ini. Ia lalu bergerak menduduki kursi kerja milik suaminya itu, ada satu buah komputer diatas meja, dan tiga buah laptop yang tersusun di rak sebelah meja kerja. Dunk memangku wajahnya, dan mulai merasa bosan. Dirinya ragu, haruskah dirinya melanjutkan mencari tau? Sedangkan Joong saja sudah sangat baik memperlakukannya selama ini, tapi kenyataan bahwa pria tampan itu pernah memperkosanya, masih menjadi tanda tanya besar. Jika dia benar-benar pria brengsek, seharusnya semenjak ia tinggal dirumah ini, pria itu langsung saja menidurinya berkali-kali bukan? Tapi kenapa ia malah memisahkan ruang untuk mereka tidur? Dan bahkan, Dunk masih mengingat dengan jelas bagaimana Joong yang tiba-tiba saja menangis saat dirinya akan melakukan hubungan badan. Benar-benar sangat aneh dan tidak masuk akal. Apakah mungkin dokumen medis itu salah? Tapi Dunk belum bisa memastikannya sekarang, ia berpikir harus mencari tau lebih dalam lagi.

"Huffft" Dunk menghembuskan nafas berat, ia memilih membuka laci meja kerja itu dan menemukan beberapa benda salah satunya kotak cincin pernikahannya.

Gloomy Love (JoongDunk story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang