.
.
.Dunk berbaring diam di dalam kamar. Dirinya tengah menikmati deru air hujan yang mengetuk kaca jendela kamar, diiringi suara hembusan angin yang terdengar cukup kencang. Ia menghirup udara disekitarnya, dan menghembuskannya dalam satu hembusan napas. Merasakan dinginnya udara di malam hari, yang seakan dapat menembus jendela kaca dalam kamar yang tengah diisi dua orang manusia yang tengah berbaring dalam balutan selimut tebal yang menutupi tubuh polos mereka berdua.
"Hujannya deras sekali, apa kau menyukainya?" Tanya Joong yang sedari tadi berbaring di belakangnya, memeluk perut Dunk dengan kedua tangannya.
"Hm... Aku suka suaranya." jawab Dunk lembut. Joong tersenyum, dan mengangkat kepalanya sedikit untuk melihat wajah istrinya itu.
"Aku suka suasananya." kata pria itu tanpa ditanya.
Mereka berdua kembali berbaring dalam diam. Menatap titik-titik air dingin yang menabrak jendela. Saling berpelukan, dengan suhu kamar yang hangat. Larut dalam pelukan erat setelah permainan yang baru saja mereka berdua lakukan. Beberapa tanda kemerahan dileher Dunk terlihat sangat jelas di kulit halusnya yang putih.
"Aku tidak pernah melakukan ini sebelumnya." Joong berucap lagi sembari terus mengeratkan pelukannya.
Dunk melemparkan tatapan ingin tahu pada pada suaminya.
"Berpelukan, dan melihat hujan ditengah kehangatan pelukan seseorang yang aku cintai." Lanjut Joong lagi.
Kedua mata mereka bertemu sesaat, sebelum Joong memberi kecupan ringan di bibir penuh milik Dunk. Pria cantik itu kembali menatap jendela. Ia diam, dan berpikir. Ia juga sepertinya belum pernah melakukan ini.
Memang sejak kejadian beberapa hari yang lalu ia dan Joong melakukan hubungan intim, hubungan keduanya semakin penuh dengan......sentuhan? Maksudnya, Joong menjadi lebih suka menyentuh dan disentuh daripada Joong yang dulu.
Awalnya memang Dunk merasa aneh, namun jika sudah begini, ia sendiri tidak bisa berbohong jika sentuhan suaminya itu membuatnya nyaman.
"Aku mencintaimu." Bisik Joong ke telinga Dunk. Pria manis berambut hitam itu merasakan bulu tengkuknya meremang, saat udara halus dari mulut Joong berhembus di daun telinganya.
Dunk hanya diam, tidak tahu harus menjawab apa. Mengubah perasaan ke dalam kata-kata, bukanlah hal yang mudah baginya. Namun diam-diam, dirinya menyadari perasaanya, dan memutuskan mengunci pintu hatinya, hanya untuk Joong seorang.
.
.
.
Joong menarik lidah Dunk dengan bibirnya, menghisapnya sedikit demi sedikit pada Dunk yang tengah duduk tidak nyaman di atas pangkuannya. Lutut terbukanya yang mengapit paha pria itu, bersentuhan langsung dengan meja dapur yang dingin. Membuat punggungnya terasa tidak nyaman. Ia melenguh tidak sadar, saat lidah hangat Joong menggelitik langit-langit mulutnya.
Pria itu memberikan sebuah hisapan kuat terakhir, sebelum menarik wajahnya mundur lalu menyatukan kedua kening mereka berdua, memperhatikan wajah Dunk yang tengah sibuk menetralkan napasnya.
"Aku mencintaimu Dunk, sangat." Gumam Joong, ia tersenyum melihat pipi Dunk yang merona merah dikulit mulusnya yang putih. Pria itu mengecup lagi bibir Dunk yang masih basah akibat ulahnya tadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Gloomy Love (JoongDunk story)
Fiksi PenggemarBagaimana jika akhirnya kamu bisa kembali ke masa lalu? Apa yang akan kau lakukan? Tentu saja merbaiki kesalahan bukan? Itulah yang terjadi pada Dunk Natachai Boonprasert, pria manis dan lemah lembut ini harus mengalami kepahitan dalam kehidupan per...