Chapter 23

2.6K 149 5
                                    

.
.
.

Dunk baru saja bangun saat matahari sudah terik, namun ia terlalu malas untuk bergerak dan membersihkan dirinya seperti biasanya. Rutinitasnya sudah berubah, dia tidak perlu lagi bangun terlalu pagi hanya untuk bersiap-siap berangkat kuliah seperti biasanya. Ayahnya sudah mengurus surat cuti dikampus, jadi dia ingin bermalas-malasan saja dikamar. Dunk melirik pada nampan diatas meja belajar miliknya, ada sebuah piring dengan beberapa potongan buah, beserta segelas susu hangat. Mungkin saja bibi Lusi yang meletakkannya disana, karna semua orang dirumah ini sudah tahu tentang kehamilannya, jadi dia harus mulai terbiasa dengan perhatian-perhatian kecil seperti ini. Terlebih kakaknya yang sangat-sangat cerewet itu, sudah pasti uring-uringan jika menyangkut soal calon keponakannya ini.

Dunk mendudukan dirinya diranjang, ia lalu mengangkat snow globe yang Joong belikan kemarin lalu memperhatikan salju buatan yang turun perlahan diatas genting miniatur rumah didalamnya. Dunk menaruh benda itu semalam diatas nakas kemudian menulis nama lengkap calon bayinya yang Joong kasih kemarin, dibagian bawah Snow Globe itu.

"Aku akan meletakan benda ini disamping meja tempat tidur Dean nantinya, dia pasti akan senang sekali" ucapnya pada benda itu sambil mengelus-elus perutnya dengan lembut, lalu meletakan kembali benda itu diatas nakas.

Tok.....Tok.....Tok

"Masuk!" Perintah Dunk pada seseorang yang baru saja mengetuk pintu kamarnya. Dunk kembali menguap, ia merebahkan tubuhnya kembali diatas ranjang lalu memejamkan kedua kelopak matanya.

Ceklek!

Pintu terbuka, menampilkan Sosok pria bertubuh tinggi dalam balutan busana casual berwarna krem. Ditangan kirinya ada sebuah bingkisan yang ia tenteng sejak tadi. Pria itu lalu masuk kedalam kamar Dunk, dan menutupnya kembali.

Sosok itu menggelengkan kepalanya saat menemukan Dunk yang kembali memejamkan matanya. Meskipun sedikit tidak tega mengganggu tidur kekasihnya itu, namun mengingat hari semakin siang dan Dunk serta janin di kandungannya sudah melewatkan jam sarapan, akhirnya Ia memutuskan untuk membangunkan Dunk saja.

"Sepertinya kau sudah bangun sejak tadi, Kenapa kau tidak turun untuk makan? Sekarang sudah pukul 09.54. Apakah kau tidak khawatir dengan calon bayi kita? Dia mungkin sedang lapar."

Ujar pria itu sembari menaruh bingkisan yang ia bawa sejak tadi diatas meja belajar milik Dunk.

Dunk membuka matanya kembali, ia melihat Joong tengah berdiri sambil bersedekap. Dunk sedikit terkejut, ia langsung mendudukan dirinya dan menatap wajah pria tampan yang sedang memandanginya sejak tadi, seolah tengah menuntutnya untuk segera bangun.

"Tapi aku masih mengantuk" balas Dunk sambil menguap.

Joong menggelengkan kepalanya sambil berdecak pelan, kemudian ia beregerak peralahan menduduki tepian ranjang dan menyentuh rambut Dunk, dan mengelusnya lembut.

"Nanti sore, kau dan aku siap-siap untuk ikrar pernikahan di Vihara. Aku sudah menyiapakan semuanya termasuk semua dokumen yang dibutuhkan ." Joong sambil terus mengelus kepala Dunk.

Dunk terkesiap, ia baru saja bangun tidur, namun sudah harus mendengar kabar mengejutkan dari mulut Joong.

"HAH? IKRAR? NANTI SORE?" Pekik Dunk tidak terima.

Gloomy Love (JoongDunk story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang