.
.
.
Dunk terbangun ditengah malam, perutnya terasa sangat lapar. Ia berjalan gontai ke lantai bawah dan mengambil makanan didalam lemari pengdingin. Ah, dia menemukan brownies yang terlihat lezat. Dunk menyiapkan piring dan menaruh kuenya disana lalu berjalan menuju meja makan.
Pelan-pelan ia mendudukan dirinya dikursi, bagian bawahnya masih sedikit terasa perih, ia lalu menikmati brownies itu dengan lahap.
"Baru bangun" tanya Namtan dari arah belakang membuat Dunk seketika terkejut, Namtan mendekati meja makan sambil membawa air dalam botol dan menuangkannya kedalam gelas lalu menaruhnya dimeja depan adikknya.
"I-iya phi, terima kasih phi Namtan" ucap Dunk, Namtan hanya mengangguk lalu duduk dikursi tepat disebrang meja makan tempat Dunk duduk sambil menikmati makanannnya. Ia mengarahkan pandangannya pada wajah adiknya dan menatapnya lekat. Dunk yang menyadari itu jadi sedikit kikuk melihat tingkah kakaknya yang sedang menatapnya intens, seolah tengah menelanjanginya. Dunk kemudian kembali fokus memakan browniesnya.
"Phi, mama papa kemana ya kok sejak sore aku tidak melihat mereka?"Tanya Dunk penasaran pada Namtan yang masih fokus memandanginya.
"Mama dan papa pergi berkunjung dari tadi pagi ke rumah kerabat papa di Chonburi, mereka sudah ngabarin bahwa mereka akan pulang Minggu depan" ucap Namtan pada adiknya. Dunk mengangguk.
"Siapa yang sudah melecehkanmu?"
"Uhukk.....uhukk" Dunk terbatuk, ia terkejut mendengar ucapan kakaknya dan langsung meminum air. Namtan terus menatapnya dan menuntut jawaban dari mulut sang adik.
"Phi bicara apasih?" ujar Dunk berusaha untuk menutupi kepanikannya, tapi sayangnya mimik wajahnya mudah sekali ditebak.
"Dunk, sadarkah apa yang sudah kau alami itu? Jawab dengan jujur! aku yang akan mengurus semuanya" ucap Namtan tegas.
Dunk menunduk, ia tahu ia tidak akan pernah bisa membohongi kakaknya lagi.
"Jawab Dunk! Siapa?" Tuntut Namtan lagi.
Dunk hanya menunduk dalam diam, ia tidak berani melihat wajah kakaknya, dirinya tidak berani mengeluarkan sepatah katapun.
"Dunk"
"Sudahlah"
Namtan terkejut mendengar ucapan yang lolos dari mulut adiknya.
"Dunk!"
"Aku mohon, jangan membahasnya" Dunk terisak sambil menutupi wajahnya menggunakan kedua tangannya, ia sudah tidak ingin lagi berurusan dengan Joong Archen dan berharap kemarin adalah hari terakhir dia bertemu dengan pria itu. Ia tidak ingin menutut apapun darinya. Sudah cukup luka yang ia derita selama ini, Dunk sudah tidak kuat lagi.
"Dunk sadarlah, kau sudah bertunangan. Apa yang akan dia katakan jika tahu calon pasangan yang akan dia nikahi sudah dilecehkan oleh orang lain?"
Dunk tercekat, ia kesulitan meraih oksigen disekitarnya dan memukul dadanya berkali-kali dan menutup kedua telinganya sambil berteriak, Namtan panik dengan sikap adiknya yang tiba-tiba. Tubuh Dunk terjatuh dilantai, Dunk merasakan perutnya seperti sedang bergejolak, ia ingin muntah tapi tertahan ditenggorokannya. ingatan itu kembali merasuki pikirannya. Dunk berteriak histeris sambil terus memukuli tubuhnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Gloomy Love (JoongDunk story)
FanfictionBagaimana jika akhirnya kamu bisa kembali ke masa lalu? Apa yang akan kau lakukan? Tentu saja merbaiki kesalahan bukan? Itulah yang terjadi pada Dunk Natachai Boonprasert, pria manis dan lemah lembut ini harus mengalami kepahitan dalam kehidupan per...