Chapter 24

3.1K 162 6
                                    

.
.
.

Dunk duduk dengan gelisah di kursi yang terletak didepan ruang rawat ayah Phuwin. Sesuatu yang baru saja ia saksikan tadi membuatnya terkejut. Baru kali ini ia melihat langsung wajah ibu Ohm dan Ayah Phuwin. Namun saat ia belum pulih dari keterkejutannya, Ohm tiba-tiba meminta Dunk menunggunya diluar. Ia menurut dan memutuskan keluar dari ruangan itu dengan berbagai pikiran yang berkecamuk diotaknya. Dunk sesekali melirik pada jendela kaca yang telah ditutupi gorden yang menghalangi pandangannya. Sepertinya ada sesuatu yang tidak boleh ia dengar disini.

Ceklek!

Pintu ruang rawat ayah Phuwin terbuka, menampilkan Ohm dengan raut wajah yang terlihat keras, sepertinya sesuatu yang buruk telah terjadi didalam sana. Dunk segera berdiri dari duduknya dan langsung menghampiri Ohm.

"Ayo, aku antar kau pulang." Ujar Ohm pada Dunk.

"Tapi...ini masih jam 12 Ohm, apa ti...."

"Tidak apa-apa, ayo!"

Dunk mengernyitkan dahinya bingung, namun ia tidak membantah ajakan Ohm dan membiarkan pria itu menggandeng tangannya erat dan ikut berjalan menyusuri koridor rumah sakit menuju pintu keluar.

"Ohm tunggu!!"

Teriakan Phuwin membuat Dunk menengok ke arah belakang, namun Ohm terlihat tidak peduli. Ia tetap melanjutkan langkahnya dan mengabaikan Phuwin yang masih berdiri mematung didepan pintu ruang rawat ayahnya.

Dunk hanya diam, dia tidak berani menolaknya karna baru kali ini Dunk melihat perubahan raut wajah yang sangat drastis di wajah Ohm. Dapat Dunk rasakan kabut gelap yang merengkuh tubuhnya.

Sesampainya diparkiran, Ohm membukakan pintu mobil untuk Dunk dan menyuruh pria itu masuk. Setelah itu, ia pun masuk kedalam mobil dan langsung melajukan kendaraannya menuju arah rumah Dunk.

Tidak ada percakapan diantara mereka, Dunk takut untuk memulai pembicaraan, walaupun sebenarnya ia juga penasaran kenapa ada ibu Ohm diruang rawat ayah Phuwin.

Tin....Tin...Tin

Ohm mengklakson pada kendaraan yang mengalangi jalannya yang terhenti di sepanjang jalanan itu. Terdengar bunyi klakson dan makian dari jendela mobil yang terbuka, menambah kisruh suasana.

"Ohm sabarlah" Tutur Dunk sembari mengelus pelan lengan temannya itu, ia yakin ada sesuatu yang tidak beres disini. Tidak biasanya Ohm bersikap seperti ini.

Ohm menghela nafas gusar, ia menjalankan kembali mobilnya setelah kendaraan yang menghalangi mobilnya pergi. Tidak lama iamenepikan mobilnya dipinggir jalan yang legang dan mematikan mesin mobilnya. Sorot matanya memandang jauh kedepan. Tapi masih dapat Dunk lihat mata Ohm yang mulai berair.

"Ohm....ada apa? Apakah kau baik-baik saja?"Tanya Dunk khawatir.

Ohm menengok ke arah Dunk yang masih menatapnya dengan raut wajah khawatir.

"Orang itu.....orang itu adalah ayahku. Ayah Phuwin....ayah biologisku." Setetes kristal bening mengalir di pipi Ohm.

"A-apa...?"

Ohm menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Dunk segera mengelus pelan lengan temannya itu, dapat ia dengar isakan kencang dan  tubuh Ohm mulai bergetar hebat. Dunk memang baru tahu soal ayah Ohm yang pergi meninggalkan ibu Ohm dalam keadaan hamil, tapi Dunk tidak menyangka jika pria itu adalah ayah Phuwin. Kenapa Dunia terasa begitu sempit?

Gloomy Love (JoongDunk story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang