.
.
.Berapa lama lagi waktu akan berjalan. Setiap jejak kenangan itu seolah tengah mengejeknya, atas apa yang telah terjadi padanya. Joong terpuruk sendirian, bahkan setelah raga itu telah kembali hidup dan berada dekat dengan dirinya. Ia tak mampu melakukan apapun yang dia ingin. Seberapa kuatnya keinginan untuk merengkuh tubuh indah itu, yang tersisa hanyalah ratapan pilu yang ia balut dibalik wajah datarnya.
Kadang ia ingin semua yang terjadi padanya saat ini, hanyalah mimpi buruk panjang, yang dikemudian hari ia dapat bangun kembali dan memeluk tubuh indah itu tanpa seharipun ia lepaskan. Sejuta kata maaf, ribuan tetes air mata yang telah jatuh, tidak akan mampu mengembalikan segalanya menjadi utuh. Jarak yang terjadi diantara dirinya dan pria cantik itu, bagaikan perpisahan panjang tanpa ucapan pamit, dengan rayuan rindu tak berujung. Berapa lamakah lagi ia harus menunggu hukuman ini? Hukuman yang telah telak mematahkan jiwanya hingga hancur lebur.
"Kenapa sayurnya dimasak terlalu matang? Seharusnya sayur ini direbus sebentar saja, sebelum disiram dengan kuah dan bawang goreng. Jadi aneh begini rasanya."
Joong terperangah sesaat, matanya melirik pada sumpit yang dipegang Dunk. Seketika ia tersadar dari lamunannya.
"A-aah begitu...." Ucap Jong sambil kembali menyendokkan makanan dipiring, lalu memakannya.
Dunk mengerutkan keningnya, ia melirik kearah lelaki tampan yang sejak tadi tengah duduk bersamanya dimeja makan untuk sarapan bersamanya. Dunk heran, apa yang pria itu pikirkan? Sejak tadi ia berbicara, namun Joong tiba-tiba seperti tengah terkejut, lalu menanggapinya dengan singkat. Tidak hanya sekali, terlalu sering Dunk melihat pria itu dengan tatapan kosongnya. Seolah tidak ada minat mengobrol ataupun mendengarkan ucapannya. Padahal seingatnya dulu saat ia baru pertama melihat pria itu, wajahnya menunjukan kebahagian yang sangat amat besar. Tapi kenapa sekarang sikap pria itu sekarang berbeda?
"Joong... kau kenapa?" Tanya Dunk heran.
"Ah-aku? Aku tidak apa-apa. Kenapa memangnya?"
"Kau selalu saja tidak fokus saat aku mengajakmu berbicara. Ada apa sebenarnya?"
"Tidak ada. Aku berangkat kerja dulu, jaga dirimu baik-baik." Balas pria itu itu sembari berdiri, dan menenteng tas kerjanya keluar dari rumah. Meninggalkan Dunk yang masih melihatnya dengan raut wajah bingung.
Dunk menghela nafas gusar, ia melihat piring Joong yang masih tersisa banyak. Pria itu selalu saja seperti itu, seolah tengah menghindari dirinya. Ia mengedarkan pandanganya pada seisi ruangan, rumah mewah itu terasa sangat sepi. Tidak ada aktivitas yang berarti setelah ia bisa kembali berjalan dengan normal. Dunk hanya terbangun di pagi hari, mandi dan bersiap, menemani Joong sarapan di meja makan, tidur siang, makan siang, kembali mandi, makan malam bersama, dan tidur. Selalu saja aktivitas membosakan itu ia jalani setiap harinya, seolah ia hidup hanya untuk mengulang rutinitasnya setiap hari. Joong juga tidak pernah berbicara panjang dengannya, hanya menanyakan keadannya lalu berlalu pergi. Kalau tidak, ia datang hanya untuk memberikannya hadiah, mengajaknya makan dan setelah itu, pria itu pergi dan tak memperdulikan dirinya lagi. Semewah dan sebesar apapun rumah yang ia tinggali, seberapa banyak pun hadiah mewah yang ia terima setiap saat, semuanya terasa tidak berarti. Dunk bosan, namun Joong seolah tidak ingin mengerti dirinya.
Dunk memutuskan kembali ke kamar, ia sudah bisa berjalan dengan normal, walaupun sesekali kaki kanannya terasa nyeri, Dunk tahu ada yang aneh dengan kaki kanannya, namun Dunk mengabaikannya. Ia merasa tubuhnya sudah baik-baik saja jadi tidak perlu lagi meributkan hal-hal yang tidak terlalu penting.

KAMU SEDANG MEMBACA
Gloomy Love (JoongDunk story)
FanficBagaimana jika akhirnya kamu bisa kembali ke masa lalu? Apa yang akan kau lakukan? Tentu saja merbaiki kesalahan bukan? Itulah yang terjadi pada Dunk Natachai Boonprasert, pria manis dan lemah lembut ini harus mengalami kepahitan dalam kehidupan per...