Chapter 10

3.4K 177 7
                                    


.

.

.

Nine pergi ke bar untuk menenangkan dirinya, masih tidak menyangka bahwa apa yang telah dia lalui dan dia perjuangan berakhir dengan sia-sia. Nine menggenggam erat gelas whisky ditangan kanannya, hatinya kalut tidak tahu bagaimana ia akan melanjutkan hidup kedepannya karna yang ia tahu, Joong adalah harapannya satu-satunya ia bahkan rela menunggu selama ini agar Joong bisa menjadi miliknya seutuhnya. Karna baginya tidak ada yang lebih baik darinya di dunia sehingga apapun akan Nine perjuangkan.

Ia tidak ingin mundur ataupun menyerah tapi disisi lain ia harus mengaku kalah, cintanya dikalahkan oleh anak kecil yang bahkan tidak paham makna cinta yang sebenarnya. Dia hanya cukup beruntung dijodohkan dengan lelaki sempurna seperti Joong Archen. Ia lalu meminum lagi sisa alkohol didalam gelasnya hingga habis, perasaanya yang sesak butuh sesuatu agar ia bisa bernafas dengan tenang.

"Sendiri?" Tiba-tiba seorang pria tinggi dengan rambut terang berwarna cokelat terang menghampiri Nine dan duduk tepat disebelah dirinya yang tengah duduk didepan meja counter.

"Ya," jawab Nine singkat.

"Sepertinya kau butuh seorang teman, dirimu seperti baru saja ditinggalkan oleh seseorang" ujar pria itu lagi.

Nine tersentak, ia melirik pada pria yang berada disebelahnya dengan raut wajah bingung, sepertinya familiar namun Nine lupa kapan dan dimana ia pernah bertemu dengan orang ini. Disaat dirinya masih sibuk menerka-nerka, pria itu memperkenalkan dirinya pada Nine.

"Kenalin, aku Pond Naravit, apakah kau tidak tertarik untuk mengenalku lebih dekat?" tanya pria itu lagi seolah menggodanya yang tampak jelas sedang risau.

"Tidak, lebih baik kau pergi! aku tidak membutuhkan siapapun saat ini. Jika kau pikir aku sedang kesepian, jangan harap kau dapat meniduriku seperti orang-orang  putus asa yang sering datang ketempat ini lalu menghabiskan malam dengan orang sembarangan" Ucap Nine sinis. Pria itu hanya terkekeh lalu memesan minuman pada bartender dan kembali meliriknya.

"Kupikir, kau terlalu munafik, Sifatmu seperti kebanyakan orang. Jika kau sedang putus asa akui sajalah. Memangnya apa yang kau harapkan dari seorang pria yang sudah memiliki tunangan? " ujar pria itu mengejek.

Nine merasa kursi yang didudukinya runtuh dan terjatuh. Seperti ada sebuah tangan besar tidak terlihat yang memukul wajahnya hingga hatinya meloncat keluar. Kenapa orang ini seolah tahu tentang permasalahan yang tengah Ia hadapi? Nine memandang pria itu dengan lekat berusaha mencerna apa yang baru saja pria itu katakan. Itu tidak mungkin terucap tanpa sengaja kan?
Sosok itu lalu menghadap kearah depan, ia melanjutkan lagi ucapannya,

"Lagipula bukankah banyak sekali pria seperti Joong yang mempermainkan banyak orang sebelum akhirnya fokus untuk menikah, mungkin saja ia tidak bisa menikmati tubuh tunangannya yang terhormat itu, jadi bisa saja dia menggunakan tubuh orang lain untuk kesenangannya sesaat. Bukankah itu wajar unt...." Pond menghentikan perkataannya ketika pria disampingnya berteriak.

"JOONG BUKAN ORANG SEPERTI ITU"

Nine membanting gelasnya kesal. Ia melanjutkan lagi ucapannya, "Dia hanya tepaksa bertunangan, semua atas kehendak orang tuanya dan dia tidak pernah sekalipun mencintai tunangannya. Jangan sembarangan berbicara sialan, Joong telah berjanji padaku" Ujar Nine penuh penekanan.

Gloomy Love (JoongDunk story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang