57. Damai

267 18 2
                                    


BRAK!!

Suara benda jatuh membuat Zahroh mempercepat langkahnya dan dia memekik.

Astagfirullah. KHAWLA!”

Sontak tiga pria yang tengah berbincang tadi segera berlari keluar. Alma terlihat ketakutan berdiri mematung sementara kakak iparnya terjatuh tertimpa tangga.

“ALMAHYRA! KAMU APAIN MBAK LA?!” bentak Elhaq sembari membantu istrinya.

Anak itu ketakutan. “Mas udah, Mas. Bukan salah Alma.”

“Mas El nggak mau jadi kakakmu lagi kalau kamu masih nakal sama Mbak La!” tegur Elhaq.

Anak itu tersedu, baru kali ini dia melihat Elhaq semarah itu. Khawla menepis tangan Elhaq dan mendekat ke arah Alma.

“Dik, cup nggak usah nangis. Dik Al, nggak usah takut kalau Mas El nggak sayang Dik Al lagi gara-gara ada Mbak La. Mas El itu sayaaaaaang banget sama Dik Al, Mbak La juga sayang sama Dik Al.”

Anak itu masih menangis tersedu, namun kali ini dia memeluk wanita berjilbab syar’i di depannya itu.

“Al sayang Mbak La,” lirih anak itu kemudian.

“Mbak La juga sayang Dik Al. Sekarang kita beli es krim yuk. Mau nggak?”

“Mbak La punya uang?” tanya anak yang masih terisak itu.

“Punya dong, yuk mau nggak?”

Alma mengangguk dan akhirnya berhenti menangis.

“Ayo aku anter,” tawar Elhaq.

“Nggak usah! Mas El jahat!” ketus Alma.

Astagfirullah, sekarang aku gantian yang dimusuhin!” geram Elhaq.

Zahroh, Sulaiman, dan Syam yang sempat tegang kini terkekeh.

“Ya Allah, drama apalagi ini,” desah Elhaq.

“Sabar, yang penting Alma sudah mulai luluh sama Khawla,” ucap Zahroh.

Perlahan. Khawla bisa mengambil hati Alma meski setiap malam dia masih merengek minta tidur dengan kakaknya.

“Mas El kok belum pulang?” sungut Alma saat mendapati sang kakak masih belum ada di rumah meski sudah pukul delapan malam.

Dia sudah mulai mengantuk.

“Elhaq nggak ngabari kamu, kenapa belum pulang?” tanya Zahroh.

“Kerjaannya belum selesai Ummah. Ini Khawla mau nyusul ke galeri nganter makan malam, bareng sama Mbak Dina sama Mas Usman. Mereka sekalian pulang. Baru mau ngajakin Alma,” kata Khawla.

Wis wis , kamu pergi aja sana. Itu krucil nggak usah diajak. Dia lagi asik nonton tv kok. Sana berangkat,” bisik Zahroh.

“Loh nggak apa-apa Ummah, kasian nanti dia nggak bisa tidur kalau nggak ada Mas El.”

Zahroh malah mendorong menantunya itu agar segera pergi lewat pintu samping, menitipkan pada Medina dan Usman, agar diantar ke galeri Elhaq yang letaknya tak jauh dari rumah Usman.

Hanya butuh waktu sepuluh menit untuk sampai ke sana. Pintu depan galeri sudah tertutup, Khawla memilih untuk lewat pintu samping dan mencari keberadaan sang suami. Beberapa benda berserakan di ruang kerja E;haq, mulai dari bor, gergaji, tatah, dan alat gambar juga serpihan media yang berceceram di lantai membuat tempat itu begitu semrawut.

Assalamualaikum,” ucap Khawla.

Pria yang sedang menggambar itu mendongak.

Wa alaikum salam. Kamu jadi bareng Kak Dina?”

LEMBAYUNG SENJA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang