Part 36. Insecure

387 70 49
                                    

"Itulah kenapa dulu Abah maksa Mas nikah sama Mbak Annisa. Biar posisi Mas lebih kuat. Kalau Mas dan Elhaq punya istri anak Kyai juga, mereka nggak akan bisa menyerang kita. Mereka tidak akan berani merendahkan abah lagi."

Kalimat itu masih terngiang di telinga Khawla.

Ya Allah, La... Bodohnya kamu. Bangun La. Kamu bukan orang yang seharusnya ada di dalam lingkungan Syam dan Elhaq. Sehebat apapun kamu berusaha, tetap saja kalian beda nasab, batin Khawla menyerang dirinya sendiri.

Ia termenung, menatap bayangan dirinya di cermin yang menempel pada pintu lemari.

"Khawla?"

Panggilan itu membuat sang dara menoleh.

"Hm? Kenapa Fit?"

Segelas dawet disodorkan oleh Fitri pada Khawla.

"Wih, dapet dari mana?"

"Dari Monjali tadi. Eh aku ketemu Bu Siti loh. Beliau sama anaknya belanja pas kemarin hari Minggu."

"Ha? Mana mungkin. Bu Siti kan umroh."

"Serius. Aku ada fotonya. Beneran. Banyak saksinya, santri kimcil tuh yang kemarin take video, mereka juga liat."

Fitri menunjukkan ponselnya. Khawla mencermati foto itu. Benar itu adalah istri ketiga Kyai Sulaiman. Namun, bukankah menurut kabar, beliau tengah umroh?

Sebuah pesan masuk ke ponsel Khawla, dari Marwah. Beliau mengundang Khawla datang ke rumah saat pengajian penyambutan pulangnya Siti dari umroh.

"Ammah, maaf. Ini ada foto yang mirip sekali dengan Bu Siti. Menurut para santriwati, beliau sedang berbelanja di daerah Monjali hari Minggu lalu."

"Yang bener? Ammah mau telpon siapa saja yang jadi saksinya."

********

Rumah berlantai dua dengan gaya minimalis itu ramai dikunjungi orang. Suguhan khas orang pulang umroh tersaji di meja-meja yag sengaja dijajar di sana. Marwah menginjakkan kaki di rumah itu lagi setelah beberapa purnama memutuskan untuk ikut putri tertuanya.

Ada serentetan pikiran yang berada di dalam angan wanita itu saat mendapati sosok yang menyambutnya dari dalam rumah. Siti, tersenyum menatapnya seolah tak ada apapun yang ia sembunyikan. Berbeda dengan Marwah, yang menyimpan ribuan tanya terkhusus untuknya setelah mendengar cerita dari Khawla sepulang menengok Khadijah dua hari lalu.

"Ammah, semua info yang saya berikan berasal dari Fitri. Ini anaknya, silakan Ammah tanya sendiri. Saya takut jika apa yang saya sampaikan tidak sesuai," ucap Khawla tadi pagi.

Marwah kemudian menanyai sahabat Khawla itu, dan kini semua info yang ia dapat, akan dikonfirmasinya pada orangnya langsung.

"Kak, bagaimana kabarnya?"

Marwah menggumamkan hamdalah sembari menerima salam. Khadijah di atas kursi rodanya, didorong sang putra Syam. Sulaiman menggandeng Zahroh. Si kecil Alma anteng dalam gendongan Fatimah.

"Wah, ada anggota baru datang. Selamat ya," ucapan penuh ketulusan terlontar dari pria bersorban putih yang menyambut Sulaiman.

"Matur nuwun, Mas Kyai."

Dua saudara tiri itu saling berpelukan, kemudian kakak Kyai Sulaiman mendekat ke Fatimah, mengusap kepala bayi itu dengan doa dirapal menyertai.

"Gimana di sana? Tumben nggak kabar-kabar," tanya Marwah pada Siti yang baru selesai menyapa suami mereka.

LEMBAYUNG SENJA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang