Part 53. Poligami

263 20 0
                                    

Aisyah yang berpapasan dengan Hasyim mendengar ucapan sekilas pria itu.

“Eh, Pak Hasyim datang. Dia kayak marah gitu, ngomongin pelajaran. Ah, bodo ah, gimana tadi El, kamu jadinya datang sama berapa orang?”

Aisyah terus berjalan sembari menelpon Elhaq membahas tentang rencana acara lamaran resmi Elhaq dan Khawla. Wanita itu menjadi penanggung jawab utama acara pernikahan sepupunya, menjadi penghubung antara keluarga besarnya dan keluarga Elhaq.

Sementara itu ...

Khawla sudah sampai di tempat. Dia mencari-cari mobil atau motor Elhaq tapi tidak ketemu. Akhirnya dia memutuskan masuk karena berpikir Elhaq masih mampir masjid untuk salat ashar. Sebuah pesan dari Yusuf yang mengabarkan jika sudah dalam perjalanan membuat Khawla menghentikan langkah kakinya.

“Maaf Mbak, reservasi atas nama siapa?”

“Zaidan Elhaq,” jawab Khawla.

“Mm ... hari ini nggak ada yang namanya itu Mbak.”

“Nggak ada? Tapi ini.” Khawla menunjukkan suratnya.

“Ini bener kafe Mochallate kan?”

“Oh, Mbak yang namanya Mbak Lubna Khawla?”

Khawla mengangguk.

“Silakan ikut saya, pacar Mbak sudah menunggu dari tadi. Di sana,” ucap pelayan kafe itu.

Khawla masih belum curiga. Matanya dimanjakan jajaran bunga yang tertata di sepanjang karpet merah. Suasana senja yang mulai datang memayungi area persawahan yang disulap sedemikian cantiknya.

Sebuah buket bunga besar bertulis “Will you marry me” terletak di tengah lorong menuju gazebo.

“La!” panggilan terdengar membuat gadis yang mematung di dekat area masuk gazebo itu menoleh.

“Han?” Khawla terkejut mendapati Han di sana.

“Lama banget sih. Dari jam tiga aku nungguin, keburu dingin makananya.”

“Ini, ini kamu?” tanya Khawla sambil menunjukkan amplopnya.

“Iya lah, kamu suka?”

Khawla segera merogoh tasnya dan mengambil kotak perhiasan tadi kemudian meletakkannya di meja yang sudah penuh hidangan itu.

“Maaf Hanan, aku sudah dikhitbah Mas Elhaq.”

“Cowok sombong itu? Kamu mau nikah sama dia?”

“Sombong? Dari mana sombongnya?”

“Khawla, kamu harusnya sadar. Dia beda level sama kita. Kamu nggak akan kuat jadi istri Ustadz. Kamu juga bisa dipoligami nanti.”

Khawla tersenyum tipis.

“Hanan, mohon maaf, semua yang kamu katakan nggak akan menggoyahkan keputusanku. Terima kasih untuk semua yang udah kamu siapkan ini tapi maaf, aku nggak bisa terima.”

Khawla berbalik arah, tetapi tangan Hanan cepat menariknya. Berusaha menggendong tubuh Khawla.

“Kamu nggak boleh nolak aku! Udah banyak hal yang aku korbankan buat kamu!”

LEMBAYUNG SENJA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang