Part 40. Salah siapa?

421 81 89
                                    

“Ehem ... ada yang lagi jatuh cinta nih.”

Syam menoleh.

“Bang,” sapa Syam saat melihat Usman yang ternyata berdiri di lorong arah masjid.

Kedua pria itu saling bersalaman.

“Dia mahasiswi mas Umar kan?  Yang deket sama Elhaq juga?”

Syam mengangguk.

“Ya, yang digosipin pacaran sama Elhaq,” desah Syam.

“Kenapa? Cemburu sama adik sendiri?” kekeh Usman yang kini memposisikan diri duduk di samping Syam.

“Manusiawi  kan, Bang. Banyak yang mengira Khawla sengaja menggoda kami berdua. Padahal tidak seperti itu aslinya. Kami kenal juga tidak sengaja.”

“Aku paham, Gus. Gus sendiri tahu kan kisahku dengan kakak dan kakak iparku?”

Syam mengelus punggung pria itu.

“Maafin Ammah ya. Ammah dulu menentangmu dengan Malika. Dan malah menikahkan Lika dengan kakakmu.”

Usman terkekeh. “Bukan salah Ammah. Dulu, aku hanya anak muda yang kuliah kedokteran karena dipaksa orang tua. Terpaksa meneruskan Abi. Padahal jelas-jelas aku pengen jadi arsitek. Pada akhirnya ya Gus tahu sendiri. Andai waktu itu, Ammah Marwah tidak memberiku lecutan seperti itu, aku mungkin sampai sekarang tidak akan jadi apa-apa.”

Syam menatap pria lajang di sampingnya.

“Perpisahanku dengan Malika, membuat aku menantang diriku sendiri agar lebih baik. Semua itu hanya masalah waktu. Waktu yang akan menyembuhkan segala kesakitan di masa lalu. Ya kan?”

Syam mengangguk.

“Aku salut sama kamu Bang. Bisa mengikhlaskan gadis yang kamu cintai untuk kakakmu.”

Usman terkekeh.

“Ya, ilmu ikhlas itu ilmu paling sulit untuk dipelajari. Sebenarnya aku sudah lama tahu kalau mas Umar juga tertarik sama Malika. Dulu meski pacaran denganku, Malika selalu curhat pada mas Umar. Dia selalu mengadukanku pada mas Umar. Dari situ kedekatan mereka tumbuh alami. Mereka tidak sadar kalau mereka saling sayang. Dan ikatan itu justru lebih kuat dibanding ikatanku dengan Malika. Hingga akhirnya aku berusaha merelakan mereka bersama. Sayangnya, pengorbananku, justru membuat mereka berdua disangka buruk oleh orang lain.”

Usman menjeda ceritanya, sebelum melanjutkan lagi.

“Mas Umar dianggap tidak tahu diri karena menikahi kekasih adiknya. Sedangkan Malika dianggap menggoda kami berdua demi harta dan tahta. Itulah yang membuatku sedih.”

Syam menghela napas.

“Malika pernah cerita tentang itu. Makanya, dia sangat dekat dengan Khawla sekarang. Dia merasa tahu betul bagaimana perasaan Khawla.”

Syam menimpali cerita Usman.

“Gus … seminggu lalu, aku menemui Ammah. Aku meminta restu untuk meminang salah satu adikmu,” ucap Usman kemudian.

Mata Syam berbinar. “Siapa?”

"Medina."

"Masyaallah, aku restui kalian. Aku pikir, abang dekat dengan Farzana."

LEMBAYUNG SENJA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang