Part 30. Hanya Senja Bukan Surga

418 83 67
                                    


Elhaq termenung di halaman belakang rumahnya sembari sesekali menyebar jagung kering dan beras pada ayam-ayam milik sang ayah. Pikirannya kalut.

"Eh, yang sebelah sana juga dikasih to. Mosok sebelah sini terus," tegur Sulaiman.

Elhaq kembali terfokus pada ayam-ayamnya.

"Kamu kenapa? Murung terus," tanya sang ayah.

"Nggak apa-apa, Bah."

"Kangen sama Lubna?" goda Sulaiman.

Elhaq serta-merta menoleh pada sang ayah. Deheman sang ibu yang baru mengambil kerupuk nais yang dijemur di dekat sumur terdengar membuat Elhaq dan Sulaiman terdiam.

"Elhaq sama dia cuma berteman, Bah. Elhaq berpikir soal yang semalem Elhaq tanyakan ke Abah dan Ummah."

"Kamu yakin dengan keputusanmu?" tanya Sulaiman setelah Zahroh masuk.

"Insyaallah, Bah."

"ELHAQ! ELHAQ!" Teriakan terdengar dari halaman samping.

Sosok Syam muncul dengan rahang mengeras dan tangan terkepal.

"Kamu apain Lala? Mas nyuruh kamu buat jaga dia! Bukan buat bikin dia sakit!" bentak Syam.

Satu tangan Syam terulur dan mencekal kerah baju adiknya.

"Mas tanya kenapa kamu bikin Lala sakit?!" geram Syam.

"Astagfirullah! Kalian ini kenapa?! Syam! Kalau datang salam dulu, salim, bukan main bentak seperti itu!" Suara Sulaiman meninggi sembari menepis tangan si sulung dari keras baju si bungsu.

Zahroh mematung di pintu belakang dapur sembari gemetar karena baru pertam kali ini Syam terlihat semarah itu pada adik kesayangannya. Syam menggosok wajahnya kasar.

"Mas kecewa sama kamu," geram Syam.

Elhaq tak mengira kakaknya akan semarah ini.

"Mas datang cuma gara-gara dia? Mas bisa pulang ke sini cuma gara-gara dia? Sedang Mas nggak bisa ngeluangin waktu untuk jagain Umi barang sebentar? Hebat ya dia, bisa bikin Ustadz Zulfikar Hisyam segila ini?"

Satu tamparan keras mendarat mulus di pipi Elhaq.

"Astagfirullah!" pekik Zahroh.

"HISYAM!" bentak Sulaiman dan sebuah tamparan mendarat di wajah Syam.

Zahroh sempat memekik sebelum jatuh pingsan dan membuat tiga pria di sana berlari menolongnya.

*****

Tiga orang laki-laki menunggu di ruang tunggu IGD tanpa kata. Wajah mereka menyiratkan kekhawatiran. Elhaq duduk di sebelah kanan Sulaiman, sudut bibirnya membiru. Syam duduk di sebelah kiri Sulaiman dengan pipi yang mulai terlihat memar.

"Keluarga ibu Ainnur Zahroh," panggil perawat dan Sulaiman segera beranjak dari kursinya.

"Kamu kenapa menghindari Lala?"

Tak ada jawaban dari Elhaq.

"Kalau Mas tanya, jawab," ketus Syam.

LEMBAYUNG SENJA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang