Prolog

1.7K 70 10
                                    


🌅🌅🌅

"Pak, Khawla mau lanjut ke pondok, ya?"

Pria berpeci itu menutup mushafnya, kemudian menatap manik replika dirinya yang tercopy sempurna di wajah sang putri.

"Kata ibu, kamu sudah didaftarkan di SMP 1. Dilihat dari peringkat nilainya, posisimu ada di rangking atas."

"Tapi, Pak. Temen-temen Khawla semua lanjut ke pondok."

Manik coklat itu berkaca-kaca, sembari menggigit bibirnya menahan kekecewaan yang membuncah.

"Mbak La, ndak usah aneh-aneh. Gajinya bapak ndak cukup kalau harus biayain kamu di pondok," sahut sang ibu sembari mengganti baju si bungsu yang mulai masuk SD.

Laki-laki berkacamata itu mengulurkan tangan mengelus si sulung yang baru saja dinyatakan lulus dari madrasah ibtidaiyah.

"Maafin bapak ya, Nduk. Sekolah di mana saja, asal kamu rajin ngaji, rajin salat, juga sama aja sama santri-santri di pondok."

"Tapi Pak ... Khawla pengen kayak temen-temen nerus di pondok."

"Sudah, ayo berangkat. Bapak sama ibu harus apel pagi. Kamu di rumah simbah dulu, nanti kalau adik sudah pulang sekolah nanti dijemput bapak." Khawla hanya bisa mengangguk.

********


Setiap makhluk hidup punya hak asasi. Semua mempunyai hak untuk menjalani kehidupan mereka sesuai dengan keinginan mereka. Namun, benarkah demikian?

Setiap manusia berhak menentukan pilihan hidupnya. Setiap manusia berhak melakukan apapun pada dirinya sendiri. Namun, benarkah demikian?

Semesta tak senaif itu. Dunia tak sepolos itu. Hak asasi? Hanya jadi mimpi di dunia yang rumit ini. Nyatanya, hak asasiku dan hak asasimu saling berbenturan. Dan pada akhirnya hak asasi saling serang kemudian, hak asasi akan mati.

Dimana-mana orang dewasa bilang, "Jangan menilai orang dari penampilannya."

Nyatanya? Si bergamis akan dicap agamis. Si berrokmini akan dicap jual diri. Bukan begitu? Lalu, apa gunanya kalimat pepatah nan manis jaman dulu? Padahal, kalimat itu sangat bagus jika bisa diamalkan.

Aku lelah, sebaik apapun aku, pasti akan ada yang mencibirku.

Semakin dewasa, semakin aku tahu jika dunia itu penuh hal pura-pura. Banyak fatamorgana.

Senyum yang tergambar tak melulu menggambar bahagia. Tangis yang terurai tak melulu mengurai nestapa. Ingat, dunia kini penuh manusia yang pandai berpura-pura.

Haruskah aku melepas dunia? Aku lelah dengan kehidupannya.

Beruntung, seseorang menyampaikan padaku, jika dunia hanya sementara. Beruntung, seseorang mengatakan padaku, jika ada kehidupan yang lebih kekal di sana.

Sebuah tempat bernama 'AKHIRAT'. Tempat dimana semuanya akan kembali. Tempat dimana semuanya akan diadili. Tempat dimana semuanya akan berlabuh nanti.

Dari situlah aku berpikir, tak lagi impian di dunia kuukir. Kuubah semua arah dan tujuan hidupku di dunia tipu-tipu.

Kini, akhirat jadi tujuanku. Tak masalah jika memang aku dihina di dunia, dicaci sedemikian rupa, dibenci sampai mati. Aku hanya ingin fokus, mencari bekal untuk kehidupan kekal di akhirat.

Kulepas semua yang ada dalam fana. Kusiapkan jiwa untuk kembali pada-Nya. Kembali pada Sang Pencipta. ALLAH AZZA WA JALLA.

Ini kisahku... Lubna Khawla Azzahra.

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

Assalamualaikum

Apa kabar semua?

Semoga suka dengan kisahnya
Tinggalkan jejak yaaa

Terima kasih atas dukungannya

Wassalamualaikum

😍😍😍
🙏🙏🙏

LEMBAYUNG SENJA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang